Nanairo CRAYON part 15

Fandom: Jrock staring the GazettE, Kagrra, Kra, Alice Nine, Sadie, An Cafe n more…

Author: -Keka-

* * *


Kanon menjatuhkan semua barang belanjaannya saat ia tidak menemukan satupun sosok Bou maupun Hiroto. Yang ia temukan hanyalah percikan darah di lorong depan dekat pintu masuk rumah. ia tidak tahu itu darah siapa.. apakah percikan darah Bou atau darah Hiroto? Yang ia tahu hanya satu.. saat ini mereka berdua dalam bahaya.

Dan Kanon bingung dengan apa yang harus diperbuatnya. Ia menyalahkan diri sendiri karena sudah pergi terlalu lama meninggalkan bocah-bocah itu. tapi mungkin jika ia ada sekalipun, keberadaannya sama sekali tidak berarti apa-apa. Ia memang seseorang yang tidak bisa diharapkan. Dan Kanon sangat menyesali kekurangannya itu.

Kini tidak ada jalan lain yang bisa dipikirkannya selain melaporkan semua ini pada orang tua Bou. mereka harus tahu kalau anak mereka mungkin saja dalam bahaya. Dan Kanon sudah tidak peduli apa mereka akan marah atau apalah terserah.

Tapi kemudian Kanon kembali berpikir. Mungkin terlalu tergesa-gesa jika memberitahukan peristiwa menghilangnya Bou pada kedua orang tuanya. ia lalu mengingat teman-teman Hiroto. Meskipun tidak terlalu mengenal baik, Kanon yakin orang-orang itu akan mendengar ucapannya dan membantunya, bagaimana pun juga itu menyangkut keselamatan salah seorang teman mereka.

==1515==

Saga keluar dari rumah penginapan itu dengan perasaan bercabang. Di satu sisi ia merasa lega karena mengurungkan niatnya untuk membunuh Kai. Tapi di sisi lain, ia merasa takut karena sangat mencemaskan keselamatan Hiroto.

Kegagalannya membunuh Kai pasti akan cepat tercium oleh organisasi hitam itu. dan Saga sudah bisa memperkirakan, secepat itu pula mereka akan memerintahkan orang untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan Saga terjadi pada Hiroto. Sebelum hal itu terjadi, Saga memutuskan untuk terlebih dulu menemukan Hiroto sebelum ia kalah cepat.

Lalu bagaimana dengan Tora?

Saat ini Tora masih terbaring di rumah sakit. Keluarganya pun sudah pasrah jika harus kehilangan laki-laki itu karena Tora bersikeras tetap tidak mau menjalani operasi cangkok jantung. Menurutnya operasi itu tidak akan berarti apa-apa. Sakitnya bukan hanya karena jantung, tapi juga hal lainnya yang tidak bisa terbayarkan dengan sejumlah uang.

Tora terlalu naif dan tidak mau menggantungkan harapannya pada satu hal yang tidak pasti. Ia lebih memilih mati dengan tenang daripada harus mati di atas meja operasi. Dan ia sudah memutuskan itu semua, Saga bahkan tidak bisa membujuknya. Satu-satunya yang bisa ia lakukan hanyalah membawa Hiroto bertemu laki-laki itu. hiroto harus tahu bahwa Tora sakit keras dan mereka harus berbicara banyak hal untuk meluruskan kesalahpahaman. Hiroto harus tahu bahwa Tora sangat mencintainya.

==1515==

Di lain pihak..

Pasca menjalani operasi, Naoran tampaknya sudah terlihat sehat meskipun belum banyak bisa bergerak. Ia terus menerus mendesak Akiya dan Izumi untuk melaporkan kejadian yang dialaminya pada polisi, tentu saja bukan hanya itu. tapi Nao mau agar polisi-polisi itu bisa menemukan Yuura yang diculik untuk satu alasan yang Nao tidak tahu dan menangkap pelaku penculikan yang juga telah menewaskan Satochi-san.

Kamar rumah sakit itu seketika itu juga menjadi penuh. Bukan hanya karena Nao, Akiya dan Izumi, tapi juga karena Keiyuu, Rika dan Chiru ikut hadir di tengah-tengahnya.

“UAPAAAAA?!!! O- orang itu... ma- maksudmu Uru-san.. Akiya-kun???” Tanya Rika tampak tidak percaya.

Akiya mengangguk dan membuat mata cewek itu makin melotot karena gak percaya. “Serius nih?!!! Gak mungkin ah!!!! Uru-san itu orangnya baek banget.. udah gitu ramah banget ke aku..”

“Yeee.. kamu mah kalo liat orang cakep biar orang itu Sumanto ataw Jack de ripper tetep aja kamu bilang orang baek baek!!” sungut Chiru.

Rika manyun. “Tapi dia emang beneran baek kok. Gini gini kan aku bisa tahu mana orang yang bener-bener baek dan tulus ke aku sama yang enggak! Dan waktu Uru-san ngobrol-ngobrol ma aku... aku tau kalo dia tulus punya maksud baek nemenin aku ngobrol biar aku yang sering kalian cuekin ini gak kesepian.”

“Instingmu udah dikaburpandangkan sama pesonanya yang aduhai itu!!” Chiru masih ngotot.

“Aku gak silau kok sama tampangnya yang bikin horny!! lagian napa kamu sewot banget sih sama Uru-san ntu?!!!” Tanya Rika bingung.

“Ya itu karena dia dan Aoi itu HOMORUN!!!”

“Oh I see.. jadi karena Aoi ada affair sama dia toh.. jerashi niy ceritanya.” Rika senyum-senyum dan membuat wajah Chiru berubah kecut.

