Nanairo CRAYON part 16 -Chapter 2-

Title: Nanairo CRAYON
Part: 16
Chapter: 2
Author: -Keka-
Fandom: Jrock staring the GazettE, Kagrra, Kra, Alice Nine, Sadie, An Cafe n more…

* * *


Entah berapa lama siksaan itu masih terus berlanjut. Tidak berujung dan tidak sedikit pun ia tahu siapa saja yang berteriak di dalam kepalanya. Suara wanita itu terus terngiang dengan kepiluan dan membuat segalanya menjadi sangat samar. Seperti kembali ke masa sebelum ini namun tetap tidak diingatnya dengan pasti.

Hanya sosok itu yang membuatnya merasa nyaman dan tegar. Ia lupa. Entah berapa lama ia pergi tanpa pamit dan meninggalkan segalanya.

Laki-laki itu... laki-laki yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri. Dan laki-laki lain. Orang yang telah begitu baik di balik sifat perfeksionis dan terkesan angkuhnya. Ia telah meninggalkan mereka untuk hal-hal rancu yang akhirnya berujung kematian.

Satochi-san, laki-laki malang itu. Bagaimana nasibnya sekarang? Pertanyaan itu bergema di kepalanya seiring dengan berbagai macam ingatan lain yang sebelumnya tidak pernah ia pikirkan. Siapa dia? laki-laki bertubuh tinggi yang berpaling darinya. Yuura merasa sangat merindukan dan ingin memeluk sosok itu. Namun saat ia berlari berusaha mengejarnya, laki-laki itu seolah menjauh dan tidak bisa diraihnya.

Yuura merasa mendapat serangan yang hebat. Tubuhnya tidak bisa digerakkan dan rasa nyeri menjalar hampir ke seluruh sendinya. Ia berusaha membuka mata dan keluar dari kubangan mimpi-mimpi aneh yang selama ini terus mengusik dan membuat tidurnya terganggu.

Ia menutup matanya dengan tangan kiri, berusaha sejenak menghalangi sinar silau yang membuat penglihatannya sakit. Ia kehilangan kacamatanya. Tanpa benda itu rasanya Yuura takut untuk melihat kenyataan.

Namun ia tetap saja membuka matanya karena ia lelah dengan mimpi-mimpinya. Sesaat terlihat samar, sampai akhirnya ia melihat sosok itu ada di hadapannya.

Sosok yang ia lihat dalam mimpinya.

“Kau sudah sadar?!”

Yuura tidak langsung menjawab. Ia masih berusaha mengumpulkan sisa nyawanya dan kembali pada alam nyata.

Tapi penglihatan sesaat itu menyakitkannya. Sesaat tadi ia baru saja melihat Kai kesakitan dan tidak berdaya. Entah itu penglihatan masa lalu, sekarang, atau masa depan. Namun Yuura benci harus melihat itu. Ia kembali menutup matanya dan berujar lirih memanggil nama Kai.

“Dia baik-baik saja. Setidaknya sampai saat ini.”

Laki-laki itu berkata kepadanya. Dan sekali lagi Yuura membuka matanya berusaha melihat sosok itu.

Ia mengenalinya. Setidaknya ia tahu bahwa laki-laki itu pernah sedikit membantunya saat ia merasa kesakitan.

“Kau lupa padaku?” Tanyanya pada Yuura.

Yuura menggeleng. Ia tidak lupa pada laki-laki itu, namun ia tidak tahu itu siapa.

“Aku Uruha, kau ingat?”

Kali ini Yuura mengangguk. Ingatannya hanya sebatas saat pertemuannya dengan laki-laki itu di sebuah tempat keramaian lalu berlanjut saat ia mengunjungi Nao di rumah kosnya.

“Tidak tidak, kau tidak ingat siapa aku. Kau tahu Yuura.. itu membuatku sedih sekali.”

Yuura tidak paham dengan ucapan laki-laki itu. Apa yang membuatnya sedih? Apa karena Yuura tidak ingat atau sekedar tahu siapa dia?

