Nanairo CRAYON part 7 chapter 1

Nanairo CRAYON part 7 chapter 1

Fandom : Jrock staring The GazettE, Kagrra, Kra, An Cafe, Alice Nine, Sadie n more…

Author : -Keka-

* * *


Aniki BAKA!!!

Bou berteriak dalam hati sambil terus berlari. Ia tak percaya dgn apa yg baru diperbuat kakaknya. Sebegitu rendahnya sampai Bou ingin muntah melihatnya.

Kenapa laki-laki itu seperti itu?? Apa tidak ada yg lain di otaknya selain...

BRUUUKK!!

Bou terhuyung mundur dan nyaris jatuh saat menabrak laki-laki di hadapannya.

“Aaah~~ paman maaf.” Kata Bou menyadari kesalahannya. Laki-laki di hadapannya itu mendongakkan wajahnya.

“Apa aku terlihat tua??!!” Tanya laki-laki berwajah kusut itu.

Bou merasa makin bersalah. Dan ia pun menunduk dalam. “Ti- tidak.. sa- saya minta ma- maaf karena memanggil anda paman.”

Laki-laki itu tersenyum dan seketika itu juga wajah kusutnya menjadi sangat ramah dan lebih terlihat muda. “Tidak apa. Aku memang sudah tua kok. Ah anak yg manis, sedang apa malam2 gini? Berbahaya seorang gadis mungil sepertimu berkeliaran di tengah malam seperti ini.”

Gadis???!!

“Ng.. itu sebenarnya sa- saya..” Bou bingung bagaimana harus mengatakannya. Saat bingung itulah, sebuah mobil berhenti tepat di sampingnya dan sosok Aki keluar dari dalam mobil itu. Bou merasa sangat ketakutan sampai akhirnya ia bersembunyi di balik punggung laki-laki yg ia tabrak. “Pa- paman.. tolong saya.. la- laki-laki itu mengejar-ngejar saya dan ingin menyakiti saya. Saya takut.” Bou tampak gemetar. Laki-laki yg tidak dikenalnya itu tampak memperhatikannya, lalu mengalihkan pandangannya pada sosok Aki yg ada di hadapannya.

“Ayo Bou! Kau harus pulang bersamaku!!” paksa Aki.

“Tidak mau!!” Bou nyaris memekik dan terus berlindung di balik pungung laki-laki asing yg ia panggil paman tersebut.

“Kau keras kepala sekali!!” Aki menarik tangan Bou dari balik laki-laki itu dan memaksanya masuk ke dalam mobil.

Bou masih meronta-ronta. “Aah~ i-iitte ne!!”

“Hei,, hentikan!! Kau menyakitinya!”

“Diam!! Memangnya siapa anda berani memerintah saya?!! Ini urusan saya dengan adik saya dan sebaiknya anda jangan ikut campur!!” Bentak Aki.

“Bu- bukan!! Dia bukan kakak saya! Saya tidak kenal.” Jerit Bou.

“Apa yang kau ucapkan Bou? Aku ini kakakmu!”

“Bohong!! Dia mau menculik saya untuk minta tebusan.” Seru Bou yang berharap mendapat pertolongan dari laki-laki asing yang ditabraknya.

Aki menjambak rambut pirang panjang Bou dan mengancamnya. “Jangan bicara sembarangan!! Atau aku akan membunuhmu!”

Bou meringis kesakitan. Lalu sekejap mata kemudian, Bou melihat Aki terpuruk di jalanan beraspal dan tangan Bou terlepas dari cengkramannya. Paman itu menghajarnya dan menolong Bou. “Jangan pernah menyakitinya!!” serunya.

Bou merasa sangat tertolong. Ia menghela nafas sejenak lalu kembali bersembunyi di balik punggung laki-laki yang menolongnya.

“Kau akan menyesal Bou! Aku akan mendapatkanmu, kau milikku!!” Seru Aki sambil menyeka darah di sudut bibirnya. Ia pun kembali ke mobilnya dan meninggalkan Bou begitu saja.

~ ~ ~ ~ ~ ~ ~ ~

Kau milikku..

Kata-kata yang sama. Kata-kata yang selalu di dengarnya dalam mimpinya..

