Nanairo CRAYON part 16 -Chapter 1-

Fandom: Jrock staring the GazettE, Kagrra, Kra, Alice Nine, Sadie, An Cafe n more…
Author: -Keka-

* * *


Pemuda itu tertidur di hadapannya. Wajahnya itu entah mengapa sangat dirindukannya saat ini, sudah lama ia tidak pernah memperhatikan wajah tenangnya saat tertidur. Padahal dulu begitu sering, hampir setiap hari saat mereka lelah bercengkrama dan bermain, Yuura selalu tertidur lebih dulu dan Uruha selalu memperhatikan wajah tidurnya itu sampai akhirnya ia ikut tertidur juga di sampingnya. Lalu ibu mereka akan masuk ke kamar dan menyelimuti tubuh mereka dengan selimut hangat.

Kehidupan itu begitu bahagia sampai pada suatu hari, Yuura yang kehilangan akal mulai membunuhi keluarga mereka satu-persatu. Begitulah kenyataan yang selama ini tertanam di pikiran Uruha. Mengingat itu selalu membuatnya marah pada adiknya itu dan nafsu membunuhnya semakin meluap-luap seiring dengan kebenciannya pada sang adik.

Uruha ingin mencekiknya sekarang, saat anak itu masih tidak sadar. Tapi ia mengurungkan itu karena baginya itu terlalu mudah, kematian itu terlalu mudah untuk diterima Yuura. uruha ingin adiknya itu merasakan hal yang lebih sakit. Ia ingin mengambil sesuatu atau lebih tepatnya seseorang yang sangat disayanginya saat ini untuk ia sakiti.

“Adikmu itu tidak punya banyak teman, tapi dia tinggal bersama orang yang sangat kaya. Dan orang itu sepertinya sangat melindunginya.” Ucap laki-laki berpenutup hidung itu.

“Apa ada orang lain yang sangat dekat dengannya?”

“Ada. Dan ini akan terdengar sangat menarik. Orang bernama Uke Yutaka yang kalian jadikan sasaran itu adalah orang yang paling dekat dengannya. Orang itu juga yang dulu menyelamatkan adikmu saat beberapa orang dari organisasi hitam kita memburunya. Kemudian orang itu membawa adikmu pergi ke kota lain sampai ada orang kaya yang menemukan mereka dan menampung mereka di rumahnya.”

“Begitu ya..” Uruha tersenyum. “Apa kau tahu Reita, seberapa dekat Yuura dengan orang bernama Uke Yutaka itu?”

“Sepertinya sangat dekat. Setiap aku mengamati mereka, mereka hampir selalu terlihat bersama dan terlihat sekali mereka seperti tidak ingin dipisahkan satu sama lain.”

“Lalu bagaimana dengan orang bernama Uke Yutaka itu.. apa.. Saga berhasil membunuhnya?”

Reita menggeleng. “Aku sudah memastikan. Saga gagal atau lebih tepatnya tidak membunuh laki-laki itu.”

“Oh begitu...” Uruha kembali tersenyum. “Lebih bagus seperti itu.. akan lebih menyenangkan jika Yuura melihat laki-laki itu mati di hadapannya.” Ada kilatan kejam di mata itu.

“Hm.. perintahkan Mao, Tsurugi dan Kei untuk menangkap orang itu. sekalian beritahu Saga kalau adiknya ada bersama kita. Dan.. ah iya... laki-laki bernama Nao itu habisi saja. Dia sudah tahu terlalu banyak.”

“Tapi Uruha.. kalau kita menghabisi Nao, berarti kita juga harus membungkam mulut teman-temannya yang lain. Nao pasti sudah menceritakan semuanya pada teman-temannya dan mungkin... Aoi juga sudah tahu bahwa kau..”

“Cukup Reita!! Aoi itu urusanku. Sementara ini jangan berbuat macam-macam dulu pada yang lain. Meskipun mereka tahu, tapi tidak ada bukti yang memojokkan kita. Lagipula aku sudah mengancam Mizuki. Suruh saja Mao, Tsurugi dan Kei untuk menangkap orang bernama Uke Yutaka itu.”

“Seenaknya saja kau memberi perintah pada kami seperti itu!” Mao dan teman-temannya masuk ruangan itu dan menatap Uruha dengan pandangan tidak suka.