“Kau siapa?” Akhirnya pertanyaan itu terlontar dari mulut Yuura.

Laki-laki itu tersenyum, namun senyumnya terlihat sangat dipaksakan dan menyimpan suatu isyarat yang sangat kuat. Seperti suatu kebencian yang terbalut dalam sebuah kerinduan.

“Aku kakakmu.. sebegitu bencinya kah kau padaku sampai kau tidak ingat kakakmu sendiri?!”

Yuura masih tidak mengerti kata-katanya. Setelah beberapa tahun ia kehilangan ingatannya, dan sekarang ada orang yang mengaku sebagai kakaknya. Apa Yuura harus percaya begitu saja?

“Kau harus percaya. Lihat ini. Ini kalung yang sama yang diberikan ayah dan ibu pada kita.” Laki-laki itu menunjukkan kalung yang melingkar di lehernya dan kalung yang sama yang dikenakan oleh Yuura.

“Aku senang karena kau masih memakai kalung ini.”

Sebenarnya Yuura tidak tahu kalung apa itu. Ia juga baru memakainya seminggu yang lalu saat Kai memberikan kalung itu padanya dan berkata bahwa saat menemukannya, ia juga menemukan kalung itu di samping tubuhnya. Tadinya Kai ingin menjual kalung itu untuk biaya hidup, namun ia urung melakukannya karena berpikir jika kalung itu mungkin saja milik bocah yang ditemukannya.

Yuura berusaha bergerak, namun hal itu dirasanya sulit karena ia baru menyadari tubuhnya terbelengu dengan rantai berborgol.

“Maaf atas ketidaknyamanan yang kau rasakan saat ini Yuura. Aku janji ini tidak akan lama.”

“Apa-apaan ini?!! Lepaskan aku!!!” Yuura berontak dari belenggunya meskipun hal itu dirasanya sia-sia dan justru akan semakin membuat tenaganya terkuras habis.

“Sabarlah, tunggu sampai kau melihat ini.”

Laki-laki itu menepuk tangannya dua kali. Setelah itu pintu di belakangnya terbuka dan seseorang tampak membawa orang lain yang kini terkulai lemas.

“KAI!!!!!” Yuura berteriak memanggil nama itu. Kai saat ini sedang tidak berdaya dan seperti berusaha menahan kesakitannya. Wajahnya tertunduk lemas meskipun ia berusaha mengangkat wajah itu saat mendengar Yuura meneriakkan namanya.

“Aku sedih Yuura, kau melupakan aku dan sekarang lebih menyayangi DIA!!”

“Memangnya kau itu siapa?!! Aku tidak tahu siapa kau?!!”

“Sudah aku bilang kalau aku ini kakakmu!!!”

Yuura berusaha mencerna kata-kata itu, tapi ia masih tetap tidak ingat kalau ia memiliki seorang kakak.

“Kalau kau memang kakakku, mengapa kau perlakukan aku seperti ini?!!”

Laki-laki itu lagi-lagi tersenyum. Senyumannya kali ini hanya nampak seperti sebuah seringaian kecil yang membuat Yuura merasa tidak nyaman dengan itu.

“Kau tahu apa alasanku melakukannya... itu karena aku membencimu!! Sejak kau dilahirkan di dunia, kau telah merebut kasih sayang ayah dan ibu dariku. Mereka lebih menyayangimu yang tentu saja terlahir sebagai anak kandung mereka daripada aku yang hanya anak pungut!!”

Yuura tertegun sesaat mendengar kata-kata itu. Ia punya orang tua. Yah tentu saja hal itu sesuatu yang sangat logis, namun selama ini ia tidak pernah ingat atau sekedar tahu dimana orang tuanya berada.

“Ayah.. ibu.. siapa? Mereka dimana?”

Mendengar pertanyaan polos itu, laki-laki itu seolah naik pitam dan ingin mencekik sekaligus mematahkan batang lehernya.

