Nanairo CRAYON part 7 chapter 2


Fandom : Jrock staring the GazettE, Kagrra, Kra, An Cafe, Alice Nine,Sadie n more…

Author : -Keka-

* * *


Satochi mendengar ada suara ribut-ribut meskipun ia ragu. Ia pun mendekati sumber suara itu dan melihat ada tiga orang yang menyekap seorang pemuda tak berdaya. Tiga orang itu memapah pemuda itu dan bersiap membawa masuk tubuh tak berdaya itu masuk ke dalam mobil mereka yang terparkir tidak jauh dari taman tempatnya berada.


Satochi merasa penasaran. Ia berpikir.. mungkin saja pemuda itu dalam bahaya dan ia harus menolongnya. Laki-laki itu pun mendekati 3 orang pemuda itu meskipun sesungguhnya ia tidak ingin ikut campur dan terlibat dalam masalah orang lain. Masalahnya sendiri saja sudah sangat banyak dan untuk apa ia menenggelamkan diri dalam masalah orang lain. Tapi rasa kemanusiannya yang tinggi lah yang memaksanya harus menolong pemuda tak berdaya itu.


 “Apa yang kalian lakukan pada anak itu?” Tanya Satochi dengan nada tegas.
 
“Hei bukan urusanmu. Dia ini teman kami yang pingsan karena mabuk. Kami hanya ingin membawanya pulang.” Kata salah seorang dari mereka.

 
“Aku melihat kalian membius dan memukul anak itu. Kalian ingin mencelakakannya?!!”

 
“Bukan urusanmu!!! Sebaiknya jangan campuri urusan kami!!” laki-laki itu melepaskan tinjuan ke arah wajah Satochi, tapi Satochi yang memang sudah hebat beladiri, dengan mudah menghindari pukulan itu dan balas melepaskan pukulan hingga mengenai wajah lawannya. Laki-laki yang dipukulnya itu terhuyung dan seperti kaget mendapat pukulan dari satochi.

 
Dengan sigap Satochi membereskan yang lain. Meskipun ia akhirnya mendapat sedikit luka goresan. Seorang dari mereka membawa sebilah pisau dan pisau itu mengenai lengan satochi dan membuat lengan kemeja putihnya terkoyak. Satochi merasakan perih dan memegangi lengannya tersebut. Darah segar mengucur dari lukanya dan ia merasa tersudut.

 
Untunglah tidak lama kemudian, ada beberapa orang yang kebetulan melewati taman itu dan bersiap menolong Satochi saat melihat laki-laki itu diserang oleh tiga orang.

 
“Kei, tinggalkan saja bocah itu!! Ini bukan waktu yang tepat.” Ucap laki-laki yang baru saja melukai Satochi.

 
Kei menurut dan melepaskan pemuda yang dipapahnya lalu bergegas masuk ke dalam mobil sebelum makin banyak orang yang datang bergerombol ke taman itu.

 
Satochi masih memegangi lengannya yang terluka sambil berjalan mendekati pemuda yang dilepaskan oleh laki-laki bernama Kei tersebut. Pemuda itu kini tergeletak tak berdaya dan di wajahnya terlihat beberapa luka.

 
“Ada apa? Apa yang terjadi?? Kenapa anda terluka pak?? Siapa orang yang menyerang anda?? Dan kenapa pemuda ini?” pertanyaan beruntun itu datang dari orang-orang yang tiba-tiba bergerombol di taman itu. Mereka tampaknya penasaran saat melihat Satochi berkelahi melawan 3 orang asing yang tidak dikenalnya tersebut.

 
“Tolong saja anak ini.” ucap Satochi lirih. Ia merasakan perih yang sangat di lengannya. Sepertinya bukan hanya sekedar goresan kecil karena darah di lengannya terus saja mengucur deras.

 
“Yuura!!”

 
Tiba-tiba saja Satochi mendengar ada orang yang berteriak. Orang itu terlihat panik saat melihat tubuh pemuda yang ditolong Satochi itu terkapar tak berdaya.

 
“Kamu kenapa Yuura??!” Tanya orang itu sambil berlutut dan akhirnya mendekap tubuh pemuda yang bernama Yuura tersebut.

 
“Kau kenal anak ini?” Tanya Satochi.

 
“Saya kakaknya.”

