Nanairo CRAYON part 11 -memoire-



Fandom: Jrock staring the GazettE, Kagrra, Kra, An Cafe, Alice Nine, Sadie n more…

Author: -Keka-

* * *


Saga menajamkan matanya. Firasatnya tidak salah dan tak mungkin salah. Memang ada seseorang yang sedang memata-matainya. Tapi untuk apa?? Apa karena ia seorang... ah tidak. Saga sudah melepas pekerjaan itu sejak Tora menyadarkannya dan meyakinkannya bahwa hidupnya masih sangat berarti. Meskipun sekarang Saga masih belum tahu apa tujuan hidupnya, tapi setidaknya Saga masih tahu bahwa masih ada orang yang membutuhkannya.

Saga bangkit dari posisi duduknya. Ia memutuskan keluar dari rumah sakit. Jika memang ada orang yang memata-matainya, orang itu pasti akan mengikutinya. Saga berjalan cepat melewati lorong-lorong rumah sakit dan sesekali nyaris menabrak suster serta pengunjung rumah sakit.

Setelah keluar dari area rumah sakit, Saga segera mengambil jalan yang lebih sepi dan jarang dilewati. Perasaan dibuntuti semakin kuat dirasakan pemuda dengan wajah sempurna itu. tanpa pikir panjang ia segera mengeluarkan suaranya..

“Keluar kau dari persembunyianmu!!” Serunya.

Saga berdiri terdiam di hadapan sebuah konstruksi bangunan yang pengerjaannya tertunda dan mulai terbengkalai.

Sosok itu menampakkan wujudnya. Tubuhnya tegap meskipun tidak terlalu tinggi namun juga tidak pendek. Sebagian rambut pirangnya menutupi mata dan wajahnya. Dan yang paling aneh adalah... hidungnya tampak tertutup dengan selembar kain.

Saga pernah melihat wujud itu meskipun ia tidak mengenal pasti dan mereka tidak pernah terlibat pembicaraan.

“Kau Reita?” Tebak Saga.

Laki-laki itu tidak menjawab. Tapi Saga tahu dirinya tidak salah mengenali orang. “Kau seorang informan dan mata-mata. Untuk apa mengikutiku?” Tanya Saga tampak tidak sabar. Ia sebenarnya sudah tidak mau lagi berhubungan dengan manusia-manusia seperti itu.

“Aku perlu bicara denganmu.”

“Untuk apa?” Saga berusaha mengacuhkan laki-laki itu.

“Kau masih menjadi salah satu anggota dari organisasi..”

“TUTUP MULUTMU!!!” Saga mendadak meninggikan nada suaranya. “Aku sudah berhenti sejak dua tahun yang lalu!! Aku tidak mau lagi berhubungan dengan kalian!!”

“Maaf Saga.. tapi apa kau lupa kalau adikmu masih ada dalam genggaman kami.. ah atau kau memang sudah tidak peduli lagi padanya.. yah itu wajar saja karena kalian toh bukan saudara kandung. Dan sepertinya saat ini anak itu mulai menjauhimu. Laki-laki yang bersamamu saat ini juga sudah sekarat. Kau tidak punya alasan lain untuk hidup selain kembali menjalankan perintah organisasi. Bagaimanapun juga organisasi lah yang telah menolong hidupmu dan mengajarkanmu banyak hal termasuk bagaimana caranya membunuh orang-orang yang menyakitimu.”

Saga menatap laki-laki yang ada di hadapannya itu dengan mata penuh kemarahan. “Apa yang kalian inginkan?”

Reita, laki-laki itu mendekatinya. “Disini bukan tempat yang tepat untuk membicarakannya.” Reita menoleh ke kiri dan ke kanan. Tempat dimana sekarang ia berdiri memang bukan tempat tertutup, tapi sepertinya Saga sangat tahu memilih tempat yang sepi untuk memulai pembicaraan. Ia tahu kalau orang yang mengikutinya bukan orang baik-baik. Dan ia sengaja memilih tempat sepi agar mudah membunuh lawan bicaranya tanpa diketahui jika diperlukan. Dia memang sangat pintar. Insting membunuhnya masih sangat kuat. Begitu pikir Reita dalam hati.