“Ah Mao.. bukannya kita ini mitra kerja?! Kalian teman-teman Aki dan Aki adalah temanku. Tujuan kita sama.”

“Tujuan kita tidak sama. Kami diperintahkan untuk menangkap Yuura hidup-hidup, bukan untuk membunuhnya. Kami tidak bekerja padamu, lagipula orang bernama Uke Yutaka itu tidak termasuk dalam pekerjaan yang diperintahkan pada kami.”

“Tapi tidak ada salahnya kita saling membantu kan?!”

Kali ini Kei yang menatap remeh Uruha. “Yang benar saja, memangnya kami akan memperoleh keuntungan jika membantumu?! Yuura tetap milik kami karena kami yang mendapatkannya, kami tidak akan menyerahkannya padamu!!”

“Sudahlah Kei, pemimpin hanya menginginkan matanya kan?! Ambil saja kalau itu yang dia inginkan. Sedikit operasi pembedahan mata juga cukup kan?! Kalian bisa memasang bagian dari mata Yuura pada salah satu dari kalian atau siapa saja di organisasi. Gantikan tugasnya sebagai penunjuk kebenaran dan biarkan aku mendapatkan tubuhnya. Kurasa pemimpin tidak akan keberatan dengan permintaanku ini. dan orang bernama Uke Yutaka itu berharga sangat tinggi. Aku dan Aki akan memberi separuh atau mungkin seluruhnya dari uang yang kami terima untuk kematiannya pada kalian. Bagaimana? Kalian mau kan?!”

Mao, Tsurugi dan Kei tampak berpikir. Mereka saling menatap satu sama lain sampai akhirnya mereka sepakat.

“Baiklah Uruha, tapi kau harus sungguh-sungguh dengan ucapanmu itu.”

“Ya tentu saja aku sungguh-sungguh Tsurugi. Dan satu lagi.. aku mau semuanya bersih. Sebelum ini kalian berbuat satu kecacatan, kenapa kalian sampai melukai Nao.. orang yang bersama Yuura? Itu sangat berbahaya. Bagaimana kalau orang bernama Nao itu sampai melaporkan semuanya pada polisi?!”

“Iya kami mengerti, tapi kami terpaksa melakukannya karena orang itu ada bersama adikmu saat itu. dan bukan dia saja, ada 1 orang lagi yang sudah kami habisi nyawanya sebelum itu.”

“Apa?!!! Siapa yang kalian bunuh??”

Tsurugi menggeleng. “Aku tidak tahu. Lagipula itu tidak terlalu penting. Semuanya akan kami bersihkan sampai tidak menimbulkan jejak, kau tenang saja dengan itu. kami sudah sangat ahli mengatasinya.”

Uruha tetap tidak yakin dengan itu. Ia khawatir pihak kepolisian sudah menyelidiki semuanya dan ikut campur hingga membuat sesuatu yang sudah direncanakannya menjadi berantakan.

“Kalau begitu cepat bunuh orang bernama Nao itu. dia ada di rumah sakit wilayah Fukuoka. Dan berhati-hatilah jangan sampai mencolok dan terlihat orang lain.”

==1616==

“Dokter bilang kau mencabut infusmu dan keluar dari rumah sakit ini?”

Laki-laki berwajah pucat itu memandang laki-laki lain yang bertanya padanya. “Itu bukan masalah besar yang harus kau cemaskan Saga,” Meskipun ia berkata seperti itu, namun wajah Saga itu tetap saja sangat cemas. “Kau darimana saja Saga?” Tanyanya kemudian.

Saga menundukkan wajahnya. Ia ingin memberitahukan laki-laki yang terbaring lemah di hadapannya itu, tapi tentu saja ia mengurungkan niatnya karena mengetahui kondisinya yang semakin tidak baik. Jika Tora sampai tahu bahwa Hiroto dalam bahaya, entah apa yang akan laki-laki itu lakukan ditengah-tengah kondisinya yang menurun drastis sejak sebulan yang lalu.

“Aku pergi mencari Hiroto untukmu.” Saga berkata dengan senyum tipis yang terkembang di wajah sendunya.

“Memangnya dia pergi kemana? Apa keadaannya baik-baik saja?”