“Bu- bukan karena itu.. tapi ya karena itu.. ah maksudku ka- karena.. Aoi dan si kunyuk itu..”

“STOP STOOP STOOOOOOPP SEEETTTOOOOOOOOOOOPPP!!! Pada berenti gak neh nyebutin kata HOMO, affair, Aoi, Uruha, jerashi dan tetek nenek bengeknya!!!” Bentak Nao sambil nyusruk nyusruk di tempat tidurnya karena nahan sakit di perutnya akibat hilangnya pengaruh obat bius pasca operasi.

“A- ampuun om Nao.. abisan tante Chiru yang mulai duluan..”

“Yee aku lagi yang disalahin!!” Chiru ngelempar tatapan maut ala nenek grondong ke arah Rika yang sok innosen.

“Sekarang kita pikirin gimana caranya nyelamatin Yuura.”

“Tu- tunggu dulu Nao.. penjelasannya kan belum selesai!” Potong Keiyuu yang dari tadi diem aja waktu tante Rika dan tante Chiru lagi asik debat temu kader calon presiden.

“Penjelasan apa lagi Keiyuu? Kan tadi Aki-kun sudah bilang kalo Uruha itu memang bukan orang baek-baek.”

“Tapi apa buktinya? Trus apa hubungannya sama penculikan Yuura dan kecelakaan yang baru menimpamu beberapa waktu yang lalu??”

“Nah itu dia Kei, aku juga gak tau. Tapi aku tau satu hal...”

Semua menatap Nao serius.

“Satu hal apa maksudmu itu Nao-chan??” Tanya Izumi penasaran.

“Kalung. Kalian ingat kan sepasang kalung yang pernah aku ceritain waktu itu?!!”

“Maksudmu sepasang kalung milik suami istri ilmuwan yang dipesan khusus untuk kedua putra mereka?!” Akiya berusaha memastikan.

“Yep nancep landep!!” Seru Nao membenarkan ucapan Akiya. “Nah sebelum aku berpisah dgn Yuura, aku sempet liat salah satu dari kalung itu melingkar di leher Yuura. dan pastinya kalian tau sendiri kalo kalung satunya itu milik Uruha. Jadi aku mengambil kesimpulan kalo kemungkinan besar mereka punya satu hubungan.”

“Tapi waktu mereka saling ketemu, sepertinya mereka gak saling kenal tuh.” Rika berusaha mengeluarkan fakta penyangkalan.

“Untuk Yuura memang rasanya seperti itu, tapi kalau melihat cara Uruha memandang anak itu.. aku merasa kalau dia sangat mengenal Yuura dengan baik.”

“Hm.. bener juga. Aku sepakat dengan Aki-kun. Itu terlihat dari caranya menolong Yuura waktu pingsan.” Chiru sepaham dengan Akiya.

“oh iya.. ada lagi..” Wajah Rika berubah cemas. “Teman Hiroto itu.. ma- maksudku si Bou.. ng.. sepertinya juga mengenal Uru-san. Gak tau napa.. waktu anak itu melihat Uru-san.. dia jadi ketakutan gitu trus maksa Hiroto mengantarnya ke suatu tempat. Trus bukan Cuma Bou, Saga ternyata juga mengenal Uru-san. Waktu itu Saga datang ke rumah.. yah seperti biasa untuk nyari Hiroto, tapi Hiroto pergi sama Bou.. dan kebetulan Uru-san keluar. Lalu waktu ngeliat Saga, dia seneng banget karena katanya Saga itu temen lamanya. Saga sih keliatan sebaliknya, dia kayak kaget gitu ketemu Uru-san. Bukannya seneng tapi dia malah nunjukin wajah kurang berkenan gitu.” Jelas Rika.

Semua di ruangan itu terdiam. Sampai Akiya kembali melanjutkan.

“Kalau Saga ada hubungan dengan orang itu, berarti dia juga punya catatan masa lalu hitam. Sama seperti Mizuki.

“Mi- Mizuki??!! Apa hubungannya juki sama ini?!!” Tanya Chiru yang selalu berkobar-kobar jika menyangkut urusan dengan Mizuki.

Akiya menghela nafas panjang, lalu menghembuskannya dengan berat. “Sebenarnya aku ingin merahasiakan ini dari kalian. Bagaimana pun juga selama ini Mizuki bagiku dan tentunya bagi kita semua.. dia teman yang baik dan menyenangkan. Seburuk apapun masa lalunya itu.”

“Ng.. Akiya.. kalo kamu mo bilang Mizuki itu dulunya seorang gigolo, kita semua gak bakal terkejut. Iya kan teman-teman?!!”

Semua kecuali Chiru dan Akiya pada manggut-manggut menyetujui ucapan Nao.

“Bukan itu Nao, Mizuki itu dulunya juga berprofesi sama seperti Uruha saat ini. dia adalah seorang pembunuh bayaran.”

“WHAAAAAAATTT?!!!!!!” semua serentak tak percaya, terutama Chiru yang udah ngejatuhin gelas minumnya ke lantai.

“Aku mendengar percakapannya bersama Uruha. Dan sepertinya Uruha ingin mengajak Mizuki kembali pada profesi lamanya.”

“Heee..?!!! GAK MUNGKIN!!!” Kali ini Chiru sudah meremas kepala Keiyuu saking tercengangnya dengan pernyataan Akiya itu.

“Memangnya dulu bagaimana sih cara kalian bisa bertemu Mizuki dan akhirnya Mizuki bisa tinggal bersama kalian?” Tanya Izumi.

“Mizuki itu dulu nolong aku sama Riku waktu digangguin preman Harajuku. Trus karena dia bilang lagi nyari tempat tinggal, makanya Riku ngajak dia tinggal di rumah kosnya.” Terang Rika.

