Nanairo CRAYON part 14 -chapter 2-



Fandom: Jrock staring the GazettE, Kagrra, Kra, Alice Nine, Sadie, An Cafe n more…

Author: -Keka-

* * *


Tidak... tidak bisa...
Aku tidak bisa...

Maafkan aku Hiroto...

Saga menurunkan pistol dari tangannya.

Ia telah menarik pelatuknya. Tapi sebelumnya ia sudah mengeluarkan peluru-pelurunya hingga peluru itu tidak sampai bersarang di kepala Kai saat Saga menarik pelatuknya.

“Kenapa?” hanya itu yang bisa Kai pertanyakan.

“Maaf Kai... ada orang yang memintaku untuk membunuhmu. Tapi aku tidak bisa..

Kurasa kau bukan orang jahat yang pantas untuk mati.”

“Siapa yang menginginkan kematianku?” Tanya Kai lagi. Masih bingung.

“Aku tidak tahu pasti. Tapi jika aku tidak membunuhmu.. seseorang akan mencelakakan adikku. Aku tidak mau dia celaka.”

“Lalu kalau kau tidak membunuhku... bagaimana nanti dengan nasib adikmu?”

Saga menengadahkan wajahnya yang dari tadi terus menunduk selepas menurunkan pistolnya. Ia menatap wajah itu. Sungguh orang yang sangat baik. Bahkan disaat seseorang menginginkan kematiannya, ia masih juga memikirkan keselamatan orang lain.

“Aku akan membawanya pergi. Pergi jauh dari sini hingga tidak ada orang jahat satupun yang bisa menemukan kami dan menyentuh adikku. Akulah yang akan melindunginya dengan tanganku.”

Kai nampak tertegun mendengar tekad Saga. Ia tidak tahu apa yang terjadi. Rasanya semuanya rumit dan tidak masuk akal. Kai masih bingung.. siapa yang menginginkan kematiannya dan untuk apa?

Seingatnya ia tidak pernah punya musuh. Bahkan tidak ada konfrontasi sedikit pun yang pernah ia lakukan dengan orang lain. Lalu kenapa tiba-tiba ada orang yang datang ditugaskan untuk membunuhnya??

“Saga.. tolong jelaskan sesuatu padaku! Apa yang kau ketahui tentang orang yang memintamu untuk membunuhku?” Tanya Kai serius.

Saga tampak tidak yakin apa ia ingin mengatakannya. Karena ia juga tidak tahu banyak tentang orang itu. ia hanya menjalankan perintah Uruha yang diturunkannya melalui Reita. Dan Saga menjalankannya sebatas hanya karena mereka mengancam akan menyakiti Hiroto yang saat ini keberadaannya juga tidak diketahui pasti oleh Saga.

Namun melihat wajah pengharapan dari Kai yang begitu mengiba akan suatu jawaban itulah yang membuat Saga menceritakan sedikit tentang hal yang ia ketahui.

Kai mendengarnya dengan sungguh-sungguh. Awalnya ia tidak menangkap maksud Saga, tapi akhirnya ia mengerti dengan ucapan pemuda itu dan mengetahui siapa yang menginginkan kematiannya serta apa maksud dibalik keinginan seseorang yang menginginkan kematiannya tersebut.

==1414==

Berkali-kali Hiroto mencoba menghubungi rumah kosnya, tapi berkali-kali juga telpon rumah itu tidak ada yang mengangkat. Hiroto mendadak jadi kesal dan menggaruk-garuk kepalanya seperti orang stress.

“Hei Pon, napa cemberut gitu sih?” Tanya Bou yang datang menghampirinya.

“Mereka pada kemana ya?? Kok aku hubungin pada gak bisa?!!”

“Mereka siapa?” Tanya Bou lagi.

“Ya mereka.. orang-orang di tempat kosku. Semua kuhubungin pada gak bisa. Ada yang hapenya mampus, ada yang gak diangkat-angkat, ada yang dihubungin malah bilangnya salah sambung, eh ada juga yang kuhubungin.. nyasarnya malah ke phonesex service 24 jam. Huh nyebelin banget!! Mana rumah kos keaknya gak ada orang pulak!”

“Pon sudah bosen ya disini nemenin Bou?”

“Bukan begitu Bou, tapi kan aku harus ngabarin ke orang rumah kalo aku masih sama-sama kamu disini biar mereka pada gak cemas gitu. Tapi keaknya gak ada tuh yang nyemasin aku.. jadi ya... ya udahlah biarin aja.” Hiroto nyengir lebar di hadapan Bou yang memangku kedua pipinya dengan kedua telapak tangan.

“Ngomong ngomong si Kanon kemana Bou? Kok dari tadi gak ada kelihatan?!”

“Kanon pergi membeli beberapa keperluan. Dia bilang sih gak bakal lama.”

Hiroto menggut-manggut, lalu ia kembali bertanya. “Katanya ini rumah neneknya ya?? Tapi kok neneknya gak ada?! Tu nenek kemana Bou?”

“Sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. Ini rumah rahasia yang diwariskan oleh si nenek pada Kanon. Orang tua Kanon juga gak tahu kalo rumah ini ada. Makanya dia bilang kalo aku bakal aman disini.”