“Iya semuanya baik-baik saja, Hiroto sedang menginap di salah satu rumah temannya.” Saga berbohong. Ia tidak bisa mengatakan bahwa sebenarnya ia tidak tahu keadaan dan keberadaan Hiroto saat ini. ia mengatakan itu semata karena tidak ingin membuat Tora cemas. “Tidurlah macan nakal, aku pergi dulu ingin membeli sesuatu. Sudah sejak kemarin rasanya perutku ini belum terisi apapun.” Saga memegangi sambil memperlihatkan bentuk perutnya yang nampak seksi itu.

“Tidak tertarik. Kau sekarang nampak kurus sekali. Cepatlah isi perutmu, repot kalau kau ikut sakit cuma gara-gara kelaparan.”

“Iya ya baiklah, tapi meskipun aku kurus.. perutku tetap seksi kan..” Goda Saga sambil mengedipkan matanya pada laki-laki yang tersenyum lemah itu di tempat tidurnya. Ia hanya mencoba mencairkan suasana, meskipun candaannya itu seperti sebuah masakan yang hambar bagi dirinya sendiri.

Saga meninggalkan ruang perawatan Tora. Ia sebenarnya tidak berniat mengisi perutnya. rasa laparnya hilang karena kecemasan. Ia ingin menghubungi beberapa orang yang mungkin saja saat ini tahu dimana Hiroto berada. Dalam perjalanan singkatnya itu, Saga melihat Izumi yang baru saja meninggalkan salah satu kamar perawatan di rumah sakit itu. Saga tidak langsung memanggil nama Izumi. Ia hanya sedikit bingung. Apa ada yang sakit? Tanyanya dalam hati.

Sesaat setelah kepergian Izumi, Saga melihat dua orang yang masuk ke dalam ruangan itu. dari gerak-geriknya, tampaknya dua orang itu sangat mencurigakan. Apalagi Saga merasa mengenal atau setidaknya pernah melihat mereka entah dimana.

Saga tidak menyusul kepergian Izumi, melainkan ingin menengok ke kamar perawatan yang sebelumnya ditinggalkan Izumi tersebut. Awalnya Saga memperlambat langkahnya karena ragu-ragu, tapi entah darimana ia mendapat dorongan untuk mempercepat langkahnya.

Sesampai di depan pintu ruangan itu, Saga membuka perlahan pintunya dan ia mendengar suara tertahan dari seseorang yang seperti mau kehabisan nafas. Saga terkejut ketika ia mendapati salah seorang dari dua orang yang masuk ke ruangan itu sedang membekap wajah orang yang terbaring di tempat tidur dengan sebuah bantal. Ia ingin membunuh orang itu.

“Hei, apa yang kalian lakukan?!!!”

Dua orang itu kaget dengan kemunculannya yang tiba-tiba. Dan seorang diantara mereka berusaha menyerang Saga, namun Saga dapat mengelaknya dengan sempurna.

“Sudah kita pergi saja Kei.” Orang yang membekap wajah korbannya itu melempar bantalnya dengan kesal.

“Tapi Mao..”

“Sudah biarkan saja!!”

Mereka pergi dengan terburu-buru setelah seorang diantara mereka mendorong tubuh Saga hingga Saga terbentur salah satu dinding ruangan itu. saga berniat mengejar mereka, tapi ia lebih mencemaskan keadaan korban yang tadi wajahnya baru saja dibekap dengan bantal. Apa ia baik-baik saja.

“Uhuk uhuk..”

Saga lega karena orang itu masih hidup. Tapi ia kembali terkejut mengetahui siapa laki-laki yang hendak dibunuh itu.

“Naoran.. kau..”

“Sa- Saga.. uhuk uhuk.. brengsek! Apa yang dipikirkan mereka sampai berniat membunuhku?!!” Nao mengeluh dan berusaha menghirup udara lebih banyak.

“Kau kenapa Nao? Kenapa bisa dirawat disini?”

“Ini gara-gara ada orang gila yang menabrakku dengan mobilnya. Dan sekarang orang gila itu kembali berusaha ingin membunuhku. Memangnya aku ini salah apa?!!”

Pintu kembali terbuka saat sosok Izumi muncul dari baliknya. “Nao ada apa? Kenapa ada dua orang yang terburu-buru meninggalkan kamarmu?” Tanyanya kebingungan.

“Mereka itu baru saja menyerangku dan berniat membunuhku Izumi! Untung saja Saga datang kalau tidak..”

Izumi dan Nao saling memandangi Saga.