“Kalian gak curiga sama sekali sama dia??” Masih Izumi bertanya.

Rika menggeleng. “Abisan dia kayak orang bego bego, lagian dia baik, lucu dan mau ngapain aja kalo aku dan Riku nyuruh nyuruh dia. disuruh pergi belanja ke pasar sama bersihiin kamar mandi aja dia mau.” Ucap Rika yang mulai senyum senyum sendiri saat membayangkan Mizuki yang itu lagi membersihkan kamar mandi.

“Sepertinya Mizuki melepas pekerjaan kotor itu karena sesuatu. Dan dia ingin mengubah jalan hidupnya menjadi orang baik-baik. Kalo dia memang berniat jahat, mungkin dia sudah berbuat sesuatu pada Rika dan Riku yang sudah lebih dulu mengenalnya.”

“Berbuat sesuatu apa contohnya??” Tanya Chiru sengit ke Akiya. “Gak lama setelah Rika Riku kenal dia, aku juga langsung kenal dia kok.” Ucapnya gak mau kalah.

“Ya misalnya aja Mizuki ngerampok dua cecenguk cewek itu Chiru. Trus abis dirampok, dua cewek itu langsung dibunuh, dicincang cincang, abis tu hasil cincangannya dibuat korned.”

“Hiii Nao.. Mizuki gak mungkin gitu ke aku dan Riku!!” Rika nyubitin Nao gemes.

“Ng.. teman-teman... kalo ucapan kalian itu emang bener.. brarti rumah kos kita dalam bahaya. Aku baru inget kalo gara-gara denger Nao kecelakaan, kita semua jadi panik trus ninggalin Rumah kos Riku begitu aja. Dan seingatku.. di rumah itu cuman ada Uruha dan Mizuki.” Ucap Keiyuu.

“Hee iya bener juga. Aoi juga pergi ke Mie buat jenguk kakaknya kan?!!”

“Itu gak penting Chiru, yang lebih penting.. kemarin Riku nelpon, dia bilang mau pulang hari ini. dan dengan entengnya aku bilang ke dia kalo kita pada jagain Nao di rumah sakit. Tapi rumah kos aman karena ada Mizuki. Haduuh gimana dong.. kalo pas Riku pulang trus Mizuki dan Uru-san langsung ngebunuh dia?”

“Tapi aku rasa itu gak mungkin terjadi. Seperti yang Akiya bilang, Mizuki sekarang sudah insaf. Sedangkan Uruha itu seorang pembunuh bayaran, setauku profesi itu menuntut seseorang untuk tidak membunuh sembarangan. Hanya orang yang menjadi sasaranlah yang akan mereka bunuh. Dan sepertinya Riku bukan kriteria orang untuk dibunuh.”

“I- iya sih Izumi.. tapi kan tetep aja... dua orang pembunuh ada di rumah kos kita. Ngebayanginnya aja udah ngeri.”

“Tenang Rika.. hari ini juga kita pulang ke rumah kos. Aku mau tanya ke Mizuki kebenaran dari ini semua.”

“Tu- tunggu dulu Chiru, jangan langsung grasak grasuk. Ada baiknya sementara ini kita pura-pura gak tau kalo Mizuki itu mantan pembunuh.” Kata Keiyuu dengan mimik wajah antara cemas dan sedikit takut.

“Jadi kita harus gimana dong?!!”

“Kita pulang hari ini. Berbahaya kalau cuma kamu dan Rika aja yang pulang.. aku dan Keiyuu juga ikut. Sementara itu Izumi.. kamu gak keberatan kan nemanin Nao disini?!”

Izumi mengangguk. “Nao serahin ke aku. Kalian pulanglah dan pikirin jalan yang terbaik. Entah lapor polisi atau apalah terserah kalian. Oh iya.. tentang Bou dan Hiroto.. aku merasa entah kenapa mereka juga ada sangkut pautnya dengan masalah ini. Bou mengenal Uruha, sedangkan Hiroto dekat dengan Saga yang seperti Akiya bilang.. kemungkinan juga punya catatan masa lalu hitam. Mereka teman-temanku, tolong ingatkan juga pada mereka untuk berhati-hati. Aku gak mau kejadian yang menimpa Nao saat ini, entah ada hubungannya dengan Uruha itu atau tidak, juga dialami oleh Bou dan Hiroto.”

Akiya mengangguk dan menepuk pelan pundak Izumi. Lalu setelahnya, ia bersama Keiyuu, Rika dan Chiru keluar dari ruang perawatan Nao tersebut.

==1515==

“Aku sama Chiru mau ke toilet dulu. Kalian berdua duluan aja.”

“Jangan lama-lama ya Rika..” seru Keiyuu yang dibalas anggukan pelan kepala Rika.

“Ngapain kita ke toilet, tadi kan kamu udah pipis??” Tanya Chiru saat Akiya dan Keiyuu sudah agak jauh meninggalkan mereka.

“Aku tadi sempet liat orang itu di rumah sakit ini.”

“Orang itu siapa?” Tanya Chiru bingung.

“Tora. Tu liat, dia duduk di deket pohon Sakura itu.” Tunjuk Rika ke arah laki-laki yang duduk di bangku panjang dengan menggunakan sweater dan syal panjang sambil menatap pohon Sakura yang telah berguguran dan sekarang nampak hanya seperti batang pohon kering.

“Oh iya bener. Orang itu kan sakit.”

“Hah sakit?!!! Sakit apa??”

“Kamu gak tau kalo Tora itu sekarang sudah sekarat?!! Cacat jantung dan komplikasi organ tubuh bagian dalam. Selain jantungnya gak bekerja dengan baik, sebelah paru-parunya kabarnya juga gak bekerja dengan normal. Jadi biarpun operasi pencangkokan jantungnya berhasil, dia juga tetep gak bisa bertahan hidup.”