Yuura membuka matanya dan menatap jam dinding di kamarnya. Pukul dua dini hari. Apalagi yang baru dialaminya.. mimpi itu lagi..

Seorang nenek berjalan mengendap-endap di kamarnya. Yuura mengacuhkannya begitu saja, padahal nenek itu dengan tangan keriputnya yg kasar berusaha untuk menggerayangi kaki Yuura.

Yuura menutup matanya sejenak, lalu meraih kacamatanya dan memakainya secara benar. Saat membuka mata, nenek itu sudah tidak ada lagi di hadapannya. Yuura tahu bahwa sosok nenek itu masih ada. Tapi ia tidak bisa melihatnya dengan mata yg tertutup garasu. Itu keistimewaan yg membuatnya cukup tersiksa.

Aku tidak perlu mata yg seperti ini. mata yg bisa melihat hal-hal tidak lazim, aku sungguh tidak memerlukannya.

Yuura beranjak dari tempat tidurnya dan membuka jendela kamarnya untuk mendapat sedikit angin segar. Kenapa ia selalu bermimpi seperti itu, mimpi dikejar-kejar oleh sosok asing yang tidak dikenalnya. Apa memang ada seseorang yang berniat membunuhnya??

Tapi untuk apa...

Yuura tidak merasa cukup berharga untuk dibunuh. Dan ia pun merasa tidak memiliki musuh diusia yg masih sangat muda. Ia mencoba berpikir sambil duduk menatap langit malam dari jendela kamarnya. Sesekali tangannya memukul-mukul pahanya berirama seperti memainkan gendang. Itu memang sudah jadi kebiasaannya jika sedang duduk tenang sambil memikirkan sesuatu.

Lalu ia berhenti dari aktivitasnya. Dari kejauhan di seberang jalan dari jendela kamarnya, Yuura melihat samar meskipun ia sangat yakin bahwa ada sesuatu.. lebih tepatnya.. seseorang. Seseorang yang memperhatikannya.

Sial!
Sejak kapan dia tau aku disini...
Orang itu tau dimana aku tinggal...

Yuura menutup jendela kamarnya dengan terburu-buru. Lalu menutup cepat tirainya.

“Yuura..”

“Aah Kai~” Yuura merasa sedikit terkejut. Sejak kapan Kai berada di kamarnya..

“Kamu belum tidur?” Tanya Kai cemas.

Yuura menggeleng. “A- aku terbangun.”

“Mimpi buruk lagi?” Tanya Kai berusaha menebak.

Lagi-lagi Yuura menggeleng. Ia tidak mau membuat Kai cemas. “Cuma agak kepanasan.” Katanya ringan.

Kai menatap rambut di kening Yuura yang memang agak basah oleh keringatnya. Kai pun menyekanya lalu membelai rambut Yuura dengan lembut.

Yuura merasa sedikit tenang dengan apa yang diperbuat Kai tersebut. Melihat wajah dan senyum Kai yang lembut saja, sudah cukup membuat Yuura tenang.

“Kai..”

“hng..” Kai menatap wajah Yuura yang mendadak serius.

“Bagaimana caramu menemukanku?”

“Maksudmu?” Tanya Kai makin bingung dengan pertanyaan Yuura.

“Maksudku.. ketika pertama kali bertemu denganku 3 tahun lalu. Bagaimana keadaanku?”

Kai mengerutkan keningnya. Kenapa Yuura menanyakan hal itu lagi.. padahal Kai sudah pernah mengatakannya secara jelas bahwa ia menemukan Yuura tengah malam saat ingin pulang dari restoran tempatnya bekerja. Yuura dipukuli lima orang dan babak belur. Lalu Kai menolongnya yang terkapar, membawanya pulang dan merawatnya.

“Bagaimana aku bisa hilang ingatan?” Tanya Yuura lagi. Kai memang tidak bisa menjawabnya, walaupun sebenarnya ia juga penasaran dengan masa lalu Yuura. Dimana sebenarnya ia dulu tinggal dan siapa keluarganya. Tapi Kai tidak mau melihat Yuura terus-terusan berusaha mengingatnya. Ia sebenarnya juga takut jika kelak Yuura akan pergi darinya jika ingatannya sudah kembali.