 
Satochi menghela nafas lega. “Aku tadi melihat adikmu akan disekap tiga orang.”

 
“Anda menolongnya?”

 
Satochi mengangguk lemah sambil terus memegangi lengannya yang terluka.

 
“Terima kasih banyak.” Ujar pemuda yang mengaku kakak dari pemuda bernama Yuura tersebut, wajahnya terlihat sangat panik. “Anda terluka gara-gara menolong adik saya?” Tanyanya lagi.

 
“Tidak apa. Hanya luka goresan. Bawa saja adikmu pulang.”

 
“Tapi luka anda..”

 
“Aku bisa mengatasinya sendiri.”

 
~ ~ ~ ~ ~

 
Tok tok tok..

 
Terdengar ketukan pintu dari luar.  


Bou mengintip untuk mengetahui siapa yang datang. Dan senangnya ia saat melihat kedua orang itu ternyata adalah Hiroto dan Izumi. Buru-buru Bou membukakan pintu untuk mereka dan mempersilahkan mereka masuk secepatnya. Lalu Bou kembali menutup pintu itu.

“Aku senang kalian datang.” Ucapnya dengan wajah ceria.

“Ini rumah siapa Bou?” Tanya Hiroto heran sambil mengamati sekeliling ruangan tempatnya berada.

“Ini rumah orang yang menolongku.”

“Memangnya kamu kenapa sampai ada orang yang harus menolongmu?” Tanya Izumi penasaran.

Bou menarik nafas panjang dan menghembuskannya kembali sebelum akhirnya ia menceritakan semua kejadian yang menimpanya. Gak semua sih, ada beberapa bagian yang ia simpan untuknya sendiri.

“Kakakmu?! Kenapa kakakmu harus menculikmu??” Tanya Hiroto merasa bingung.

“Gak tau deh Pon. Aki memang jahat padaku. Aku juga sangat membencinya karena dia itu...”

Tiba-tiba Bou menghentikan ucapannya.

"Dia itu kenapa Bou?” Tanya Izumi.

“Ah bukan apa-apa. Dia cuma marah pada ayah karena tiga tahun yang lalu ayahku mengusirnya. Mu- mungkin karena itu juga akhirnya dia menculikku.”

“Aneh banget! Kakak menculik adik sendiri. Itu kedengarannya aneh.”

Bou juga sependapat dengan ucapan Hiroto. Untuk apa Aki menculiknya? Tidak mungkin hanya karena Aki rindu dan ingin kembali melakukan kegilaan prilaku seksnya yang menyimpang pada Bou.

“Boleh aku tau Bou.. Kenapa kakakmu diusir dari rumah oleh ayahmu?” Tanya Izumi tiba-tiba.

“Umm.. itu karena ayah tau kalo Aki terlibat peredaran narkotika.”

“Hee benarkah??!!” Hiroto nampak sangat terkejut. “Kalian kan kaya, kenapa kakakmu itu sampe jualan narkoba?”

Bou menggeleng. “Dari dulu pergaulannya memang gak beres. Kata Kanon, Aki banyak berhubungan dengan banyak yakuza.”

“Kanon pengawalmu itu?”

Bou mengangguk. “Sejak ayah tau kalo Aki berhubungan dengan yakuza dan mafia, makanya ayah sangat menjagaku bahkan meminta Kanon jadi pengawal dan melindungiku. Aku sebenarnya merasa gak perlu dengan itu.”

“Ah iya Bou.. pengawalmu, si Kanon itu sudah beberapa kali menghubungiku dan Izu-kun untuk menanyakan keberadaanmu. Ayah ibumu juga sampe datang ke sekolah dan mengintrogasi temanmu satu persatu. Termasuk aku dan Izu-kun.”

“Iya Pon, aku juga tau kalo kejadiannya akan begitu.”

“Trus gimana... kamu akan pulang ke rumahmu kan?!”

Kali ini Bou menggeleng mendengar pertanyaan Hiroto.

“Aku gak bisa pulang Pon. Aku sudah muak dengan sikap protekti ayah, dan aku mau bebas.”

“Tapi Bou.. ayahmu itu sangat cemas dan dia bersikap protektif itu karena dia sangat sayang kamu.” Kata Izumi bijak. Tapi nampaknya Bou tetap kukuh dengan pendiriannya dan Izumi serta Hiroto tidak bisa membujuknya lagi.