“Ah masa iya begitu?!! Padahal kan aku belum diajak kencan sama dia!” Rika langsung buru-buru menghampiri Tora sebelum Chiru berhasil mencegahnya.

“Iiih tu anak nyolot banget.” Chiru baru saja ingin menyusulnya, tapi sudah ada seseorang yang memanggilnya..

“Chiru, aku mau bicara denganmu.”

Chiru menoleh dan terkejut saat Aoi sudah berdiri di hadapannya.

==1515==

“Dasar cewek cewek, ke toilet aja lama banget!!” Keiyuu mulai ngomel-ngomel. Tidak lama setelahnya, ponselnya berdering. Dari Chiru.

“Apa?!! Kalian berdua pulang naik kereta berikutnya aja?!! Kok tiba-tiba?? Ada urusan apa sih?!!”

Keiyuu tampak mengernyitkan kedua alisnya. Lalu berkata singkat.. “Ya udahlah terserah kalian.” Dan menutup telponnya.

“Kenapa Kei?” Tanya Akiya yang berdiri di sampingnya.

“Gak tau tuh, katanya ada urusan tiba-tiba dan kita disuruh pulang duluan.”

==1515==

Chiru gugup. Entah berapa abad rasanya ia tidak duduk di samping Aoi dan berbicara berdua saja dengan laki-laki itu apalagi dalam suasana serius. Meskipun Chiru sebal kepadanya, tapi tetap saja berada di sebelah laki-laki itu membuat jantungnya berdetak ribuan kali lebih cepat. (Keka: buzzeeedzz XDD)

“Ng.. ma- mau ngomong apa Aoi?” Tanya Chiru tersendat-sendat.

“Ini tentang Uruha.”

Chiru setengah kecewa. Kenapa dia lagi??

“Ooh..” tanggapan Chiru datar.

“Tadi aku mendengar semua pembicaraan kalian tentang Uruha saat aku ingin menjenguk Nao di ruangannya.”

Chiru kali ini terkejut. “Ng itu...”

“Ya Chiru. Aku tidak menyalahkan kalian karena kalian berpikir seperti itu tentang Uruha..”

“Tu- tunggu dulu Aoi, kita bukan sedang berpikir seperti itu tentang temanmu itu.. tapi kita punya buktinya. Akiya sendiri yang mendengar percakapan temanmu itu dengan Mizuki.. lalu fakta-fakta lainnya..”

“Iya aku tahu Chiru. Aku akui kalau Uruha memang bukan orang baik-baik. Memang dia yang membunuh kucing Rika dan dia juga pernah menghabisi nyawa orang lain. Aku sendiri yang melihatnya dengan mataku.”

“Lalu kenapa kamu berhubungan dengan orang seperti itu?!!”

Aoi menundukkan kepalanya. “Aku mencintainya Chiru..”

Oh yaa aku mencintainya. Semudah itu cinta membutakan matamu Aoi. Ucap Chiru dalam hati. (Keka: XDD)

“Meskipun kalian menilainya buruk, tapi sebenarnya Uruha tidak seburuk yang kalian pikirkan. Uruha hanya laki-laki yang menjalani kehidupan masa lalu yang buruk, tumbuh di tengah-tengah ketidakadilan dan terapung-apung pada satu ketidakpastian. Aku berhubungan dengannya semata karena aku ingin memberinya cinta dan mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik. Aku mengajaknya ke tempat tinggal kita agar dia merasakan hangatnya persahabatan dan jiwa kekeluargaan yang selama ini aku rasakan bersama kalian.”

“Tapi Aoi.. macan itu tetap macan dan gak bisa berubah jadi kucing rumahan meskipun kamu memeliharanya di dalam rumahmu. Apa kamu percaya saat dia bilang.. ‘aku sudah berubah dan gak akan pernah menghabisi nyawa lagi demi dirimu’??

Aoi mengangguk. “Uruha memang pernah berkata itu padaku. Dan memang aku percaya kata-katanya. Karena toh dihadapanku selama ini, dia telah menunjukkan sikap itu. tujuannya sekarang hanya mencari adiknya.”

“Tapi dia bersikap begitu cuma dihadapanmu, bagaimana kalau di belakangmu? Apa kamu masih percaya ucapannya?!! Lalu tentang adiknya itu.. aku jadi kepikiran seseorang.”

“Siapa?”

“Yuura. kamu ingat dia?!”

Aoi mengangguk. “Itu anak yang bersama Nao.”

“Iya anak itu. dan sekarang anak itu diculik. Penculik itu juga yang menyebabkan Nao terluka seperti sekarang ini. dan lebih daripada itu, ada 1 nyawa yang hilang gara-gara penculikan anak itu. lalu hubungannya dengan Uruha.. apa kamu bisa melihatnya?”

Kali ini Aoi menggeleng. “Entahlah Chiru, kalau anak itu memang adik Uruha.. mungkin penculik itu menginginkannya untuk membuat Uruha kembali menjadi pembunuh.”

“Bukan!! Kurasa bukan seperti itu. karena kenyataannya menurut Akiya, saat ini Uruha masih aktif sebagai seorang pembunuh dan dia justru mengajak Mizuki yang dulunya berprofesi sebagai itu.. kembali menekuni pekerjaan busuk itu. aku rasa penculik Yuura itu masih sesama rekan Uruha sebagai pembunuh. Dan mereka menculik Yuura karena Yuura memiliki keistimewaan pada matanya. Kami semua sudah mendengar keistimewaan mata anak itu dari Nao. Yuura itu bisa melihat hal-hal ajaib yang gak bisa dilihat mata-mata orang biasa seperti kita.”