“Aku tidak mau pergi darimu Kai..” Kata Yuura sambil menjatuhkan kepalanya di pundak Kai. Kai pun merangkul pundak anak itu dan mengusapnya pelan.

“Yuura... ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu.” Kata Kai tiba-tiba.

Tanyakan apapun juga Kai.. tapi ada satu yang tidak boleh kamu tanyakan padaku.. ‘

“Matamu... apa ada yang istimewa dengan matamu??”

Yuura terkejut. Kai menanyakan satu hal yang Yuura tidak ingin Kai mengetahuinya.

“Jawab Yuura. Kenapa kamu tidak pernah membuka kacamatamu di hadapanku? Aku tau matamu baik-baik saja. Aku pernah tanpa sengaja melihatmu diperpustakaan ‘pemilik’ tanpa kacamata dan kamu tidak mengalami kesulitan dalam melihat. Aku juga melihatmu seperti bicara dengan orang lain, padahal di perpustakaan itu tidak ada siapa-siapa selain dirimu.”

Yuura semakin kebingungan, meskipun ia berusaha tenang agar tidak menimbulkan kecurigaan Kai semakin besar.

“Tidak ada apa-apa. Aku memang suka berbicara sendiri.” Yuura berusaha tertawa, meskipun tampak konyol.

Kai semakin menatapnya serius. Belum pernah ia melihat Kai seperti ini sebelumnya.

“Kamu menyembunyikan sesuatu dariku..”

Yuura terdiam. Bukan maksudnya ingin menyembunyikan sesuatu dari Kai, ia hanya tidak mau Kai menjadi takut dengan keistimewaan yang ada di matanya.

“Yuura.. aku lupa memberitahumu. Sebenarnya saat aku melihatmu dipukuli 3 tahun yang lalu.. orang-orang yang memukulimu itu berniat membutakan matamu. Makanya aku berusaha menolongmu, meskipun dengan cara yang bodoh.” Kata Kai sambil menatap wajah Yuura dalam-dalam.

Yuura jadi semakin bingung. Apa sebaiknya ia ceritakan saja semuanya pada Kai. Ia berpikir lama dalam diam. Lalu dengan ragu-ragu, Yuura mulai menceritakan keistimewaan yang ada pada matanya.

Kai menatapnya takjub. Ekspresi yang tidak Yuura duga sebelumnya.

“Sugoi!! Kamu sungguh-sungguh bisa melihat masa depan?? Masa lalu dan hal-hal gaib??!!” Tanya Kai menggebu-gebu. Yuura hanya mengangguk pelan.

“Kalo gitu beritahu aku kapan aku akan menikah dan punya anak.”

“Kai... yang seperti itu gak boleh. Aku juga punya keterbatasan. Kadang masa depan itu gak terliat begitu saja. Kadang bisa terliat tanpa aku ingin mengetahuinya, tapi saat aku betul-betul ingin tau, aku malah gak bisa liat apa-apa.”

“Oh gitu ya.” Kai tampak kecewa.

“Sebenarnya aku gak mau kayak gini. Kalo boleh milih... aku lebih milih buta daripada punya mata yang kayak gini.” Kata Yuura sedih.

Kai pun memahami perasaannya. Ia berusaha menempatkan diri di posisi Yuura dan ia pun merasa tersiksa jika punya mata seperti mata milik Yuura.

“Saat bercermin dengan mata telanjang. Aku bisa melihat kejadian apa aja yang bakal menimpaku, bahkan aku bisa melihat kematianku sendiri.”

“Kamu pernah melakukannya?” Tanya Kai penasaran.

Yuura menggeleng dan tersenyum. “gak berani.” Jawab Yuura polos. Dan Kai pun kembali memeluknya.

“Jangan pernah lakukan itu. Dan tetaplah pake kacamatamu Yuura.”