“Aku harus mencari tempat tinggal yang baru dan mungkin aku akan putus sekolah.”

“Putus sekolah??!! Serius!!? Itu bukan pilihan yang tepat Bou.”

Hiroto mengangguk setuju dengan ucapan Izumi.

Bou menggeleng. “Entahlah, tapi aku gak punya pilihan. Aku mau bekerja untuk menghidupiku.”

“Jangan pikirin hal yang muluk-muluk. Emangnya cari kerjaan gampang! Siapa yang mau mempekerjakan anak kecil kayak kamu Bou?!”

Bou menggaruk-garuk kepalanya. Ia merasa ucapan Hiroto ada benarnya. Mana ada orang yang mau mempekerjakannya.

“Itu dipikirinnya nanti aja. Gimana kalo kamu sementara ini tinggal di rumahku aja dulu.” Tawar Izumi. Bou merasa tertolong, tapi ia sebenarnya tidak mau menyusahkan Izumi.

“Tidak usah Izu-kun. Di rumah Izu-kun sudah banyak orang..”

“Iya sih rumahku kecil, gak kayak rumahmu.”

“Bu- bukan gitu maksudku Izu-kun, aku cuma gak mau nyusahain keluarga Izu-kun aja.”

Izumi tersenyum. “Gak bakal nyusahain. Justru kamu bakal nolong aku banget kalo kamu tinggal di rumahku. Orang tua dan adik-adikku pergi berlibur. Katanya cuma 3 hari, tapi ternyata sampe 2 minggu. Kata ayah, mumpung dia lagi ngambil cuti katanya.”

“Izu-kun kesepian ya di rumah.. makanya suka nginep di kos-kosan mami Riku?!” Tanya Hiroto.

Izumi menggeleng. “Ibuku nyuruh orang gila nemanin aku. Aku stress banget ngadepin orang itu. makanya aku numpang di tempat kosmu. Nah kalo ada Bou, sedikitnya aku merasa  terhindar dari orang gila itu. Tapi kalo Bou gak mau, ya aku gak maksa sih.”

“Udah gini aja. Kita semua tinggal aja di rumah kos mami Riku. Waktu itu Rika bilang kalo mami Riku bakal memperpanjang  perjalanannya ke luar kota. Abis dari Gifu, dia mau langsung ke Sapporo jenguk orang tuanya dan kemungkinan bakal lama pulangnya. Gak tau sih sampe kapan. Dia sampe udah ngajuin cuti kuliah satu tahun.” (Keka : kayaknya Riku gak bakal pulang sampe cerita penpik ni kelar XD )

Izumi dan Bou tampak mengangguk-angguk. Ide Hiroto boleh juga.

“Tapi gak papa ya kalo aku numpang di tempat kosnya Pon Pon?!”

“Ya gak papa lah Bou, tapi hati-hati ma orang yang namanya Chiru. Dia suka gregetan kalo liat orang manis, ntar pipimu bisa dicubitin loh ma dia.”

Bou tersipu-sipu. “Jadi menurut Pon.. Bou manis ya..”

Ah napa dia jadi centil gitu? Tanya Hiroto dalam hati. “I- iya lah kamu manis. Kalo gak manis, mana mungkin banyak senpai cowok yang ngejar-ngejar kamu.”

“Aku gak ikut-ikutan lho.” Ucap Izumi.

“Izu-kun kan senpai baik-baik. Gak masuk itungan cowok yang napsu ma Bou.” Ucap Hiroto sambil tertawa.

Bou juga tertawa kecil mendengar ucapan Hiroto. Lalu ia teringat satu hal yang membuatnya penasaran dan ingin ia tanyakan langsung pada Hiroto. “Kok Pon Pon pindah kos sih?! Bukannya Pon seneng tinggal ma aniki Tora dan Saga?!”

Hiroto terdiam. Ia tidak mau menceritakan apa yang terjadi antara dirinya, Saga dan Tora. Mengingatnya saja sudah membuatmu perutnya mual.

“ng... bukan hal yang penting sih Bou. Aku cuman gak mau tergantung ma mereka aja.”

Bou merasa aneh mendengar jawaban Hiroto. Baru saja ia ingin bertanya lebih jauh, tapi Izumi tiba-tiba membelokkan arah pembicaraan.