Aoi tampak diam berpikir. Mungkin ucapan Chiru dan teman-temannya yang lain memang benar. Mungkin selama ini ia yang salah karena terlalu percaya pada Uruha. Tapi Uruha terlalu sempurna di matanya. Bahkan sosoknya seperti seorang malaikat di mata Aoi.

“Dengar Aoi, kalo kamu masih peduli dengan teman-temanmu.. datanglah pada Uruha itu dan tuntutlah kebenaran dari dirinya. Kami mau melaporkan peristiwa ini pada polisi. Bagaimanapun juga penculik Yuura itu harus ditemukan. Penculik itu juga yang menyebabkan Nao celaka dan seseorang yang gak tau apa-apa harus kehilangan nyawanya.”

Aoi mengangguk. “Kalau begitu aku ikut kalian pulang. Tadi aku meninggalkan Uruha di rumah kos kita.”

“Sendirian?!!”

“Ng.. ya sepertinya begitu.. tapi aku yakin dia gak akan berbuat hal-hal yang merugikan kita. Aku jamin itu.

Chiru menghela nafas. Semoga ucapanmu benar Aoi. Ucapnya dalam hati.

==1515==

“Sampaikan permintaan maafku padanya... mungkin aku sudah tidak punya waktu untuk bertemu dirinya.”

Ucapan itu keluar dari bibir Tora yang memucat.

“Ja- jangan ngomong gitu dong. Itu namanya pesimis.. a- aku yakin kamu masih bisa hidup sampe berpuluh-puluh tahun lagi.”

Tora tersenyum mendengar ucapan gadis itu.

“Gak mungkin Rika. sekarang aja aku sudah merasa akan mati.”

“Tapi paling enggak.. kamu harus yakin kalo kamu masih bisa ketemu Hiroto lagi. Nanti biar aku yang bujuk dia biar mau ketemu kamu.”

“Gak usah repot-repot. Lagipula.. Pon Pon sudah pasti gak mau ketemu aku lagi. Aku ini sudah sangat dibencinya.”

“Kamu memang salah, tapi masa iya dia gak mau maafin kamu?! Pon itu anak baik dan aku yakin dia pasti masih sangat amat menyayangimu sebagai bagian dari hidupnya. Pon pasti sedih kalo tau kamu begini.”

Tora kembali tersenyum. “Terima kasih sudah menghiburku. Saga juga selalu berkata seperti itu.”

Mendengar nama Saga, Rika jadi ingat sesuatu. “Ng.. Tora.. boleh aku tanya sesuatu gak?!”

Tora mengangguk. “Mau tanya apa?”

“Ng.. ini tentang Saga...”

Tora sedikit bingung karena tiba-tiba Rika bersikap lain, seperti orang yang bingung antara ingin bertanya dan tidak.

“Saga itu dulunya seperti apa.. ng maksudku.. apa dulu dia pernah melakukan kejahatan.. eh maksudku bukan kejahatan tapi ya... sejenis-jenis itulah..”

Tora terdiam. Ia bingung kenapa Rika bertanya seperti itu, terlebih karena pertanyaan gadis itu tidak salah. Tapi..

“Tidak pernah ada kejahatan atau apapun yang dilakukan Saga, dia temanku sejak kecil dan aku sangat mengenalnya. kenapa kamu bertanya seperti itu?”

Rika tampak malu-malu. “eng.. gak papa sih.. tapi.. ng.. ya.. hahahaa.. bukan hal yang penting kok.” Rika tertawa garing seorang diri. dan Tora semakin merasa aneh dengan sikapnya itu.

“Trus kalo Saga itu temanmu sejak kecil.. brarti kamu juga kenal dong sama orang yang namanya Uruha?”

Tora tersentak mendengar nama itu. uruha. Ia memang tidak mengenalnya, tapi ia tahu tentang laki-laki itu dari Saga.

“A- aku tidak tahu tentang itu. memangnya kamu mengenal orang bernama Uruha itu Rika-san?”

“ng ya.. bisa dibilang gitu.. sudah beberapa minggu ini orang bernama Uruha itu tinggal di rumah kosku, dia teman Aoi. Waktu itu Saga datang mencari Hiroto di tempat kos, lalu dia ketemu Uruha dan katanya mereka teman lama. Trus Saga ngobrol-ngobrol deh sama dia.”

“Mereka ngobrol apa?”

Rika menggeleng. “Gak tau, soalnya mereka ngobrol di tempat lain.”

“Apa Saga berhasil bertemu Hiroto saat di rumah kosmu?”

“enggak tuh. Hiroto kebetulan pergi sama Bou teman sekelasnya, trus udah beberapa hari ini dia gak pulang karena menginap di rumah teman Bou itu.”

Sesaat kemudian Rika melihat kepanikan tergambar di wajah pucat Tora. Laki-laki itu lalu memegangi dadanya dan berusaha mencari-cari sesuatu yang tidak lain adalah ponselnya. Baru saja ia ingin menggunakan benda itu, tapi ia terbatuk-batuk dan batuknya mengeluarkan darah. Rika terkejut dan panik.

“Aaa.. darah.. kamu berdarah Tora-kun.. adudu gimana ni..”

“Gak papa. ini sudah biasa.” Tora menyeka darah yang keluar dari mulutnya dengan sapu tangan. Dadanya terasa sangat sakit seperti ditusuk-tusuk. Seharusnya memang ia tidak memaksakan diri melepas infus dan seluruh peralatan medis yang menempel di tubuhnya hanya untuk melihat guguran terakhir dari bunga sakura. Pohon sakura di hadapannya itu sekarang sudah menggugurkan habis seluruh bunganya. Dan mungkin itulah saat terakhir bagi Tora..