“Baiklah Saga, aku salah mengira. Tempat yang kau pilih ini memang sangat tepat untuk memulai pembicaraan.” Reita mengoreksi ucapannya.

“Langsung aja! Aku gak punya banyak waktu.” Saga masih acuh.

Reita tahu laki-laki itu sungguh-sungguh dengan ucapannya. Dan ia pun mulai mengutarakan maksudnya. “Sejak kematian Sayaka, Mizuki memutuskan keluar dari organisasi dan memutuskan menjalani hidup baru..”

“Ya ya aku sudah tau itu. Mizuki itu meskipun aku tidak tau orangnya yang mana, tapi namanya legendaris di organisasi.”

“Kau benar. Dan setelah kepergian Mizuki.. kaulah salah satu yang mempunyai kemampuan setara dengannya. Tapi setahun kemudian setelah kepergian Mizuki.. kau juga memutuskan keluar dan berhenti dari pekerjaan utamamu sebagai seorang pembunuh.”

“Sudah jangan terlalu berbelit-belit. Hanya karena kepergianku dan Mizuki, itu sama sekali tidak mengubah apa-apa dalam tubuh organisasi. Kalian masih punya banyak tenaga dengan skill membunuh lebih hebat daripada kami.”

“Itu memang benar. Tapi saat ini kami perlu bantuanmu.”

“Kau ini budek ya?!! Bukannya aku sudah bilang kalo aku berhenti dari pekerjaan itu!!” Saga kembali meninggikan nada suaranya.

Reita tersenyum tipis. “Kami memintamu tentu dengan tawaran.. Saga.”

Saga merasakan sesuatu yang sepertinya gawat.

“Tadi aku sudah mengatakan bahwa adikmu masih ada dalam genggaman kami. Kau tahu kan siapa yang ku maksud??”

Saga merasakan tubuhnya sedikit bergetar dan keringat dingin perlahan membasahi keningnya.

“Ogata Hiroto. Satu ayah lain ibu. Sejak usia 3 tahun terpisah darimu. Diadopsi dan dibesarkan oleh orang tua dari keluarga baik-baik. Saat ini duduk dibangku SMA kelas 2. bercita-cita masuk universitas negri. Prestasi sekolahnya cukup baik. Tapi sepertinya sekarang bocah itu kehilangan tujuan hidupnya. Dan mungkin kau tahu kenapa sebabnya..”

“Sudah cukup. Ini tidak ada sangkut pautnya dengan Hiroto. Selama ini dia hanya menganggapku sebagai teman. Dan memang itu yang kuharapkan.”

“Ya itu tidak menjadi masalah. Tapi masalahnya ada padamu. Kau cukup melakukan satu pekerjaan ini saja untuk menjamin hidupnya berjalan baik untuk selamanya. Kau juga akan memperoleh banyak uang yang cukup untuk menanggung masa depannya. Bukannya itu tawaran yang menggiurkan Saga...”

“Kalian selalu bermulut manis. Kasus Mizuki sudah cukup membuatku belajar. Aku memang tidak mengenal dirinya, tapi aku tahu apa yang dialaminya. Kalau saja Mizuki tidak menjalankan perintah kalian, mungkin Sayaka –adiknya itu tidak akan terbunuh.”

“Kau mengenal Mizuki, Saga. Mungkin kau tidak pernah bertemu dengannya saat dia masih menjadi seorang pembunuh. Tapi saat ini kau cukup sering bertemu dengannya. Tidak adakah orang bernama sama yang sering kau temui keberadaannya belakangan ini. bahkan Hiroto tinggal satu atap dengannya.”

Saga terkejut. Tidak mungkin Mizuki yang itu. pikirnya. Mizuki yang itu terlalu bodor dan cengengesan untuk jadi seorang pembunuh. Bahkan menyandang predikat mantan pembunuh pembayaran terlalu keren untuk orang dengan tampang sebodoh itu. pikir Saga lagi.