Yuura mengangguk mendengar ucapan Kai. Dan malam itu terlewatkan dengan satu kelegaan.

~~~~~~~~

“OHAYOU PON..!!”

Hah??!! Apa-apaan mereka itu??

“Ke- kenapa kalian?” Tanya Hiroto bingung saat melihat sambutan teman-temannya di meja makan saat ia ingin sarapan pagi.

“Mau berangkat sekolah ya..”

Hiroto mengangguk saat mendengar ucapan Chiru.

Diliat juga udah tau kan?!!

“Mizuki dan Naoran anterin ya...” Ucap Chiru sambil mendorong-dorong Mizuki dan Naoran. “Hei hei Chiru, kenapa harus aku?” tanya Mizuki sambil berbisik. “Iya ni Chiru, aku kok juga diikut-ikutin sih?” Tanya Naoran dengan suara yang sama berbisiknya seperti Mizuki.

Chiru meraih lengan mereka berdua dan menyeret mereka menjauh dari Hiroto. “Kalian ini, kita kan udah sepakat. Kita harus melindungi Pon Pon. Termasuk mengantar dan menjemputnya di sekolah.”

“Tapi dia itu udah gede. Masa’ kita harus nganter plus jemput dia di sekolahnya?!!” Protes Mizuki. Naoran tampak mengangguk setuju dengan ucapan Mizu.

“Apa kalian lupa dengan apa yang baru terjadi pada Pon Pon??! Ini untuk jaga-jaga supaya Tora dan Saga gak ganggu dia lagi.”

“Aah kamu ni terlalu parno Chiru. Kan ada Izumi, bukannya Pon berangkat sekolah bareng dia.”

“Beneran Nao?!”

Naoran mengangguk dan Chiru akhirnya menghela nafas lega. “Syukur deh kalo Izupei sama-sama dia.”

“dia itu kayak emaknya Pon Pon aja.” Ucap Mizuki pada Nao saat Chiru sudah jauh meninggalkan mereka. Naoran pun tertawa pelan mendengar ucapan Mizu itu.

-----------------

Bou mengucek matanya. Ia masih sangat ngantuk, tapi terpaksa bangun karena sadar kalau ia sedang menumpang di rumah orang asing yang tidak dikenalnya.

“Kamu sudah bangun?”

Bou mengangguk. “Doumo Arigatou... Paman baik sekali mau mengijinkan saya menginap disini.”

Laki-laki itu tersenyum. “Kalo masih ngantuk sebaiknya lanjutkan aja tidurnya. Kamu keliatan sangat lelah. Oh iya.. namamu..”

“Bou. Panggil saja Bou. Kalo paman siapa?”

“Satoshi Takayasu.”

“Takayasu-san..”

Laki-laki itu tersenyum. “Panggil aja Satochi.” (Satochi : akhirnya gw nongol juga..) ^^

“Satochi?? Wah ternyata Satochi-san masih muda. Maaf sudah memanggil anda paman. Satochi-san tinggal sendiri disini?”

Satochi menggeleng. “Istriku sedang pergi ke luar kota.”

“Satochi-san sudah menikah?”

Satochi mengangguk lalu menunjukkan pada Bou foto pernikahannya yang terpampang di dinding.

“taihen kireii!!” puji Bou pada sosok wanita yang mendampingi Satochi.

Laki-laki itu hanya bisa tersenyum. “Aku harus pergi Bou. Kamu bisa terus disini kalau memang ingin.”

“Bolehkah??!” Bou senang sekali mendengar ucapan Satochi tersebut.

Satochi mengangguk. “Kalo butuh apa-apa.. makanan ada di kulkas, kalo bosan bisa muter DVD. Kamu juga bisa pake kamar ini sesukamu.” Ucapan Satochi disambut gembira oleh Bou.

“umm.. Boleh aku pinjem telponnya?” Tanya Bou tampak ragu.

Satochi kembali mengangguk. “Pakai saja sesukamu. Tapi tolong jaga rumahku sampai aku kembali.”

Bou balas mengangguk. Dan membiarkan Satochi pergi meninggalkannya. Laki-laki itu baik sekali. Pikir Bou merasa sangat senang.

-----000-----

“Izu-kun.. boleh aku bertanya sesuatu?” Tanya Hiroto dengan mata membulat pada Izumi yang berjalan di sampingnya. Izumi menatapnya seperti mengiyakan.

“Kenapa mereka itu sangat memperhatikan bahkan keliatan over banget ke aku?”