“Apa orang itu sudah jauh Izumi?” Tanya Saga.

“Tidak. kurasa masih ada di rumah sakit ini.”

“Kalau begitu aku akan mengejarnya. Kau jaga Naoran saja.”

Izumi mengangguk. Dan Saga dengan cepat meninggalkan ruangan itu. Saga baru ingat, kedua laki-laki tadi pernah ia lihat sekilas ketika ia masih bergabung dengan organisasi hitam. Mereka dua orang dari kelompok pembunuh Sadie. Tentu mereka punya alasan sampai harus membunuh Nao.

Saga melihat mereka di koridor rumah sakit. Mereka tidak berlari karena mungkin berpikir bahwa Saga tidak berniat mengejarnya. Saga mempercepat langkahnya lalu menarik bagian belakang baju dari salah seorang laki-laki diantara mereka.

“Tunggu dulu, apa maksud kalian ingin membunuh Nao?!!”

Laki-laki itu menoleh ke arahnya. Bukannya merasa getir tetapi ia malah tersenyum menyeringai.

“Aku ingat dirimu. Kau ini Saga kan?!” Tanyanya.

“Memangnya kenapa?”

Laki-laki itu menggeleng setelah melepaskan dirinya dari Saga.

“Tidak tidak.. kurasa kau punya hutang dengan Uruha sampai laki-laki itu membawa seorang bocah yang sepertinya sangat kau kenal ke markas kami.”

“Apa maksudmu?!!” Kali ini Saga bertanya serius.

“Uruha sedang menahan seorang bocah yang kalau aku tidak salah ingat namanya adalah Hi ro to..”

Wajah Saga memucat. Laki-laki di hadapannya itu pasti tidak bohong saat mengatakan bahwa Uruha sudah menahan Hiroto.

“Dimana Uruha menahannya? Cepat katakan!!” Saga memaksa sambil sekali lagi ingin mencengkram kerah baju salah seorang laki-laki di hadapannya.

“Sabarlah, kalau kau mau tahu... bagaimana kalau sekarang kau ikut kami..”

==1616==

Chiru, Rika dan Aoi masih bisa menyusul Akiya dan Keiyuu ke stasiun kereta. Mereka pulang bersama dalam kebisuan dan kecemasan menuju rumah kos mereka. Sesampai di rumah itu, mereka sudah mendapati rumah kos yang kosong namun ada sosok lain yang entah mengapa cukup mereka rindukan.

“RIKUUUUUUUUUUUUUU... Kyaaaaaaaa.... udah pulang ya bu???” Tanya Rika bersemangat 45.

Riku memasang tampang jutek. “Darimana aja kalian semua HAH?!!!!! Kenapa rumah kos dibiarin kosong?!!!!!!!!!!!”

“Loh bukannya ada Mizuki dan...” Rika berhenti berkata.

“Gak ada siapa-siapa!! Kalian ini darimana aja sih??”

“Tenang bu~ kita baru aja nengokin Nao yang dirawat di rumah sakit. Bukannya Rika udah cerita kalo Nao kecelakaan?!” Tanya Chiru.

“Iya sih, tapi masa iya rumah ditinggalin kosong begini!! Mana gak dikunci pulak!! Gimana kalo ada maling masuk?!!” Riku mulai mengeluarkan jurus mencak-mencak.

“Mizuki kemana sih??” Chiru mencari sosok itu kesana kemari. Mulai dari ruang tamu, tengah, kamarnya sampai kolong-kolong dan lubang tikus, tapi sosok laki-laki yang demen narsis itu tetap tidak menunjukkan batang hidungnya.

“Mizuki gak ada!! Dia cuman ninggalin sesuatu di dapur.” Riku berjalan menuju dapur dan seolah seperti memerintahkan teman-temannya untuk mengikutinya. Ada banyak menu makanan yang sudah tersaji diatas meja itu. “Ini semua dipersiapkan Mizuki untuk kita.” Ucap Riku sambil memegang selembar kertas di tangannya. “Bisa kalian jelaskan sedetil-detilnya kenapa Mizuki sampe nulis surat ini?!!”

Rika mengambil selembar kertas itu lalu membaca isinya di hadapan teman-temannya.