“Tapi itu lah kenyataannya Saga. Tadinya aku ingin meminta tolong pekerjaan ini padanya. Tapi sepertinya tidak ada alasan kuat untuk memaksanya. Yah.. Sayaka satu-satunya orang yang dia sayangi telah pergi.”

“Tidak ada sandera yang bisa kalian gunakan untuk mengendalikannya. Lalu kalian menggunakan Hiroto untuk menggerakkanku. Bagaimana kalau aku tidak mempedulikan itu. lagipula aku bukan seperti Mizuki. Hiroto tidak terlalu berharga bagiku, tidak seperti Sayaka dimata Mizuki.”

Reita kembali tersenyum tipis. “Kau mengatakannya seolah-olah Hiroto memang tidak berarti. Tapi sesungguhnya kau hanya ketakutan jika kami mengulitinya. Kau ini aneh Saga. Bahkan kau tidak marah pada Tora, padahal laki-laki itu telah memperkosa adikmu.”

“DARIMANA KAU TAHU?!!!”

Lagi-lagi Reita tersenyum tipis. “Aku seorang mata-mata dan informan, Saga. Aku menyelidiki targetku dari hal sekecil-kecilnya. Bahkan tanpa kalian sadari, aku telah memasang banyak kamera pengintai di ruang pribadi kalian.”

“Brengsek kau!!” Saga mengepalkan tangannya dengan geram.

“Kau tidak perlu membunuhku Saga. Aku hanya seorang informan. Bukan aku yang memberimu perintah. Aku juga hanya menjalankan perintah. Sebaiknya kita kembali ke pembicaraan awal. Organisasi mengancam akan membunuh atau sekedar membuat adikmu cacat seumur hidup jika kau tidak menjalankan perintah mereka.”

Saga terdiam. Di kepalanya berputar banyak hal. Ia tahu ucapan Reita bukan hanya sekedar tong kosong. Ia tahu bahwa saat ini Hiroto sedang dalam bahaya. Dan tidak mungkin ia hanya sekedar acuh meskipun Hiroto adalah adik tiri dari perselingkuhan ayahnya yang bejat yang telah ia bunuh sendiri dengan tangannya saat berusia 14 tahun. (cerita selengkapnya ada di spesial case nanairo crayon –Saga in wonderland- ^^)

“Siapa yang harus kubunuh?” Tanya Saga. Ia tahu bahwa keputusannya ini tidak benar. Tapi ia tidak punya pilihan.

Reita menyerahkan selembar foto. Saga menerimanya dan menatap wajah di foto itu. seorang laki-laki dengan wajah ramah.

“Namanya Uke Yutaka. Seorang anak haram dari pemimpin tertinggi yang menguasai 16 grup perusahaan penting di Jepang. Ayah pemuda itu meninggal dalam kecelakaan dua tahun yang lalu. Dan kakek dari pemuda itu memutuskan mencarinya untuk menjadikannya pewaris tunggal yang sah karena dia satu-satunya keturunan laki-laki yang paling bisa diharapkan saat ini.”

“Lalu siapa yang mengharapkan kematian orang ini jika saat ini dia sangat dibutuhkan?” Tanya Saga bingung.

“Ibu tirinya. Wanita itu akan kehilangan 70% kekayaannya jika pemuda itu muncul. Karena itu dia meminta tolong pada organisasi dan membayar dengan harga yang sangat tinggi untuk nyawa pemuda itu. Tadinya pekerjaan ini akan ditangani sendiri oleh atasanku dan Aki rekan satu kerjanya. Tapi sepertinya kedua laki-laki itu lebih disibukkan dengan adik-adik mereka.”

“Aku tahu siapa atasanmu itu.” kali ini Saga yang tersenyum tipis. “Orang itu menyedihkan. Dia selalu memanfaatkan orang, termasuk memanfaatkanmu Reita. Tapi dia tidak sadar bahwa selama ini dia juga sedang dimanfaatkan.”

Saga puas karena sepertinya Reita tidak mengerti dengan ucapannya.