“Amano-san, sedang apa anda disini??” Sekumpulan dokter dan suster-suster berlari panik mendekat kearah Tora.

“Ayo cepat, anda harus kembali ke ruang perawatan. Udara disini sangat jelek untuk paru-paru anda.”

Dokter dan suster-suster itu memaksa membawa Tora dengan kursi roda. Mereka memperlakukan Tora seperti orang yang memang sudah sangat sekarat. Tora seperti ingin menolak, tapi saat ini kondisinya memang sudah tidak cukup baik. Ia hanya sempat menolehkan wajahnya kepada Rika dan mengucapkan sesuatu pada gadis itu.

“Tolong pastikan Hiroto baik-baik saja... dan sampaikan permintaan maafku padanya...”

Rika mengangguk dan menatap kepergian laki-laki itu dengan hampa. Selang beberapa saat ia hanya mematung sampai Chiru dan Aoi datang menghampirinya.

==1515==

Hiroto tersadar saat ia mendengar suara jeritan tertahan dari Bou. apa ia bermimpi?

Nyatanya tidak. Hiroto tahu itu nyata karena ia merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

“Bou..” ucap Hiroto lirih.

“Wah kau sudah sadar ya..”

“Dimana Bou..?” Tetap itu nama yang Hiroto sebutkan.

“Tidak ada. Dia sekarang sedang bersenang-senang dengan kakaknya. Kau tunggulah disini sampai giliranmu tiba.”

Hiroto melirik kearah laki-laki itu. “Kau teman Aoi-kun... Kenapa kau lakukan ini padaku dan temanku?” Tanya Hiroto nyaris putus asa.

“Tidak usah banyak tanya. Tunggu sampai laki-laki itu datang menebusmu, kalau dia tidak datang.. terpaksa kami harus membunuhmu.”

“A- apa?!! Kau mau membunuhku?!! Memangnya apa salahku?? Kau bercanda kan?!!”

“Tidak anak manis. Untuk apa aku bercanda? Aku sama sekali tidak ahli dalam hal itu.”

“Lalu.. dimana Bou?”

“Sudah aku bilang kan.. dia sedang bersenang-senang dengan kakaknya.”

“Bersama laki-laki itu?!!”

“Iya.”

“Kalau begitu biarkan aku bertemu dengannya.” Hiroto berontak dari ikatan tali yang melilit tubuhnya dan membelenggunya pada kursi.

“Sebaiknya tidak usah, kau pasti tidak akan suka melihat cara Aki memperlakukan adiknya.”

“A- apa?!! Dia berbuat itu lagi pada Bou?!!”

Laki-laki di hadapannya itu cuek. “Pikirkan saja sendiri.” Ia lalu pergi meninggalkan Hiroto sendirian di ruang itu.

==1515==

“Tidak mau. Ja- jangan paksa aku melakukan itu..” Bou tampak memohon.

“Kenapa? Ini mudah saja Bou.. ayo sentuhlah.”

Bou menggeleng. “Itu menjijikan!! Kau ini kan kakakku, kenapa juga kau masih memaksaku berbuat itu?!!”

Aki tersenyum tipis. “Karena aku suka. Aku suka saat jemari kecilmu menyentuh milikku, aku suka saat lidah lunak dan bibir lembutmu menyentuh milikku. Aku selalu suka itu Bou.. kau tahu kan itu..”

“Tapi aku tidak suka!!”

Aki lagi-lagi tersenyum lalu mendekatkan bibirnya pada telinga Bou dan berbisik. “Memangnya aku peduli dengan itu?! Cepat lakukan saja sebelum aku hilang kesabaran dan memaksa melakukan penetrasi pada tubuhmu. Kau akan lebih tidak suka jika aku melakukan itu.”

Bou akhirnya mengangguk pasrah. Ia pasrah saat Aki menarik tangannya lalu memasukkan tangannya itu ke dalam celananya dan memintanya untuk meremas-remas miliknya. Otot otot itu menegang seiring gerakan Bou saat meremasnya.

“Lakukan dengan lebih keras Bou.”

Bou nyaris terisak, tapi ia tetap saja menuruti keinginan Aki dan terus meremas dengan keras hingga laki-laki yang ia akui sangat tampan itu memejamkan matanya karena merasakan kenikmatan yang ia peroleh dari perbuatannya itu.

Entahlah, tapi karena wajah kakak laki-lakinya itu begitu sensual, Bou jadi berpikiran lain. Sesuatu yang disentuhnya saat ini juga sangat menggoda. Bou mulai kehilangan akal dan mulai membayangkan bagaimana kalau sesuatu yang disentuhnya saat ini bereksplorasi di dalam tubuhnya. Bou sudah lama tidak merasakan itu. dan walaupun mengingkarinya, tapi malam-malam Bou terkadang dipenuhi imajinasi seperti itu. bou ingin kembali merasakannya, mungkin ia takut melihat Aki karena Aki hampir selalu menyakitinya. Tapi ia melakukan itu karena Bou hampir selalu memberontak, bagaimana kalau sekarang ia menurut dan menerima saja apa yang akan dilakukan Aki padanya? Lebih bagus jika ia mulai mencoba untuk menikmatinya.

Tapi Bou cepat-cepat membuang pikiran itu. mana mungkin ia takluk pada pesona kakaknya itu. apalagi mereka masih sedarah. Tidak ada yang lebih kotor daripada hubungan seksual antar saudara.

Aki menarik tangan Bou dari dalam celananya. “Sudah cukup Bou, meskipun aku belum cukup puas dengan ini.” aki menjilati tangan adiknya itu, lalu kembali berkata. “Ada yang ingin kuberitahukan padamu.” Ucapnya lembut.