“Aman??! Memangnya kamu sembunyi dari apa Bou?” Tanya Hiroto tidak mengerti.

Hiroto sedikit berwajah muram. “Aku melarikan diri dari ayah dan ibuku. Kamu gak tahu sih Pon kalo aku betul-betul nyesek tertindas di bawah sifat otoriter mereka terutama sifat otoriter ayah. Aku seperti robot terprogram yang dikendalikan dengan remote control oleh mereka. Dan ruang gerakku sangat dibatasi. Bahkan di depan ayah, aku dipaksa untuk bersikap seperti anak laki-laki pada umumnya. Ayah gak suka melihatku berdandan manis.”

“Ya kalau begitu wajar dong Bou.. kamu kan memang anak laki-laki. Masa’ kamu harus berdandan manis?!! Wajar kalau ayahmu gak suka. Apalagi kamu satu-satunya anak laki-laki yang dituntut meneruskan usaha keluarga.”

“Ya maka dari itu Pon!! Aku pengen lari dari itu semua!! aku gak mau terlalu dibebankan dengan itu semua! Toh seharusnya bukan aku yang harus menerima itu tapi AKI!! Lagipula.. Aku berdandan manis seperti anak perempuan bukan karena aku memang ingin seperti anak perempuan.”

“Lalu kenapa?”

“Karena Ai..”

“Ai? Siapa itu?”

Bou menerawang menatap langit malam. Ia berusaha mengingat sosok itu..

“Ai adik kembarku. Dia itu anak perempuan dan kata orang.. wajahnya sangat mirip denganku. Sejak kecil dia terlahir lemah. Dan menjelang remaja dia meninggal karena gagal jantung. Aku terpukul dengan kematiannya. karena itu aku sering diam-diam masuk ke kamarnya dan memakai pakaiannya. Aku mengubah diriku seperti dirinya semata karena aku rindu padanya. Aku yang berdandan seperti Ai.. selalu melihat ke arah cermin dan berbicara seorang diri menghadap cermin itu. dengan demikian... aku merasa seperti bercakap-cakap dengan saudara perempuanku itu.”

Hiroto melongo. Ia tidak mengira kalau itulah alasan Bou kenapa ia selalu membiasakan diri bersikap manis seperti anak perempuan.

“Tapi Bou.. kalo keterusan kan bisa bahaya. Bagaimanapun juga... kamu harus bisa menerima kepergian Ai..”

“Iya Pon aku ngerti. Aku juga gak mau terus-terusan dandan seperti anak perempuan kok. Lagian Ai itu manis dan tenang. Gak centil kayak aku.” Bou menjulurkan lidahnya dan tersenyum riang.

“Memangnya adikmu itu rambutnya pirang seperti ini ya..” Tanya Hiroto sambil menyentuh sedikit rambut pirang Bou yang tergerai lurus.

“Ya engga Pon. Ini kan cuman ngikutin tren. Kalo rambut Ai sih warnanya hitam legam seperti gadis gadis Jepang kuno.”

“Wah kalo gitu adikmu pasti cantik banget dong Bou? zaman sekarang sudah sangat jarang gadis gadis yamato nadeshiko.”

“Tentunya Pon. Tapi sekarang Ai sudah gak ada. Dan seperti yang kamu bilang, aku harus bisa menerima kepergiannya.”

Hiroto menepuk pelan pundak Bou seperti memberi semangat pada sahabatnya itu. “Berjuanglah Bou..”

Bou mengangguk. Lalu entah bagaimana ia jadi ingat sesuatu..

“Obat itu..”

Hiroto kembali bingung. “Obat?? Obat apa?!!”

“Obat yang diberikan Saga pada Tora beberapa bulan yang lalu waktu aku pergi mencarimu Pon.”

“Hah?!! Kamu ngomong apa sih Bou?” Hiroto mulai terkesan tidak suka saat Bou menyebutkan nama Tora dan Saga.

“Yang aku ceritakan beberapa waktu yang lalu itu lho Pon!! Waktu aku mencarimu di rumah kos lamamu.. Tora yang datang menyambutku dan bilang kalo kamu lagi keluar rumah. lalu dia kesakitan sambil memegangi dadanya dan Saga datang memberinya obat.”

“Lalu..” Hiroto terdengar acuh.

“Obat itu sama seperti obat yang pernah diminum Ai!! Itu obat penahan rasa sakit saat mengalami serangan jantung. Dengan kata lain... ada kemungkinan Tora juga mengalami sakit jantung seperti yang pernah dialami adikku!!”

Hiroto terkejut. Tapi ia tidak mau berlama-lama dengan keterkejutannya. Ia berpikir bahwa Bou pasti salah. Tora yang ia ketahui adalah Tora yang sehat tanpa gangguan penyakit jantung. Mungkin Tora hanya meminum obat yang kelihatannya saja mirip dengan obat yang dimaksud Bou.

“Percaya aku deh Pon! Aku gak mungkin salah!! Bertahun-tahun aku melihat Ai minum obat itu! dan melihat dosis yang diminum Tora, aku bisa menarik kesimpulan kalo sakit jantungnya sudah sangat parah.”