“Gomenasai... cuma ini yang bisa aku persiapkan untuk kalian semua teman-temanku. Ini ucapan terima kasihku karena selama ini kalian sudah banyak berbuat sesuatu yang membuatku bahagia dan membuatku merasa dihargai sekaligus membuatku merasa memiliki keluarga. Setelah ini aku memutuskan tidak akan muncul lagi di hadapan kalian dan membuat kalian susah. Dan sekali lagi maaf... karena selama ini mungkin aku sudah banyak membohongi kalian. Aku harap kalian bisa melupakan keberadaanku dan menganggapku tidak pernah ada dalam kehidupan kalian, meskipun aku akan selalu mengingat keberadaan kalian. Oh iya, gomen kalo masakanku gak enak. Aku sudah berusaha mati-matian tapi yah... hanya itu hasilnya yang bisa kalian lihat.

@Riku: Uang kos tiga bulan yang nunggak udah aku siapin dan aku simpen di lemari tempat aku nyimpen celana dalem. Bisa kamu ambil kapan aja. En dont worry neng, isi lemari itu udah aku kosongin kok. Jadi gak ada lagi celana dalemku yang ketinggalan disana *wink*

@Chiru: Maaf ya kalo tampangku yang cakep ini bikin kamu kesel. Mulai sekarang aku gak bakal bikin kamu kesel lagi.

@Rika: Maaf aku udah mecahin vas bungamu. Sebagai gantinya dan sebagai ganti kesedihanmu karena waktu itu kucingmu si blacky ilang, aku udah siapin gantinya. Di kamarmu ada anak kucing putih yang kukasih nama Yuki. Itu kucing hasil pembuahanku, eh maksudku.. itu kucing hasil pembuahan kucing jantan pilihanku yang kukawinkan dengan kucing betina pilihanku juga. Dirawat yang baik ya...

@Akiya: semoga kuliahmu lancar dan kamu dinobatkan jadi satu-satunya dokter paling ganteng sedunia

@Nao: cepet sembuh dan jangan banyak ngutang mulu

@Keiyuu: minum susu yang banyak biar kamu cepet tinggi

@Aoi: Aku tau kamu itu cakep, keren dan jago surfing. Tapi dibalik kecakepan dan kekerenanmu itu... masih ada lagi yang jauh lebih cakep dan keren.... orang itu gak lain adalah AKU!!! Oia, lupain Uruha!! Dia bukan yang terbaik buatmu. Kan masih ada Chiru *kedap kedip*

@Pon-Pon: Jangan suka ngambekan. Biar bagaimana pun juga Tora dan Saga sayang kamu.

Udah ah segini aja, gomen kepanjangan. Yang namanya belum kesebut... sekali lagi gomen... Mizuki yang cakep ini gak bisa inget nama kalian satu-persatu.”

Chiru langsung termehek-mehek saat Rika selesai membaca surat yang menjadi pesan terakhir dari Mizuki.

“Hwaaaaaaaaaa... JUKIIIIIIIIIII... dont go anywhere!!!!!! Biarpun tampangmu yang cakep itu suka bikin aku kesel, tapi aslinya aku gak kesel kok... malah nepsong!!!” Rika berusaha menenangkan Chiru yang kelojotan di lantai.

“Ckckckk Mizuki ini.. masih bisa-bisanya narsis di saat terakhir ya... kalo dipikir-pikir.. dia ini bukan orang jahat. Aku gak masalah kalo dia terus bersama kita.”

Akiya setuju dengan ucapan Keiyuu. “Kita harus bawa dia kembali pulang. Mungkin kepergiannya ini ada hubungannya dengan Uruha, aku dan pastinya kita semua gak mau kan kalau dia sampai memutuskan kembali pada jalan hitamnya lagi..”

“wei wei.. chotto chotto.. ini sebenarnya ada apa ini ada apa???” Riku bertanya-tanya bingung. Sepertinya banyak hal yang ia lewatkan sejak kepergiannya ke Gifu dan pulang ke rumah keluarganya di Sapporo.

Lagi-lagi Akiya harus menceritakannya pada si tante pemilik rumah kos. Dan Riku hanya bisa mangap sampai akhirnya mengeluarkan suara.

“Aku gak ngerti. Terlalu banyak orang yang terlibat dalam ceritamu itu Akiya. Ada yang namanya Yuura, Uruha yang sama sekali aku gak tau itu siapa..”