Bou ingin bertanya ‘apa?’ tapi lidahnya bahkan tidak sanggup mengucapkan kata itu.

“Ini rahasia ayah dan ibu mengenai dirimu dan Ai. Tadinya aku ingin menyimpannya sendiri, tapi setelah aku pikir-pikir.. sepertinya lebih bagus kalau aku memberitahumu agar kau tidak terlalu sungkan padaku.”

Bou jadi bingung dengan ucapan kakaknya itu. “Apa maksudmu?”

“diam dan dengarkan saja. Mungkin kau akan sedih, tapi mungkin juga sebaliknya. Bagaimana pun juga.. aku tetap menyayangimu dan Ai meskipun Ai sudah tidak ada.”

Aki mencium kening Bou lalu berlanjut dengan melumat bibirnya. Tadinya Bou hanya diam saja seperti biasa, tapi kemudian entah mengapa dan bagaimana ia malah membalas lumatan bibir Aki itu dengan lumatan bibirnya. Ia juga meladeni lidah Aki yang menari di dalam mulutnya, sampai Aki semakin bernafsu untuk terus melumat bibir adiknya itu.

“Kau sudah makin mahir sekarang.”

Bou malu-malu mendengar ucapan Aki itu.

“Apa Kanon yang mengajarimu seperti itu?”

Bou menggeleng cepat. “A- aku dan Kanon tidak pernah seperti itu.”

“Oh ya, baguslah. Aku juga tidak suka jika dia menyentuh adikku..”

“Ng.. kau tadi mau memberitahuku apa?” Potong Bou.

“ya baiklah, aku cuma ingin memberitahumu bahwa sebenarnya kau dan Ai bukan adikku.”

Bou tentunya sangat terkejut. Ia tidak mengerti kenapa Aki berkata seperti itu.

“Itu mudah saja Bou. Karena aku ini begitu terlahir sudah menjadi anak nakal, ibu jadi tidak bisa punya anak lain lagi setelah melahirkanku. Bahkan untuk melahirkanku saja dia butuh perjuangan yang luar biasa berat. Menurut dokter, rahimnya lemah dan melahirkanku bisa membuatnya kehilangan nyawa, tapi dia ngotot dan memaksa ingin membuatku tetap terlahir di dunia. Akibatnya dia hampir mati dan sebagai konsekuensinya, rahimnya harus diangkat. Jadi selamanya dia tidak akan pernah memberiku adik. Lalu salah seorang pelayan kita ada yang melahirkan dirimu dan Ai. Ibu sudah jatuh cinta pada kalian sejak kalian dilahirkan dan akhirnya meminta orang tua kandungmu untuk mengangkatmu dan Ai sebagai anaknya.”

Bou kehabisan kata-kata karena itu.

“Aku tahu ini sejak lama. Tadinya aku sedih karena mengetahui kau dan Ai bukan adikku. Tapi kemudian aku berusaha mengambil segi positif dari itu...” Aki menciumi leher Bou. “Aku jadi tidak ragu melakukan ini padamu.” Lalu merebahkan tubuh Bou di atas ranjang.

Bou ingin menangis, tapi air matanya terlalu beku. Aki memang benar, ia justru tidak sedih dengan ini. ia hanya terkejut. Dan setelah keterkejutannya itu hilang, ia malah senang karena mengetahui bahwa ayahnya yang sering semena-mena terhadapnya itu ternyata bukan ayah kandungnya. Tapi ia juga sedih, karena ibu yang disayanginya itu.. ternyata bukan ibu kandungnya. Dan orang yang berada dengannya saat ini ternyata bukan kakaknya.

Bou tidak sadar, sejak kapan Aki sudah melepas beberapa bagian dari pakaian yang dikenakannya. Mungkin karena ia terlalu banyak berpikir sampai ia tidak sadar dengan itu semua.

Kali ini Bou diam tanpa memberontak, ia kembali berpikir lain. Kembali menekuni pikiran sebelumnya, bagaimana seandainya jika ia mencoba menikmati perlakuan Aki? apalagi sekarang ia tahu laki-laki itu tidak ada hubungan darah dengannya.

Nalurinya untuk menolak mendadak musnah. Tidak mungkin ia menolak itu. mungkin dulu ia menolak karena dulu ia masih terlalu kecil, tapi sekarang ia adalah remaja beranjak dewasa. Bou perlu menikmati itu semua. tidak peduli jika ia dengan seorang laki-laki, toh selama ini ia juga tidak menganggap dirinya laki-laki.

Bou mendesah saat Aki meremas-remas miliknya dan memasukkan miliknya itu kedalam mulutnya. Ternyata seperti itu rasanya. Syaraf-syaraf itu merangsangnya dan membuatnya gila. Bou membuka kedua kakinya agar Aki leluasa melakukan banyak hal di sekitar selangkangannya.

Aki tersenyum. Akhirnya setelah sekian lama, Bou mau juga membuka diri dan membiarkannya memuaskan diri terhadapnya. Bou lalu mengangkat tubuhnya karena ingin melihat wajah Aki. Ia setengah duduk dengan kaki menekuk terbuka.

Aki berhenti menjilat dan mengulum milik Bou. lalu menindih tubuh Bou agar ia kembali berbaring.

“Kau santai saja.” Ucapnya lembut sambil menciumi daerah di sekitar leher adiknya.

Bou menengadahkan wajahnya dan membiarkan Aki mempunyai ruang lebih luas untuk memberinya kenikmatan.

“A- aniki.. mph.. berikan aku ciuman.. a- aku ingin merasakan ciumanmu.” Bou terdengar memohon.

