Sink


Title: Sink
Author: Emiru
Fandom: 9GOATS BLACK OUT

* * *

Bisikan lembut laksana desisan angin, merasuk dalam raga, menyayat untaian nadi dan membelah kepingan jiwa menjadi serpihan pasir berkilau yang terberai dan temaram dalam hembusan angin kegelapan.

Aku mencari rangkaian kata dalam setiap serpihan sayap-sayap kaca, saat kau tengah terlelap, terjaga dalam mimpi-mimpi indah, dan terbius dari segala kebisingan dunia. Bias wajahmu pekat memenuhi alam pikirku, tak menyisakan celah dan sesak dalam keterpurukan rasa putus asa.

Jemariku lembut menghapus setiap dukamu, setiap tangismu, dan setiap rasa ketidaknyamanan yang kau rasakan.

Namun apakah itu semua berarti...

Apakah itu dapat mengembalikan waktu dan mengembalikan hari esok yang tak kan pernah kau raih...

Semua terasa kosong tanpa hadirmu di sisiku. Aku tidak berguna dan hina, aku menderita tanpamu, namun aku berjanji pada dirimu.. pada diriku sendiri... aku akan terus hidup dan menjalani kehidupan ini.. meski kau jauh dan tak berada di sisiku lagi.. meski waktu tak mengijinkan kita bertemu lagi.. dan meski kehidupan tak memihak pada kita lagi.

Kutatap musim yang terus berganti, kusandarkan punggungku pada sebongkah dinding yang membisu. Apa yang kupikirkan... apa yang kurasakan dan apa yang kuinginkan... semua terasa samar. Bayang wajah takutmu saat kita akan berpisah terus menancap di ingatanku, meninggalkan luka yang dalam saat tangismu terasa bagai sembilu yang mengiris perlahan permukaan tubuhku, membuat sebuah lubang menganga yang tak tahu sampai kapan akan tertutup kembali, atau tidak pernah tertutup sama sekali.

Ku gelengkan kepala secara perlahan, berusaha menjauhkan bayangmu yang menyita semua ruang pikirku. Sampai kapan aku mampu untuk mencoba terus bertahan.. rasa itu bagai gulungan ombak yang terus-menerus menghantam karang, membuat permukaan keras itu perlahan rapuh dan hancur oleh bergulirnya waktu.

Aku tenggelam...

Tenggelam dalam lumpur pekat kesedihan yang hitam..

Di tempat tidur ini.. memoriku terbentuk untuk kembali memikirkanmu..

Menyesali segala tindakan bodoh di masa yang telah lalu..
Menyesali waktu yang tak dapat kembali...
Dan menangisi setiap kesedihan serta kesendirian yang kurasakan saat tak lagi bersamamu..

Sampai pada masanya...
Keterpurukan dan tekanan luar biasa ini membuatku tak lagi mampu berpikir jernih..

Aku terlalu larut oleh gemerisik angin dan bisikan pasir yang berdesir dan membuatku semakin tenggelam oleh imaji-imaji yang indah sekaligus meniupkan ruh ketakutan itu sendiri. Saat jiwaku pergi menyusulmu... mungkin penderitaan ini akan selamanya berakhir...

Mataku terpejam beberapa saat membayangkan rasa sakit itu..

Namun itu hanya rasa sakit setitik yang tak kan sebanding dengan rasa sakit yang akan terus kurasakan jika penyesalanku akan kepergianmu terus membekas dan membentuk sebuah luka yang tak kan pernah kering.

Kuraba permukaan kasar dari serakan bening nan tajam yang perlahan ternoda oleh tetesan merah pekat yang begitu indah. Tetes demi tetes telah mewarnai permukaan kaku nan dingin dari kerasnya ubin. Kurengkuh pecahan yang lebih besar, kutenggelamkan permukaan kulitku menembus ke dalamnya hingga kurasakan kepedihan itu mencapai batas puncaknya. Air mata dan jeritan terakhirmu kembali membayang dan menggema dalam ruang memoriku... sampai keadaan kembali tenang.. hanya ada desah nafasku yang memburu dan distorsi suara berbisikku mengucap indah kata cinta untukmu... kata cinta yang tak lagi sanggup kau dengar.

Aku berjalan tertatih dengan tetesan merah yang mengalir dari nadiku yang terkoyak...
Berjalan menuju tempat itu...
Tempat dimana kau berada saat ini...

Tempat dimana aku meninggalkanmu dalam rasa dingin dan kebekuan..
Tempat dimana aku tidak mengijinkanmu kembali untuk menghirup udara kehidupan...

Wajahmu pucat meski keindahan masih tampak membingkai lembut parasmu itu. Kusentuh permukaan cair yang menenggelamkanmu dengan telapak tanganku. Kebeningan perlahan ternoda oleh cairan pekat berwarna merah. Meninggalkan berkas keindahan yang terus mewarnai sekelilingmu.

Aku berjanji untuk terus hidup dalam ketidakbergunaanku...

Namun kehilanganmu adalah hal terberat yang tak mampu terus kulalui...

Kupejamkan mata semakin rapat saat patahan dari lembaran kaca yang telah kuremukkan sebelumnya menembus sempurna kulitku lebih dalam, makin dalam dan lebih dalam lagi. Riakan air mengalir yang terus banjir meredam segala kebisingan yang ada. Membuatku larut dan ingin tenggelam ke dalamnya.

Kupeluk tubuh dinginmu untuk terakhir kalinya. Kau telah kaku dalam keterdiaman... hingga tak lagi kurasakan hangat tubuhmu dan desiran aliran darahmu...

Kubenamkan tubuh kita berdua dalam samudera kecil berwarna merah darah...

Kutahan semua rasa sesak itu sampai aku tak lagi mampu melihat apa-apa...

Dan memoriku tentangmu terhenti saat itu juga....

* * *

hati dan utA terdiam dengan tubuh kaku selama beberapa saat ketika mendapati tubuh Ryo yang sudah tidak bernyawa, tenggelam dalam bath up yang terus mengalirkan air dari krannya dan mengikis perlahan darah dari luka yang ia torehkan sendiri dengan pecahan kaca untuk memutus nadinya.

"Apa yang sebenarnya dia pikirkan?!! Mengapa dia menyalahkan diri sendiri atas kematian kekasihnya?!!"

"Itu karena Ryo berpikir bahwa dia yang telah membunuh kekasihnya sendiri, utA. Ryo sering berhalusinasi dan berkata bahwa dia menenggelamkan gadisnya di dalam bath up, dan membuat mayat gadis itu terus berada disana agar setiap saat dia bisa memeluk tubuhnya."

"Tapi kita sama-sama tahu bahwa gadis itu bunuh diri dan kita sendiri melihat prosesi pemakamannya."

Hati merangkul pundak utA dan berusaha menenangkan sahabatnya itu.

"Ryo terlalu mencintainya... cinta juga yang membuatnya berpikir bahwa dialah satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas kematian gadis itu... halusinasi menenggelamkannya dan membuatnya memilih jalan menuju kematian untuk mengakhiri penderitaan yang selama ini dia rasakan. Terimalah kenyataan itu utA... biarkanlah Ryo tenang dengan keputusan terakhirnya..."

utA mengangguk pasrah dan berjalan mendekati tubuh Ryo yang telah kaku, mengeluarkannya dari dalam bath up, dan memberinya setangkai bunga yang telah layu, seraya berbisik lirih di telinga sahabatnya itu.

Selamat jalan Ryo...

Semoga kau tenang di alam tidur panjangmu...

* * *

Sink

-Finish-

0 komentar:

Posting Komentar