“Ah Bou, pemilik rumah ini kemana ya?” Tanya Izumi. Ia merasa perlu mengambil tindakan agar Bou tidak tanya hal macam-macam lagi tentang hal yang mengingatkan Hiroto pada Tora maupun Saga.

“Gak tau. Paman itu sih Cuma bilang sebentar, tapi sampai sekarang gak datang-datang juga.”

“Paman??!! Orang yang nolong kamu itu sudah om om ya... tapi kamu gak diapa-apain ma om itu kan Bou?!!”

Bou kembali tertawa. “Ya enggaklah Pon. Paman itu baik banget dan kalo dia pulang nanti, aku mau ngucapin terima kasih sekali lagi padanya trus pamit pergi bersama kalian.”

-----000-----

Di lain tempat,

“Aku gak papa. kalian gak perlu bawa aku ke rumah sakit.”

“Tapi luka goresan pisau di lengan anda cukup dalam dan sepertinya perlu beberapa jahitan.” Ucap salah seorang laki-laki dengan rambut lurus yang cukup panjang.

“Chacha-san benar. Takayasu-san harus dapat perawatan.”

Satochi tersenyum pada laki-laki berlesung pipi yang baru ia ketahui bernama Kai. Kai menghubungi dan meminta tolong pada laki-laki yang dipanggilnya Chacha-san. Lalu laki-laki itu datang dengan mobilnya dan membawa Satochi ke sebuah rumah besar yang sangat mewah. Tidak lama kemudian, Satochi melihat seorang laki-laki berwibawa dengan pembawaan tenang dan wajah yang sangat menarik namun juga membuatnya seolah menjadi sosok yang kecil di hadapan laki-laki itu.

“Ada apa Kai? Apa yang terjadi pada Yuura? Kenapa dia pingsan?” Tanya laki-laki itu.

Kai pun menceritakan semuanya sambil terus memangku kepala Yuura yang sudah ia baringkan di sofa.

“Kalau begitu panggilkan dokter. Tidak perlu ke rumah sakit.” Ucap laki-laki itu. “Yuura bawa saja ke kamarnya. Dan berikan kamar juga untuk Takayasu-san yang sudah menolongnya ini. Dan kau Kai.. kita perlu bicara berdua saja di ruanganku.” Laki-laki itu pergi setelah berkata seperti itu.

Kai perlahan melepaskan Yuura yang terbaring dengan kepala di pangkuannya. Ia kembali membaringkan kepala anak itu di sofa dan mencium pipinya lembut sebelum akhirnya pergi menyusul laki-laki berwibawa tadi.

Satochi hanya bisa melihat kepergian mereka dalam diam. Entah kenapa ia tidak bisa lagi berkata tidak dan membiarkan dirinya di bawa ke sebuah ruangan untuk mendapat perawatan dari seorang dokter.

------000------

“Kau tau sesuatu tentang Yuura? Apa kau tau kenapa sampai ada orang-orang yang mencelakakannya seperti hari ini?”

Kai menggeleng mendengar ucapan ‘pemilik’. Memang tidak ada satupun yang diketahuinya, termasuk siapa Yuura yang sebenarnya.

“Aku sudah menyelidiki latar belakang anak itu. cukup sulit, tapi akhirnya ada sedikit yang ku ketahui walaupun itu belum banyak membantu. Yuura yatim piatu. Orang tuanya meninggal secara sadis karena dibunuh. Dan dia punya seorang kakak yang sayangnya tidak diketahui keberadaannya.”

Kai sedikit termanggu. Ia sendiri tidak pernah kepikiran untuk menyelidiki latar belakang Yuura, tapi kenapa ‘pemilik’ ini begitu ingin mengetahui latar belakang Yuura.

“Aku menyelidikinya karena sebulan yang lalu aku merasakan sesuatu yang aneh mengincar Yuura. dan sejak awal melihat anak itu, aku memang menemukan satu keganjilan padanya. Apa kau tidak menyadarinya Kai? Padahal anak itu paling dekat denganmu.”

Kai hanya terdiam. Ia memang melihat satu keganjilan pada Yuura dan ia sudah menemukan jawabannya, tapi sesuatu yang mengincar Yuura.. Kai sama sekali tidak tahu hal itu. memangnya siapa yang mengincarnya??