“Mudahnya kau bertanya seperti itu. Apa kau lupa siapa yang menyebabkan mereka menghilang dari hadapan kita?!!”

Yuura menggeleng. Ia tetap tidak mengerti dengan perkataan laki-laki di hadapannya.

Uruha, laki-laki itu seperti menjadi tidak sabar dan tiba-tiba menjambak rambut Yuura sampai akhirnya membenturkan kepala bocah itu pada lantai tempatnya berbaring saat ini.

Kai yang sudah berhasil mendongakkan wajahnya, seketika menjadi terkejut dan marah melihat perlakuan kasar yang diterima Yuura.

“Jangan berlaku kasar padanya!!” Kai membentak. Meskipun itu terdengar lembek di telinga Uruha dan tidak memberinya pengaruh apapun.

“Bagaimana Yuura? Apa kau sudah ingat?”

Yuura mengejap-ngejapkan matanya. Hantaman keras tadi membuat kepala dan penglihatannya menjadi berkunang-kunang.

Meskipun ia sudah berusaha, namun ia tetap tidak ingat apa-apa. Meskipun harus berkali-kali Uruha membenturkan kepala Yuura, namun ingatan bocah itu tetap tidak bisa kembali semudah itu.

“Baiklah kalau kau masih tidak ingat, aku akan menunggu sebentar lagi sampai kau ingat. Dan sementara itu, kau boleh bercakap-cakap dengan orang ini.” Uruha menarik Kai lalu mendorongnya ke hadapan Yuura. Kemudian setelahnya, ia memerintahkan orang yang membawa Kai untuk terus mengawasi pemuda itu beserta Yuura. Kemudian Uruha sendiri pergi meninggalkan ruangan itu.

Kai merayap mendekati Yuura dan memandang wajah pemuda itu dengan iba.

“Kamu tidak apa-apa Yuuchan?”

Yuura mengangguk lemah.

“Tapi kepalamu berdarah.”

“Tidak apa Kai.” Yuura berusaha menghindar saat Kai berusaha menyentuh kepalanya dengan tangannya yang sudah tidak terikat. “Maafkan aku.. Kai..”

“Kamu ini bicara apa? Kenapa meminta maaf?”

“Ini gara-gara aku lari dari pengawasan pemilik rumah. Seharusnya aku tahu... kalian hanya berusaha melindungiku.”

“Sudah tidak apa, tapi apakah kamu mengenali orang yang mengaku sebagai kakakmu itu Yuura?”

“Entahlah, sepertinya aku memang merasa punya hubungan dengannya. Tapi aku masih tidak mengingat jelas.”

“Tidak usah terlalu dipaksakan.” Kai mengelus kepala pemuda itu. berusaha mengurangi sedikit rasa sakit yang dideritanya. Meskipun ia tahu bahwa itu tidak akan berhasil, namun dengan sentuhan lembutnya itu Yuura merasa sangat nyaman dan sejenak melupakan hal samar yang membuatnya ketakutan.

Sementara itu di ruangan lain dari tempat Yuura disekap, pemuda berwajah tampan itu memandang sekelilingnya dengan geram.

“Lepaskan Hiroto!! Apa untungnya kalian menyekapnya disini?!!”

“Hei, tenanglah Saga.” Uruha masuk dan menepuk pundaknya. “Kita ganti kesepakatannya. Aku berterima kasih karena kau tidak jadi membunuh manusia bernama Uke Yutaka itu, dan sebagai ucapan terima kasihku, aku akan melepaskan adik tirimu itu... si Hiroto maksudku. Asalkan kau mau kembali menjalankan pekerjaan lamamu.”

“TIDAK!!” Saga menolak tegas.

“Pikirkanlah.. ini semua demi kebaikan Hiroto.”

“Kita sudah pernah membicarakan ini sebelumnya Uruha. Kau paham kondisiku kan?! Aku ingin hidup normal! Bukannya kau juga ingin menjalani hidup normal bersama Aoi itu?!”