“Kau tidak mengerti kan Reita... kau boleh berbangga hati karena selalu menjadi orang yang tau segalanya.. tapi kau tidak tahu apa-apa tentang orang yang selama ini memerintahkanmu.. ya dia yang kumaksud.. orang yang sangat berambisi mengahabisi nyawa adiknya sendiri karena ingin membalas kematian kedua orang tuanya. selama ini orang itu mengira adiknya itu yang telah membunuh kedua orang tuanya. itu tidak salah. Karena memang pemuda bermata setan itu yang menjadi penyebab kematian kedua orang tuanya sendiri. Tapi menjadi penyebab bukan berarti dia yang menjadi pembunuhnya. Dan laki-laki itu tidak tahu apa-apa. Selama ini dia terus menyimpan kebencian pada adiknya..”

“Kau yang tidak tahu apa-apa Saga. Memangnya kau mengenalnya?!”

“Aku mengenal dirinya sebaik aku mengenal adiknya. Sesaat setelah aku membunuh ayahku, organisasi mengambilku dan mendidikku bersama-sama dengannya. Sorot mata laki-laki itu sama denganku. Kesepian dan penuh kebencian. Dia terus berpikir untuk menghabisi nyawa adiknya, tapi disatu sisi dia masih sangat menyayangi adiknya. Sementara dia dididik keras, adiknya dibesarkan dalam ruang isolasi dan diawasi ketat. Dalam sebulan sekurang-kurangnya mengalami 7 kali pencucian otak. Itu semua dilakukan untuk menghapus segala sesuatu yang pernah dilihat oleh matanya. Aku juga bingung dengan keinginan organisasi. Keberadaan pemuda bermata setan itu dianggap berbahaya, tapi mereka juga memanfaatkannya untuk memperoleh informasi demi menjalankan kegiatan hitam mereka.”

“Kau tau banyak rupanya.”

“Lebih daripada yang kau tahu. Daripada dirimu, aku lebih lama bergaul dengan atasanmu itu. dia seorang homoseksual. Wajar karena sama seperti diriku, sejak kecil hingga remaja di juga menjadi korban sodomi. orang-orang berkedok itu memanfaatkannya dan selama ini dia tidak sadar karena kesadarannya tertutup oleh kebencian akan keberadaan adiknya. Uruha yang malang.”

Terdengar dari bibir Saga.. ia mengucapkan nama laki-laki itu. kenangannya berputar saat melihat Uruha kecil menangis di malam hari, merasakan sakit fisik dan sakit batin. lalu bersama-sama dengannya, mereka belajar menggunakan senjata. Menikam dan merobek sasaran. Semua yang mereka musnahkan adalah orang-orang yang mereka benci dan telah menyakiti mereka. Menganggap mereka hanyalah sebuah boneka.

“Sagachi.. aku telah membunuh orang itu, orang yang ingin memperkosaku.. aku telah merobek perutnya dan mengeluarkan isi perutnya untuk makanan ikan. Itu pantas untuknya.. Sagachi juga berpikir demikian kan?! Orang itu juga telah menyakiti Sagachi. Mulai sekarang.. aku janji.. gak ada seorang pun yang boleh nyakitin kita berdua...”

Ucapan Uruha sepuluh tahun yang lalu terngiang di kepala Saga. Ia masih ingat bagaimana keadaan Uruha saat itu. bajunya sobek dan sekujur tubuhnya berlumuran darah. Bukan darahnya melainkan darah laki-laki dewasa yang telah dibunuhnya. Tangan Uruha masih memegang pisau. Saat itu sebenarnya Saga sangat ketakutan, bau amis darah menyengat dan membuatnya ingin pingsan. Tapi keteguhan Uruha dan keinginan kuatnya untuk melindungi dirinya telah meluluhkan Saga. Saga malah memeluknya, membiarkan darah-darah di tubuh sahabatnya itu juga menempel di tubuhnya. Saat itu Saga akhirnya tahu bahwa sesungguhnya dibalik wajah tenang dan senyumnya... Uruha sangat ketakutan dan menyesali perbuatannya...

==11==

t. b. Kontinyut~


0 komentar:

Posting Komentar