“Mereka siapa?” Izumi malah balik bertanya.

“Mereka semua yang ada di rumah kos. Gak cuma Chiru ma Rika, Keiyuu, Mizuki dan Naoran juga. Bahkan Akiya-kun menanyakan apa aku baik-baik saja setiap 3 menit sekali. Dia juga menawarkan diri apa perlu memeriksa keadaanku padahal aku baik-baik aja.”

“Err.. itu karena mereka semua sayang dan mencemaskanmu. Kamu kan baru aja sakit.” Kilah Izumi.

“Tapi aku kan cuma demam biasa.”

“I- iya sih, tapi mereka jadi cemas banget karena Pon gak mau makan.”

“Itu sih karena aku gak laper. Lagian napa juga Chiru minta Mizuki dan Naoran nganter aku ke sekolah. Aku kan bukan anak TK lagi.”

“ng.. itu sih karena Chiru.. karena dia...” Izumi kebingungan menjawab pertanyaan Hiroto. Belum sempat Izumi menjawab, HP Hiroto tiba-tiba berbunyi.

Ah pasti orang itu lagi. Pikir Hiroto yang sudah menduga kalo panggilan itu datang dari Saga atau Tora.

“Izu-kun, tolong jawab dong. Bilang aku gak ada!” seru Hiroto sambil menyerahkan HPnya ke tangan Izumi. Izumi bingung tapi tetap saja menerima benda itu dan menjalankan permintaan Hiroto.

“Mo- moshi moshi.” Kata Izumi tersendat-sendat. Hiroto tampak serius memperhatikannya. Sebenarnya ia juga penasaran, kira-kira apa yang akan diucapkan oleh Saga atau Tora.

“Ah.. Bou?!! Beneran ini Bou??!”

Ekspresi Hiroto berubah saat Izumi mengucapkan nama Bou. “Eh Bou?? Dia dimana Izu-kun?”

“Kamu dimana Bou?? Semuanya mencemaskanmu.”

Hiroto menyambar Hpnya dari tangan Izumi. “Oe Bou! Kamu kemana aja sih tiga hari ini?! Kenapa gak masuk sekolah??” Tanya Hiroto menggebu-gebu.

“APA??!! Kamu diculik???!! Siapa yang nyulik?? Murid-murid sekolah putri itu lagi ya?!!Mereka itu memang kurang kerjaan banget! Sekarang kamu dimana?? Biar aku dan Izumi jemput.”

Hiroto tampak mengangguk-angguk sambil mendengar ucapan Bou dari HPnya. Izumi hanya bisa memperhatikannya dengan serius sekaligus penasaran.

Beberapa saat kemudian, Hiroto menutup pembicaraan. “Oke, kamu tunggu disana ya. Aku dan Izumi akan segera menjemputmu.”

Hiroto tampak menarik nafas lega.

“Ada apa Pon? Bou diculik murid-murid sekolah putri itu lagi?!” Tanya Izumi penasaran.

Hiroto menggeleng. “Bukan mereka. Bou gak bilang siapa yang nyulik dia, tapi dia udah gak papa. ada orang baik yang nolong dia dan sekarang Bou ada di rumahnya. Sekarang aja kita susul dia Izu-kun.”

Izumi tampak berpikir. “umm.. apa gak bisa abis pulang sekolah aja?”

“Izu-kun ada pelajaran penting ya hari ini?”

Izumi menggeleng. “Gak ada sih, tapi aku kan sudah kelas tiga. Kalo keseringan bolos, ntar aku bisa gak lulus.”

“Wah repot juga, ya udah kalo gitu biar aku pergi sendiri aja.”

“Gak papa ya Pon?” Tanya Izumi tampak cemas.

Hiroto mengangguk lalu berjalan cepat meninggalkan Izumi dengan sekali lambaian. Izumi masih menatap kepergiannya dalam diam. Sebenarnya ia ingin ikut membolos dan menyusul Bou, tapi ia juga merasa bertanggung jawab dengan sekolahnya. Ragu-ragu Izumi mengikuti jejak Hiroto yang telah menghilang, padahal sebentar lagi bel sekolah akan berbunyi. Tapi nampaknya kali ini Izumi sama sekali tidak peduli.

Langkah Hiroto cepat sekali sampai-sampai Izumi tidak bisa menemukannya, padahal anak itu baru pergi beberapa saat yang lalu. Izumi terus mencarinya, lalu saat melewati tikungan, ia melihat Hiroto sedang dicegat Saga di persimpangan jalan. Izumi memutuskan bersembunyi di balik tiang listrik di dekat situ sambil mendengarkan pembicaraan mereka.