Dan Aki tentu saja mengabulkannya. Laki-laki itu mencium Bou dengan dalam, sampai terasa sangat basah dan mungkin terlihat menjijikan. Bou lalu meraba-raba dadanya, melepas kancing kemejanya satu persatu hingga turun dan menurunkan sempurna resliting celananya.

Kali ini Aki yang mendesah karena Bou mencengkram miliknya dengan sangat keras dan membuatnya semakin tegang.

“Kau nakal Bou.” Bisiknya sambil menjilati telinga Bou.

Bou tidak mempedulikan dan semakin meremas-remas keras hingga Aki nyaris hilang kesabaran.

“Kau sudah cukup puas dengan ini?”

Bou menggeleng. “hngg.. a- aku ingin menjilat milikmu.. bu- bukankah tadi kau bilang.. kau suka merasakan lidahku saat menyentuh milikmu..”

“Kau serius ingin melakukannya?”

Bou mengangguk. Aki tentu saja kegirangan dengan itu. ia menurunkan celananya hingga melewati pinggul, lalu menyandarkan tubuh Bou pada tumpukan bantal hingga posisinya setengah berbaring dan duduk namun terlihat nyaman.

Miliknya itu sudah benar-benar menegang seutuhnya dan semakin menegang saat Bou mengulumnya seperti mengulum es krim lolipop. Dengan sedikit gerakan maju mundur, Aki berusaha mencari kenikmatan lebih. Begitu sangat menikmati saat lidah dan gigi gigi Bou menyentuh lembut miliknya.

Tapi setelah melewati beberapa saat yang menyenangkan itu, akhirnya ia menyadari satu hal.

“Ah sudahlah Bou.. kita terlalu lama bermain-main.” Aki mengeluarkan miliknya dari mulut adiknya. Ia hanya tidak ingin cairan tubuhnya keluar dan terhisap adiknya. Baginya itu tetap menjijikan untuk diterima Bou.

Bou kecewa mendengar ucapan Aki itu. “Aniki tidak suka denganku lagi...”

“Bukan begitu.” Aki mengelus dan membelai rambut pirang Bou lalu mengecup kepala bocah itu. “Aku hanya merasa ini seperti mimpi. Biasanya kau selalu berontak dan menolakku.”

“Jadi aniki lebih suka kalau aku memberontak lalu punya alasan untuk menyakitiku??”

“Tidak. aku sebenarnya tidak tega menyakitimu. Maafkan aku kalau selama ini..”

“Ssstt..” Bou menempelkan jari telunjuknya pada bibir sang kakak. “aku memang sempat membencimu dan sangat takut melihatmu.. tapi sebenarnya..a- aku sangat rindu.. dengan semua sentuhan-sentuhanmu.. a- aku menolak.. semata karena kau kakakku.. tapi sekarang saat aku tahu..”

“Iya aku mengerti. Baikah Bou.. kita lanjutkan kembali asalkan kau berjanji tidak akan menyesalinya..”

Bou mengangguk. Aki lalu membaringkannya sempurna, lalu meminta Bou membuka kedua kakinya dan sedikit mengangkatnya agar Aki mendapat jalan masuk ke tubuhnya. Bou masih tampak ragu-ragu. Ia masih sangat takut, terakhir kali ia melakukan itu.. Aki memaksanya sangat keras hingga ia menjerit kesakitan dan berhari-hari ia masih merasakan sakitnya. Tapi sekarang keadaannya tentu berbeda. Dulu ia kesakitan karena terlalu tegang. Dan sekarang ia berusaha rileks dan membayangkan semuanya dengan nyaman. Ia lalu merasakan dorongan masuk ke tubuhnya. Bou memejamkan mata karena berpikir akan sakit, tapi ternyata tidak. Bahkan itu membuatnya merasakan kenikmatan luar biasa.

Aki bergerak semakin cepat di atas tubuhnya dan membuat Bou tidak bisa mengontrol emosi dan suaranya. Ia meremas remas apa saja yang bisa dijangkau tangannya. Bahkan ia meremas lengan Aki karena terlalu dibuat gila dengan gerakan kakaknya itu.

“Aaaaahhh..uh aah uu..mmpph..hnngg..aaahh..aaaa.. aniki..ha- hayaku..”

“Tenanglah.. aku akan menjalankan pekerjaanku dengan baik..”

Aki suka melihat Bou sangat menikmatinya. Ia juga sangat menikmatinya karena otot otot tubuh Bou menjepit miliknya dengan sangat erat dan membuatnya merasakan sensasi luar biasa. Ia tidak peduli jika sekarang Bou membuat lengannya terluka karena terlalu keras meremasnya. Ia bahkan menikmati rasa sakit itu sebagai bagian dari kenikmatan. Lalu hingga pada puncaknya, Bou berteriak dan menggeliat-geliat di atas tempat tidur. Aki terus mendesaknya hingga ia juga mendapat kepuasan yang sama.

Keringat-keringat mereka bercucuran dan Aki merebahkan tubuhnya diatas tubuh Bou. Bou merasa sedikit sesak di bawahnya sampai Aki berpindah posisi membuat tubuhnya yang di bawah sedangkan tubuh Bou tergolek di atasnya.

“Kau menyukainya?” Tanya Aki.

Bou malu-malu dan tidak berani menatap wajah kakaknya itu. ia hanya mengangguk pelan.

Sikapnya yang minimalis itu semakin membuat Aki menyukainya dan membuatnya semakin memeluk erat tubuh mungil itu.

“Sekarang tidurlah dalam pelukanku.”

Bou kembali mengangguk. Sepertinya ia lupa sama sekali tentang kejadian sebelum ini dan terlebih terhadap Hiroto yang saat ini terkulai, terikat dan tak berdaya di sebuah kursi.

==1515==


t.b.Kontinyut~

0 komentar:

Posting Komentar