“Beberapa orangku merasakan ada banyak mata yang mengintai rumah ini sejak sebulan yang lalu. Pertama aku pikir itu adalah musuh-musuhku, tapi belakangan aku sadar jika orang-orang itu bukan mengincarku melainkan mengincar Yuura.”

“Darimana anda tau hal itu?” Tanya Kai yang merasakan kebingungan.

“Beberapa pelayan di rumah ini mengatakan kalau mereka sering ditanyai macam-macam oleh orang-orang yang tidak mereka kenal. Orang-orang itu menanyakan segala sesuatu yang berhubungan dengan Yuura. awalnya mereka tidak curiga tapi semakin lama, orang-orang itu semakin menanyakan hal yang lebih jauh. Termasuk kapan Yuura pergi ke luar rumah dan dimana letak kamarnya. Lalu beberapa hari yang lalu, aku dan Cha menemukan kamera pengintai di beberapa sudut kamar Yuura, bahkan di ruangan lain di rumah ini yang sering dipakai Yuura. hebat sekali orang-orang itu bisa masuk ke rumahku tanpa diketahui dan memasang kamera pengintai, padahal aku sudah memasang banyak perlindungan di rumah ini.”

“Kenapa orang-orang itu mengincar Yuura?” Tanya Kai masih bingung.

“Itu yang masih aku selidiki. Untuk sementara ini, aku sudah memindahkan kamar Yuura. anak itu akan tidur di kamarku karena itu satu-satunya tempat paling aman di rumah ini. Dan kau juga harus melarangnya keluar rumah. Kalaupun terpaksa, orang-orangku akan mengawalnya. Kejadian hari ini benar-benar luput dari pengawasanku.”

“Bukan! Ini memang salahku. Tadi aku memintanya menunggu di taman sendirian, sementara aku pergi belanja. Kejadian hari ini memang salahku.” Ucap Kai dengan wajah penuh penyesalan.

“Sudahlah Kai. Yang penting sekarang dia selamat. Dan mungkin saat dia sadar, dia bisa menceritakan sesuatu pada kita.”

------000------

“SIAL!! Padahal kita sudah mendapatkan anak itu, tapi gara-gara orang brengsek itu..”

“Sudahlah Kei, kita masih punya kesempatan lain.”

Kei mengepalkan tangannya dengan geram lalu dengan tangannya itu ia memukul cermin di hadapannya dan membuat cermin itu pecah berantakan.

“Jangan bodoh Kei! Sia-sia kau lakukan itu.”

Kei berusaha tenang dengan duduk dan menjilati tangannya yang berdarah.

Sebuah senyuman terkembang dengan manis. Langkah laki-laki itu dengan anggun memasuki ruangan. Dan dengan tatapan matanya yang menggoda, ia mencoba menyapa 3 orang di hadapannya.

Kei mendongakkan wajahnya menatap sosok laki-laki itu.

“Kau..”

“Bagaimana kau bisa masuk ke rumah ini?”

“Maaf Mao, aku merusak pintu rumahmu.” Ujar laki-laki itu dengan santai.

“Kau mau apa?” Tanya laki-laki yang bernama Mao.

“Ah tidak. Hanya ingin mengunjungi teman lama, tapi nampaknya kalian bertiga sedang kesal ya. Boleh aku duduk?”

Tidak ada jawaban. Tapi laki-laki itu sudah mengambil tempat di sebuah sofa empuk berwarna merah yang berhadapan langsung dengan Mao. Laki-laki itu menyulut rokoknya dan menghisapnya dalam, sebelum akhirnya melepaskan asapnya ke udara.

“Aku dengar dari Reita.. kalian mencoba menculik Yuura. tapi sayangnya gagal ya.. kalian bodoh sih.”

Kei tampak menggeram kesal, tapi laki-laki di sampingnya tampak menahannya.

“Aku peringatkan pada kalian. Hanya aku yang boleh menyentuh Yuura. sekali lagi kalian menyakiti adikku... kalian akan berhadapan langsung denganku.”

“Bukan begitu maksud kami, kami cuma ingin membantumu mendapatkannya kembali.”

“Sudahlah Tsurugi. Kau, Mao dan Kei tidak perlu repot-repot. Aku tau maksud tujuan kalian. Kalian hanya ingin mendapatkan mata Yuura. Maaf ya, tapi aku tidak bisa membiarkan kalian membutakan mata adikku.”