Uruha mengangguk kecil dengan senyuman tipis. “Maka dari itu aku memintamu untuk menggantikanku. Orang itu tidak mengijinkanku keluar dari organisasi kalau aku tidak bisa kembali menyeretmu menggantikan tugasku.”

Saga makin geram dengan ucapan Uruha itu.

“Kau ini egois!! Ingin hidup senang tapi mengorbankan kehidupan orang lain. Apa kau sudah tidak menganggapku temanmu lagi?!”

“Karena itu kali ini aku memohon padamu Saga. Kau masih ingat kan kalau aku pernah menolongmu waktu itu?! Kau sendiri malah yang berkata bahwa suatu saat akan melakukan apa saja untuk membalas kebaikanku.”

Saga terdiam. Ia tidak menyangkal bahwa ia pernah berkata seperti itu pada Uruha. Tapi bukan seperti ini yang ia harapkan untuk bisa membalas jasa Uruha beberapa tahun yang lalu itu.

Di lain pihak, Hiroto yang sedari tadi masih terikat tampak bingung mendengar pembicaraan Saga dengan orang yang bernama Uruha itu. Apa hubungannya ia dengan semua ini? Mengapa ia dikait-kaitkan dan menjadi bahan penawaran? Apalagi orang yang yang bernama Uruha itu tadi menyebut-nyebut bahwa Hiroto adalah adik tiri Saga.

Sejak kapan? Tanya Hiroto dalam hati.

Sementara Hiroto bertanya-tanya bingung, beberapa orang di ruangan itu malah terkesan cuek. Ada laki-laki di sudut ruangan yang merokok dengan cueknya, lalu laki-laki lain yang memainkan portable player di tangannya dan laki-laki yang Hiroto kenali dengan nama Aki sedang memangku kepala Bou yang sedang tertidur sambil membelai-belai rambut bocah itu.

Hiroto tahu bahwa saat ini Bou sedang terlelap di bawah pengaruh obat tidur. Beberapa saat yang lalu saat Bou menjadi sangat berisik, Aki terlihat memberinya segelas minuman dan sesaat setelah meminum itu Bou langsung terlihat mengantuk dan kembali tertidur.

Hiroto kembali mengarahkan pandangannya pada Saga dan Uruha, berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya mereka bicarakan.

“Aku memang pernah berkata seperti itu, tapi aku tidak bisa kembali menjalankan pekerjaan itu. Kumohon mengertilah Uruha..” kali ini Saga terdengar lebih lembek dan terkesan mengiba di depan Uruha.

“Kau sayang Hiroto kan?! Ini juga demi kebaikan kalian. Aku tahu selama ini kau dan Hiroto hidup dengan mengandalkan uang dari laki-laki bernama Tora. Yah dia orang yang seharusnya kau bunuh beberapa tahun yang lalu. Tapi kau tidak melakukannya karena bersimpati padanya. Aku tahu dari Reita bahwa laki-laki bernama Tora itu akan segera mati. Kau tidak bisa mengandalkan uangnya lagi untuk hidup.”

Hiroto tersentak dengan ucapan Uruha itu. bukan hanya karena kenyataan bahwa Saga dan juga dirinya hidup dari uang Tora, tapi juga kenyataan bahwa Tora akan segera mati. Apa maksud ucapan laki-laki bernama Uruha itu? lagi-lagi Hiroto bertanya dalam hati.

“Tapi aku tetap tidak mau kembali menjadi seorang pembunuh dan pelaku kriminalitas terselubung. Aku akan melakukan pekerjaan lain untuk membiayai hidupku dan Hiroto.”

Kali ini Hiroto sudah tidak bisa diam.

“Apa maksudmu Saga?!! Kalian ini bicara apa sih dari tadi?? Memangnya kenapa dengan Tora? Apa hubungannya denganku?” Hiroto bertubi-tubi mengajukan pertanyaan. Uruha lalu mendekatinya dan berbicara sangat dekat dengannya.