“Kamu mau bolos sekolah lagi ya?” Tanya Saga.

“Bukan urusanmu!!” Jawab Hiroto terdengar ketus.

“Kalo gitu kamu ikut aku.” Paksa Saga sambil menarik tangan Hiroto.

“Lepas!! Jangan pernah paksa-paksa aku lagi!!

“Kumohon Hiroto.. kali ini aja.” Saga tampak memohon dengan wajah mengiba, tapi Hiroto tetap tidak memperdulikannya.

“Aku gak mau!! Sekarang kamu bukan temanku lagi. Kita putus hubungan!”

“Hiro..”

Saga terlihat sedih. Tangannya masih memegang tangan Hiroto dengan penuh pengharapan, tapi Hiroto tetap saja mengacuhkannya.

Izumi keluar dari persembunyiannya lalu menghampiri mereka. “oi Pon, aku berubah pikiran. Kita pergi sekarang aja.” Kata Izumi pada Hiroto. Setelah itu Izumi mengalihkan pandangan pada Saga. “Ah saga, maaf ya.. aku dan Pon Pon ada urusan mendesak.” Izumi pun menarik tangan Hiroto hingga tangan Hiroto terlepas dari gengaman Saga.

Saga hanya terlihat mengangguk pelan. Meskipun tampaknya ia benar-benar sangat kecewa. Izumi sebenarnya tidak tega melihatnya, tapi ia juga tidak mau jika Saga membawa Hiroto ke hadapan Tora yang telah menyakiti temannya tersebut.

“Makasih Izu-kun. Aku tertolong banget.” Ucap Hiroto sembari tersenyum.

“Yang penting sekarang kita susul Bou dulu. Oiaa, Pon.. kalo misalnya kamu punya masalah... kamu bisa cerita ke aku.” Tawar Izumi.

Hiroto menggeleng. “A- aku gak punya masalah.”

“Tapi Saga..”

“Ah itu bukan hal yang penting. Aku cuma lagi sebel aja ma dia.”

Izumi pun tidak bertanya apa-apa lagi setelah Hiroto berkata demikian.

----000----

Satoshi Takayasu, teman-teman kantornya memanggil laki-laki berwajah ramah ini dengan panggilan Satochi. Usianya baru 27 tahun dan ia sudah menikah tiga tahun yang lalu. Saat ini ia sedang memiliki masalah. Karena kesibukannya dengan urusan pekerjaan, Satochi sering pulang ke rumah larut malam dan membuat istrinya salah paham. Istrinya mengira jika ia sedang berselingkuh dengan laki-laki lain. Laki-laki lain???!!!

Satochi memang dekat dengan teman laki-lakinya. Tapi hanya sebatas dekat sebagai sahabat, namun istrinya berpikir hal yang tidak-tidak karena tanpa sengaja beberapa waktu yang lalu, istrinya tersebut, wanita yang sangat cantik itu melihat suaminya tidur berpelukan sehabis mabuk dengan Tatsurou, rekan sekantornya. (Tatsurou : kok gw disangkut-sangkutin)

Istrinya itu merasa sangat marah dan akhirnya pergi dari rumah tanpa pamit. Satochi merasa sangat sedih. Padahal ia sungguh mencintai istrinya, meskipun ia tidak pernah mengatakan ai shiteru. Menurutnya, cinta itu akan terlihat dari tindakan dan bukan dari kata-kata. Tapi istrinya berpikir hal yang sebaliknya...

“Apa aku bisa tau kamu mencintaiku jika kamu tidak pernah mengatakannya padaku?”

Pertanyaan itu yang terakhir kali di dengar Satochi terlontar dari bibir istrinya.

Satochi menatap cincin bermata berlian yang akan diberikannya pada sang istri. Cincin itu akan diberikan tepat pada ulang tahun pernikahan mereka yang ketiga. hari itu tidak akan lama lagi, tapi sampai saat ini Satochi belum tahu juga dimana sebenarnya istrinya itu pergi.

“Ai shiteru.. apa kata-kata itu begitu ingin kamu dengar dariku? Kumohon kembalilah.. aku ingin ucapkan kata-kata itu padamu..” Ucap Satochi lirih.

Sementara itu,