Kei tersenyum sambil terus menjilati tangannya yang berdarah. “Kau ini aneh, bukannya kau benci anak itu dan berniat membunuhnya?!”

“Itu memang tujuan hidupku. Tapi aku tidak ingin Yuura kehilangan penglihatannya. Aku ingin dia menyaksikan sendiri kematiannya. Aku ingin dia melihat bagaimana caraku menyayat kulitnya dan bagaimana caraku mengeluarkan isi perutnya.”

“Kau jahat sekali. Dia itu adikmu. Apa kau tidak bisa memaafkannya, dia juga hilang ingatan karena kesalahanmu.” Ujar Tsurugi yang tampak ngeri menatap aura membunuh dari laki-laki di hadapannya.

“Aku tidak bisa memaafkannya. Seharusnya dia tidak dilahirkan. Gara-gara dia orang tua kami kehilangan nyawa dan gara-gara dia, aku menjadi orang tidak berperasaan seperti ini. Dia harus mati agar aku bisa memaafkan diriku sendiri.”

------000------

Yuura membuka matanya saat mendengar seorang wanita menjerit di kepalanya. Begitu kesakitan sampai ia tidak ingin mendengar suara jeritan wanita itu lagi.

Begitu membuka mata, Yuura sadar jika ia tidak sedang berada di kamarnya. Aroma yang begitu khas dan cahaya remang yang begitu ia kenal. Ia sedang di kamar ‘pemilik’. Yuura bangun dengan memegangi kepalanya sambil menatap sekelilingnya dengan bingung. Ia ingat sebelumnya ada tiga orang yang menyerangnya lalu membuatnya tidak sadar.

Tapi kenapa sekarang aku berada di sini? Tanya Yuura dalam hati.

Yuura melihat seorang wanita dengan gaun panjang sedang merayap menuruni dinding. Separuh wajahnya tertutup rambutnya yang panjang dan perlahan ia mendekati Yuura. kalau dulu Yuura merasa ketakutan melihat wujud seperti ini, tapi sekarang ia merasa terbiasa.

“Kau mau apa? Aku tidak bisa menolongmu.” Ucap Yuura pada hantu wanita itu.

“Aku mencintai pemilik kamar ini.” Ucap wanita itu dengan suara bergetar.

Yuura berpikir dalam hati. Mengerikan sekali pemilik rumah itu dicintai wanita hantu seperti ini.

“Aku dulu wanita yang sangat cantik, tapi laki-laki itu mencampakkanku demi seorang laki-laki. Padahal kami sudah bertunangan. Aku tidak terima, lalu aku mengiris leherku sendiri di hadapannya. Sedikit pun dia tidak sedih saat aku mati.”

Itu karena kau bodoh. Ucap Yuura dalam hati.

“Kau mau membantuku kan anak manis?!”

“Memangnya apa yang bisa kubantu?” Tanya Yuura merasa tidak yakin.

“Boleh aku pinjam tubuhmu.”

Yuura mengerutkan keningya. “Buat apa?!” Tanyanya merasa bingung.

“Aku ingin sekali lagi mengucapkan kalau aku mencintainya. Dan kalau dengan tubuhmu... laki-laki itu pasti tidak akan menolak. Aku ingin sekali saja merasakan bercinta dengannya, dengan demikian aku merasa puas dan bisa pergi dengan tenang.”

Yuura terkejut, lalu buru-buru menjauhi hantu wanita itu. hantu ini gila. Pikirnya.

“Jangan ngomong sembarangan dong! Aku gak mau dirasukin hantu kayak kamu, apalagi buat tujuan yang enggak enggak!!” Seru Yuura.

“Sekali saja... hanya untuk malam ini. Serahkan tubuhmu padaku, kau tidak akan merasa rugi.”

“Gak maooooooo!!! Pergi sana!! Hush hush!!!” Yuura berusaha mengusir hantu wanita itu, tapi hantu wanita itu malah semakin mendekatinya. Yuura akhirnya berteriak sambil memanggil nama Kai berkali-kali.

“Ada apa Yuura? Kenapa teriak-teriak?” Tanya Kai bingung saat melihat Yuura yang panik.

“Itu Kai. Hantu itu gila, dia mau ngerasukin aku!” Seru Yuura sambil menunjuk-nunjuk sesuatu yang sayangnya tidak bisa diliat oleh Kai.