“Kau ini anak yang lucu. Apa kau tidak tahu kalau orang yang bernama Tora itu sedang sekarat karena kelainan jantung? Dan selama ini orang yang bernama Tora itulah yang membiayai hidupmu dari belakang.”

Hiroto tidak mau percaya hal itu. Selama ini Tora baik-baik saja dan selama ini tidak mungkin Tora itu yang membiayai hidupnya. Ia masih punya ayah dan ibu yang membiayai hidupnya selama bersekolah di kota yang jauh dari kedua orang tuanya tersebut.

“Tapi memang kenyataannya seperti itu. Kau tanya saja pada Saga kebenarannya. Orang tua angkatmu itu miskin dan tidak bisa membiayai sekolahmu makanya Tora bersedia membiayai hidupmu asalkan orang tua angkatmu itu mengijinkanmu tinggal bersamanya.”

“Orang tua angkat?? Aku tidak punya orang tua angkat!! Orang tuaku yang sekarang adalah orang tua kandung!” Hiroto terdengar ngotot saat mengatakannya.

“Itu yang kau tahu selama ini, tapi sebenarnya bukan seperti itu. Kau anak dari ayah seorang alkoholic dengan seorang wanita lugu. Ibumu mati karena ayah kandungmu yang juga ayah kandung dari Saga membunuh ibumu itu saat dibawah pengaruh minuman keras. Kau tahu kalau Saga kecil sangat menyayangimu makanya dia tidak rela adiknya ikut menjadi korban kekerasan ayahnya dan akhirnya membawamu diam-diam lalu memohon pada salah satu keluarga baik-baik yang dikenalnya untuk merawatmu. Kalian satu ayah lain ibu. Ibu Saga seorang pelacur yang begitu saja meninggalkannya setelah melahirkan dirinya. Karena Saga tumbuh menjadi bocah manis, ayahnya yang juga seorang homoseks dan pedofilia itu berulang kali menjadikannya pemuas nafsu hingga Saga menjadi remaja. Karena sudah tidak tahan lagi diperlakukan seperti binatang, Saga akhirnya membunuh ayahnya sendiri lalu..”

“Cukup Uruha!!! Hentikan!!!!” Saga terdengar membentak. Ia tidak mau Uruha terus membongkar masa lalu hidupnya di depan Hiroto. “Apa yang dikatakan Uruha itu tidak benar Hiroto. Kamu tidak perlu menggubrisnya.”

Hiroto tadinya juga tidak mau percaya, tapi dengan Saga yang mengotot seperti itu membuatnya justru semakin tidak bisa mengacuhkan ucapan Uruha.

“Apa selama ini kamu memang menyimpan kebohongan dariku Saga?”

Pertanyaan Hiroto itu membuat Saga menggelengkan kepalanya. “Tidak ada kebohongan Pon. Semuanya sama seperti yang kamu ketahui sekarang ini.” Saga masih berusaha menutupi segalanya.

“Lalu kenapa aku disekap dan dijadikan pancingan agar kamu mau melakukan apa yang orang-orang ini inginkan?? Apa kamu dulunya memang seorang pembunuh?”

Saga hanya bisa terdiam kali ini. hiroto sudah mendengar semuanya dan rasanya Saga sudah tidak cukup kuat untuk menyembunyikan kenyataan dari bocah itu.

“Tapi aku sudah berubah Hiroto. Aku bukan lagi seorang pembunuh dan pelaku kejahatan. Aku berubah karena kamu dan Tora menyadarkanku.”

Meskipun demikian, Hiroto tidak serta merta bisa menerima kata-kata Saga. Ia menarik kesimpulan bahwa ucapan Uruha ternyata memang benar. Ia dan Saga adalah saudara tiri.

Dan hal yang tidak bisa diterima lainnya adalah kenyataan bahwa saat ini Tora sedang sekarat.