Tidak jauh dari tempat Satochi berada, pemuda berkacamata itu tampak duduk sendirian di sebuah taman yang sepi sambil membaca sebuah buku. Wajahnya sangat serius menatap tulisan di setiap lembaran-lembaran buku itu. Mungkin buku itu memang menarik baginya, sampai-sampai ia tidak sadar jika di hadapannya sudah berdiri tiga orang tidak dikenal yang siap menghadangnya.

“Yuura..”

Yuura mendongakkan wajahnya saat mendengar seseorang menyebut namanya. Ia sedikit mengerutkan keningnya menatap 3 orang di hadapannya tersebut. Tidak ada satupun yang dikenalnya, namun entah bagaimana mereka tau nama Yuura.

“Kau lupa pada kami?”

Yuura masih terdiam, ia berusaha mengingat siapa tiga orang asing yang ada dihadapannya saat ini. namun ia tetap saja tidak menemukan jawabannya.

“Maaf, aku tidak kenal kalian.” Katanya kemudian.

“Tidak ingat pada kami, tapi masih mengingat namamu sendiri.”

“Apa kita pernah berteman?” Tanya Yuura merasa ragu. Penampilan mereka tidak seperti orang yang ingin ia jadikan teman baik di masa lampau maupun di masa kini.

“Sayangnya tidak.” Ucap salah seorang diantara mereka sambil tersenyum menyeringai. “Kami ingin sekali mencungkil matamu.”

Yuura merasakan perasaan tidak enak. Orang-orang di hadapannya itu kini mulai bersikap tidak menyenangkan. Dan ini saatnya Yuura harus pergi. Tapi salah seorang diantara mereka sudah memegang tangannya dan memelintirnya ke belakang.

“Menyendiri itu bukan sikap yang baik. Kau tidak pernah belajar dari pengalaman. Kami bisa mendapatkanmu saat kau sendirian.”

Yuura merasa dirinya sedang dalam bahaya. Dan ini saatnya ia mengambil tindakan. Ia memukul salah seorang di antara mereka dengan sebelah tangannya yang masih terbebas. Lalu menendang salah seorang diantara mereka lagi dan membebaskan sebelah tangannya yang diplintir oleh salah seorang dari mereka.

Ia tidak ingat pernah belajar beladiri dimana. ia sendiri pun takjub saat mengetahui ia bisa melakukan beberapa gerakan untuk membela dirinya. Tapi tetap saja Yuura hanya seorang diri dan saat ia lengah, seseorang di belakangnya telah menyekapnya dan membiusnya dengan sebuah saputangan yang telah dibubuhi semacam zat yang membuatnya hilang kesadaran.

“Dasar bodoh! Dari dulu anak ini selalu merepotkan. Hei Yuura.. kau beruntung karena kami yang mendapatkanmu. Kami hanya akan mencungkil matamu dan mengawetkannya saja.”

Yuura masih setengah sadar dan masih bisa mendengar ucapan itu meskipun agak samar. Kepalanya benar-benar pusing.

Salah seorang diantara mereka melepaskan kacamatanya dan menghancurkannya. Lalu seorangnya lagi memukul wajahnya hingga Yuura merasakan ada darah segar yang mengalir dari hidungnya. Yuura juga masih bisa melihat samar-samar salah seorang diantara mereka mengeluarkan sebilah pisau kecil yang terlihat sangat tajam dan cukup untuk mengeluarkan kedua bola matanya.

“Jangan lakukan disini Kei! Kita bawa saja dia pulang sebelum ada orang yang melihat.”

Laki-laki bernama Kei itu mengangguk. Lalu berbisik di telinga Yuura sambil menjilatinya. “Sudah bertemu dengan kakakmu anak manis? Dia akan bayar mahal demi tubuhmu. Laki-laki itu akan senang sekali mengeluarkan isi perutmu.”

Kakak.. apa aku punya kakak...

Ucap Yuura dalam hati sebelum akhirnya ia pingsan tidak sadarkan diri...


~ ~ ~ ~

t.b.Kontinyut~

0 komentar:

Posting Komentar