Kai kemudian memeluknya sambil menenangkannya. “Gak ada apa-apa. Kamu tenang ya.”

“Tapi Kai..”

“Ini pakai kacamatamu ya.”

Yuura menurut meskipun ia masih tampak panik. “Kenapa aku bisa disini Kai? Aku gak mau disini!”

“Tenanglah Yuura. kata ‘pemilik rumah’ kamu harus tinggal di kamar ini untuk sementara waktu. Kamu baru aja pingsan, sekarang istirahat aja dulu.”

“Gak mau Kai! Kalo terus-terusan disini, hantu itu bisa ngambil alih badanku buat tujuan yang aneh-aneh.”

“Hantu apa? Ah kamu ini aneh-aneh aja.” Ujar Kai sambil tertawa dan menepuk pelan kepala Yuura. “Kamu tenang ya, aku ambilin makan dulu.”

“Gak usah Kai! Aku gak laper, aku mau kembali ke kamarku aja.”  

“Tetaplah disini Yuura. mulai saat ini kau akan tinggal di kamarku selama 24 jam.”

Yuura membelalakkan matanya dan menatap ‘pemilik rumah’ tak percaya. “Ke- kenapa aku harus dikurung disini?” Tanyanya bingung.

“Penjelasannya nanti aja. Sekarang tidur aja kalo kamu memang gak laper.” Ujar Kai sambil tersenyum lembut kepada Yuura.

Yuura menolaknya tegas. “Aku gak mau tidur! Aku sudah kebanyakan tidur. Aku mau keluar dari sini.” Yuura bersikeras.

“Baiklah kalau memang itu keinginanmu. Kai temani dia, tapi jangan selangkah pun keluar dari rumah ini.” Ucap ‘pemilik rumah’.

Yuura menghela nafas lega, meskipun ia merasa bingung.. kenapa ada larangan gak boleh keluar rumah??

-----000-----

“Ini udah sore Bou. Paman itu kemana sih? Kok gak pulang-pulang juga?!!” Ujar Hiroto sambil memencet-mencet stick PSnya.

“Sabar Pon. Kan lumayan ni bisa ngegame.”

“Tapi kan bosen kalo terus-terusan main game. Dari tadi aku mulu yang menang. Izumi senpai sampe ketiduran tu karena kelamaan nunggu.”

Bou mengalihkan pandangannya pada Izumi yang tertidur. “Wah iya kasian Izu-kun.” Bou pun bangkit lalu mengambil selimut dan menyelimuti Izumi.

“Kamu perhatian banget ma Izu-kun.” Ucap Hiroto tiba-tiba.

Bou tersenyum. “Aku pengen punya kakak kayak dia.”

“Tapi kan kamu udah punya kakak laki-laki.”

Mendadak Bou sedih begitu mendengar ucapan Hiroto.

Memangnya ada yang salah? Tanya Hiroto dalam hati.

“Hidup itu pilihan ya.. sayangnya aku gak punya pilihan. Aku gak bisa milih kakak mana yang pantes buatku. Aki bukan kakak yang baik. Aku gak mau punya kakak kayak dia.”

Hiroto menatap serius wajah Bou yang sedih. “Memangnya apa yang salah dari kakakmu itu Bou?”

“Kamu betul-betul ingin tau?!”

Hiroto mengangguk. “Tapi kalo kamu gak mau cerita ya gak papa sih.”

Bou tersenyum lalu menggenggam tangan Hiroto. “Ini hanya antar kita berdua ya... Pon harus janji simpen rahasia ini demi Bou.”

Hiroto lagi-lagi mengangguk. Dan Bou akhirnya menceritakan semua perlakuan jelek Aki terhadapnya.

Hiroto hanya bisa terpaku mendengar semua ucapan Bou. “Kakakmu jahat banget.” Ucapnya, begitu Bou selesai menceritakan kisahnya.
 
Bou berusaha untuk menahan air matanya. Ia gak mau jadi anak yang cengeng. “Pon Pon beruntung ya.. banyak orang yang sayang. Kalo Bou.. gak punya satupun orang yang bener-bener sayang.”

 
“Kamu ngomong apa sih?! Kita semua sayang kamu. Aku, Izumi, pengawalmu si Kanon itu. trus ayah ibumu juga sayang kamu.”

 
“Benarkah itu Pon?!” Bou tampak senang sekali mendengar ucapan Hiroto tersebut.