==1616==

Yuura dan Kai hanya berdua saat ini. seseorang yang berpenutup hidung itu pergi setelah mengunci mereka berdua di dalam ruangan tertutup tanpa ventilasi yang memadai. Yuura merasa sedikit kesulitan bernafas sampai akhirnya Kai merelakan diri untuk memangku kepala anak itu agar bisa lebih nyaman berbaring di lantai yang keras dan dingin.

Yuura berusaha melihat segalanya. Ia memaksa mata dan saraf-saraf otaknya untuk bekerja keras mengingat hal-hal kejadian sebelum ini. Yuura kembali pada penglihatan saat dimana ia melihat Nao ditabrak, Satochi-san ditusuk, lalu kejadian saat dimana kepalanya tiba-tiba sakit di rumah kos itu, pertemuaannya dengan Uruha, pelariannya dari kejaran pengawal-pengawal pribadi pemilik rumah, lalu banyak kejadian menyenangkan bersama Kai dan malam dimana pertama kali ia bertemu dengan Kai. Yuura ingat bahwa saat itu ia sedang melarikan diri dari kejaran beberapa orang yang mengincar kematian dan matanya. Ada seorang pemuda bertubuh kecil dengan tatapan kebencian menginginkan ia dibutakan. Padahal saat itu banyak orang yang menginginkan matanya tetap melihat hal-hal ajaib. Ia tidak ingat siapa pemuda kecil itu dan tidak mau terlalu memikirkannya.

Ia lebih tertarik untuk mencari tahu lewat pikiran terdalamnya siapa sebenarnya Uruha itu?

Lalu saat berusaha mengingat itu, ia kembali mendengar dan melihat seorang wanita berteriak ketakutan, darah-darah berceceran dan seorang bocah yang berdiri kaku dengan bola menggelinding dari tangannya.

Yuura memegangi kepalanya karena rasanya menjadi sangat sakit dan seperti mau pecah. Seperti ada jutaan pisau yang menusuk kepala dan kedua matanya. Ia tidak sanggup melihat kejadian yang begitu banyak. Ia akhirnya sadar bahwa selama ini sebenarnya ia tidak hilang ingatan. Ia hanya takut dengan ingatan itu dan berusaha menguburnya dalam-dalam, berusaha lari dari kenyataan dan melupakan segalanya sampai tidak berbekas kembali. Namun ingatan itu tetap kembali muncul lewat mimpi-mimpi buruknya.

Dan saat ini ia berusaha menggali kembali ingatan yang ia kubur, meskipun belum seutuhnya muncul, namun ia sudah mampu mengingat siapa Uruha.

Yah, laki-laki itu memang saudara laki-lakinya. Yuura tidak ingat apa ia pernah diberitahu bahwa Uruha itu hanya anak angkat, tapi Yuura selalu menganggapnya kakak kandung. Ia sangat mempercayai Uruha. Sampai pada suatu kenyataan bahwa Uruha ternyata membencinya dan pernah secara sengaja menyerahkannya untuk disiksa berulang-ulang oleh orang-orang jahat itu.

Ia menjadi sangat takut. Terlebih bahwa saat ini Kai ada di sampingnya. Orang-orang jahat itu akan memisahkannya dari Kai dan menyakiti laki-laki yang begitu disayanginya itu.

“Kai.. aku takut.” Yuura terdengar merengek. Ia tahu itu sangat manja dan kekanak-kanakan. Tapi saat ini ia memang betul-betul ketakutan. Ketakutannya itu lebih disebabkan karena mengetahui kenyataan bahwa sesuatu mungkin akan terjadi pada Kai. Laki-laki itu akan senang sekali membuat Yuura melihat penderitaan Kai secara perlahan.

“Tidak apa Yuura. Aku disini bersamamu.”

Tapi justru itulah yang sangat aku takutkan.. Kai. Ucap Yuura dalam hati sambil menggenggam tangan hangat laki-laki itu.

==1616==

tu bi Kontinyu~

0 komentar:

Posting Komentar