“Sudahlah Bou. aku tahu kalo Tora baik-baik aja dan gak mungkin sakit seperti ceritamu itu! kalo dia sakit.. di- dia.. gak mungkin sanggup mem.. memperkosaku seperti itu.” Hiroto tersendat-sendat mengucapkannya. Ia masih tidak bisa menerima perbuatan Tora itu padanya beberapa waktu yang lalu.

“Kamu ini bodoh Pon. Nafsu itu mengalahkan segalanya!! Aku pernah memukul kepala Aki dengan hiasan keramik sampai kepalanya mengucurkan darah. Tapi dengan darah mengucur seperti itu.. dia tetap memaksa berbuat ‘itu’ padaku dan tidak peduli dengan rasa sakit dikepalanya.”

Hiroto terdiam. Ia nampak berpikir... kalau ucapan Bou benar.. berarti saat ini Tora mungkin saja...

TOK TOK TOK..

Terdengar ketukan pintu dari arah depan. Bou langsung beranjak dari posisi duduknya dan nampak sangat bersemangat.

“Itu pasti Kanon.” Dengan riang ia berjalan meninggalkan beranda rumah di bagian belakang dan menuju ke arah pintu depan sementara Hiroto terus berpikir tentang Tora.

Mungkin saja aniki saat ini sedang sekarat...
Karena itu beberapa waktu yang lalu Saga terus saja mencariku dan memaksaku untuk bertemu dengannya...

Tapi..

“ENGGAAAAAAAAAAAK!!!!!!”

Terdengar jeritan Bou dari arah depan.

Hiroto terkejut dan buru-buru menuju ke depan, tempat dimana Bou berada.

“Ada apaan Bou teriak teriak?!! Kecoanya dipukul aja pake sa..pu..”

Hiroto memperlambat ucapannya saat melihat siapa yang ada di hadapannya dan sekarang telah menyekap Bou.

Ia sesungguhnya tidak kenal dengan laki-laki itu. seseorang berambut hitam dengan pierching di bibir yang sangat mencolok.

“Hnnggg.. le.. lepasin aku..!!!” Bou berontak dari dekapan laki-laki itu. “To.. Tolongin aku Pon..!!” Ucapnya dengan tatapan memelas dan tangan yang berusaha menggapai gapai sesuatu sementara tangannya yang lain diplintir ke belakang oleh orang yang mendekapnya.

“Hei kau, lepaskan temanku!!” Seru Hiroto pada laki-laki  yang mendekap tubuh Bou.

Laki-laki itu mengacuhkannya. Ia malah semakin mendekap Bou erat hingga Bou tampak kesulitan bernafas. Dan selanjutnya laki-laki itu malah menjilati wajah Bou.

Hiroto terbelalak dengan sesuatu yang dilihatnya. Ia akhirnya tahu siapa laki-laki yang begitu agresif terhadap Bou itu.

Tentu saja itu Aki.

Laki-laki yang Hiroto ketahui adalah kakak dari Bou dan punya orientasi sex yang menyimpang. Selain seorang homosex, Aki sedikit banyak mempunyai sifat pedhopilia dan suka berbuat incest pada adiknya sendiri.

Hiroto tidak bisa membiarkan itu terjadi. Aki pasti datang untuk menjemput Bou dan membawa temannya itu pada penderitaan. Bagaimana ia bisa tahu keberadaan Bou??

Sudah tidak ada waktu untuk mencari jawaban. Hiroto mendekati Aki dan memaksa ingin merebut Bou kembali. Tapi Aki yang tentu saja lebih gagah dan bertubuh besar, dengan ringkas membereskan Hiroto begitu saja. Apalagi ia memang laki-laki yang lekat dengan kehidupan kriminal.

Hiroto tersungkur dengan hidung mengeluarkan darah segar. Pandangan matanya kabur dan ia bahkan tidak bisa mendengar ucapan jelas Bou yang berteriak tertahan memanggil-manggil namanya.

Lalu ia melihat ada orang lain. Tadinya ia berharap itu Kanon,

Tapi ternyata bukan sama sekali.

Hiroto justru melihat orang yang beberapa hari ini juga tinggal bersamanya.

Orang itu adalah teman Aoi dan seorang lagi dengan penutup hidung yang pernah ia jumpai di taman dan ia antarkan untuk bertemu Aoi.

“Kita bawa anak itu juga Aki. Anak itu adalah adik Saga dan tawanan kita. Kalau Saga macam-macam.. anak itulah yang akan kita bereskan.” Ucap laki-laki itu yang tidak lain Hiroto ketahui bernama Uruha. Hiroto bingung meskipun ia sudah tidak sempat berpikir karena kepalanya semakin berputar dan pandangan matanya semakin gelap. Pemandangan terakhir yang dilihatnya adalah saat orang berpenutup hidung itu samar-samar mendekatinya dan memapah tubuhnya yang sudah tidak berdaya.

Setelahnya,

Hiroto tidak tahu lagi apa yang terjadi...

==1414==

t.b.Kontinyut~

0 komentar:

Posting Komentar