 
“Kenapa sih kamu ini?! Aku malah iri ma kamu. Kamu punya si Kanon itu. kelihatan banget kalo Kanon tu perhatian dan sayang banget ke kamu. Seandainya aku juga punya satu orang kayak dia di sampingku..”

 
“Pon Pon kan punya aniki Tora dan Saga. Mereka selalu ngelindungin Pon Pon kan?!”

 
Kali ini Hiroto yang tampak sedih. Kalau dulu.. mungkin ia masih bisa berkata iya menjawab pertanyaan Bou, tapi setelah perlakuan Tora beberapa waktu yang lalu, masih pantaskah Hiroto berkata kalau Tora dan Saga selalu melindunginya.


“Pon kenapa?” Tanya Bou yang menangkap perubahan di wajah Hiroto.

Hiroto menggeleng, tapi sepertinya Bou masih penasaran dengan sikapnya. Apa perlu Hiroto menceritakannya pada Bou? Padahal ia berusaha menyimpannya rapat-rapat, tapi sepertinya tidak apa kalau diceritakan pada Bou. lagipula Bou sudah menceritakan rahasia hidupnya yang sesak pada Hiroto.

“Aku benci orang itu Bou.”

“Benci?! Siapa yang Pon maksud?”

“Tora. Orang itu yang aku maksud.”

Bou mengerutkan keningnya. Bagaimana mungkin Pon bisa benci pada Tora? Tanya Bou dalam hati. “Kenapa Pon bisa benci dia, bukannya Pon sayang banget ma dia.”

“Dulu memang iya, tapi setelah kejadian itu. aku berusaha lupa kalo aku pernah sayang dia.”

“Kejadian itu apa?” Tanya Bou makin bingung.

“Apa yang Aki lakukan padamu, juga dilakukan Tora padaku.”

Bou menutup mulutnya tidak percaya dengan ucapan Hiroto barusan. “Tidak mungkin. Pon Pon bohong kan?! Orang itu gak mungkin kayak gitu.”

“Tapi kenyataannya memang gitu Bou. aku juga gak mau percaya, tapi Tora memang sudah melakukan itu padaku dan itu semua karena salah Saga. Aku juga jadi benci dia.”

“Peranan Saga memangnya apa?”

Hiroto tadinya tidak mau bercerita panjang lebar, tapi akhirnya ia menceritakan semua kejadiannya pada Bou.

Bou menatapnya iba. “Kita sama ya Pon, tapi Pon gak boleh benci Saga. Mungkin dia gak tau kalo kejadiannya bakal kayak gitu. Saga pasti cuma mau mengusahakan yang terbaik aja.”

“Iya sih, sebenarnya aku gak betul-betul benci Saga. Tapi untuk sementara ini, aku gak mau dulu ketemu dia.”

Bou akhirnya memeluk Hiroto. Apa yang dirasakan Hiroto juga dapat ia rasakan. Perasaan kecewa dan rasa sakit yang sama seperti yang ia rasakan.

Disaat itu juga Izumi mulai membuka matanya. Sejak tadi sebenarnya ia tidak benar-benar tidur dan ia bisa mendengar jelas pengakuan kedua temannya.

Kasian mereka. Ucap Izumi dalam hati.

------000------

Yuura manatap orang yang berdiri di hadapannya.

Orang ini yang menolongku

Yuura pun mengangguk dan mengucapkan terima kasih padanya.

“Takayasu-san terluka gara-gara aku. Aku minta maaf.” Ujar Yuura padanya.

Laki-laki itu tersenyum ramah. “Gak papa. aku senang bisa menolong orang.”

Satochi menggaruk-garuk kepalanya. Tadi malam ia juga menolong seorang gadis mungil dan hari ini ia menolong seorang pemuda. Aku memang orang baik yang kurang kerjaan. Ujarnya dalam hati.

Yuura lalu membuka kacamatanya. Orang baik seperti ini pasti punya kehidupan masa lalu yang menyenangkan dan masa depan yang membahagiakan. Begitu pikirnya.

Tapi yang dilihatnya sama sekali berbeda...

Yuura terkejut bahkan nyaris kehilangan nafasnya...

Orang ini akan mati 72 jam lagi...


-------000-------

t.b.Kontinyut~

0 komentar:

Posting Komentar