“Pokoknya begitulah Riku. Mizuki itu dulunya adalah seorang pembunuh bayaran. Dan Uruha teman Aoi yang mencari adiknya yang bernama Yuura itu juga pembunuh bayaran.” Terang Keiyuu mempersingkat penjelasan Akiya yang bertele-tele.

Riku lalu menatap Aoi yang daritadi hanya terdiam. “Trus kenapa orang seperti Uruha itu kamu bawa kesini Aoi?!!” Tanyanya serius.

Aoi tetap terdiam dan seperti tidak mampu untuk menjawab. Lalu disaat yang masih tegang-tegangnnya seperti itu, ada seorang pemuda datang dengan wajah penuh kecemasan. Ia memperkenalkan diri dengan nama Kanon.

“Hiroto teman kalian sepertinya ikut dibawa bersama dengan Bou. aku mohon bantuan kalian.. ini juga menyangkut teman kalian yang bernama Hiroto itu. kalau sampai sesuatu terjadi pada Bou.. a- aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri.” Orang bernama Kanon itu nyaris membungkukkan badannya hingga mencium lantai.

“Tenanglah Kanon.. tentu saja kami akan membantumu mencari Bou. apalagi Hiroto ikut hilang bersamanya. Tapi apa kau punya petunjuk tentang hilangnya mereka?” Tanya Keiyuu yang sudah meminta Kanon untuk berdiri dari posisi sujudnya.

Kanon menggeleng. “Tapi aku yakin kalau Aki kakaknya yang sudah membawanya pergi.”

Mendengar nama itu disebut, entah mengapa Aoi teringat sesuatu. Uruha pernah mengenalkannya dengan seseorang bernama Aki. “Bagaimana ciri laki-laki bernama Aki itu?” Tanyanya merasa penasaran.

“Aku tidak ingat jelas. Terakhir kali aku melihatnya sekitar 3 tahun yang lalu. Ciri yang mencolok darinya mungkin tubuhnya yang tinggi, rambut hitam dan pierching di bibirnya yang sangat mencolok.”

Meskipun dengan sedikit ciri-ciri itu, namun Aoi sudah mendapat jawaban bahwa Aki yang dimaksud Kanon sama dengan Aki yang diperkenalkan Uruha beberapa waktu yang lalu.

“Kalau ucapanmu itu memang benar Aoi, berarti semua ini memang ada hubungannya.”

“Tapi Akiya.. kok Pon ikut-ikutan dilibatin dalam hal ini?!!”

“Rika, kalau masalah itu... mungkin ada hubungannya dengan Saga. Hanya itu yang ada dipikiranku saat ini.”

Rika manggut-manggut, sementara Chiru masih termehek mehek di sudut ruangan.

“Lalu apa yang harus kita lakukan?” Keiyuu bertanya sambil sibuk memikirkan solusinya. Sesaat setelahnya, ponselnya berbunyi. Dari Izumi.

Keiyuu mengangkatnya dan sesaat mengerutkan keningnya dengan cemas. “Tapi Nao gak papa kan??”

Lama ia terdiam, sampai akhirnya Keiyuu bisa menarik nafas lega. “Syukur deh dia selamat. Ya udah Izumi, kamu jagain bener-bener ya Nao.”

“Nao kenapa Kei??” Tanya Rika dan Riku dalam waktu bersamaan.

Keiyuu memutus percakapan dengan Izumi sebelum akhirnya menjawab. “Ada orang yang berusaha membunuhnya. Tapi untung tiba-tiba Saga datang dan mencegah hal itu.”

==1616==

Sementara Kanon sedang mencemaskan keadaannya, Bou saat ini seperti tidak ingin mengingat apapun selain Aki.

“Aniki...” Bou merayapkan tangannya di sekitar tempat tidur, mencari-cari sosok itu. namun sosok itu sudah tidak ada di sampingnya. Ia membuka mata dan menatap sekeliling ruangan yang menjadi saksi bisu apa yang dilakukannya semalam dengan sang kakak.

Bou masih tidak mengenakan sehelai pakaian apapun selain selimut tebal yang membuatnya merasa hangat selain tubuh sang kakak yang memeluknya. Tapi tubuh itu saat ini sudah tidak ada. Bou bangkit dari tempat tidur dan memunguti pakaiannya seraya memakainya satu persatu di tubuhnya. Setelah selesai dengan itu, Bou memutuskan keluar dari ruangan itu dan mencari-cari sosok Aki.

Bukan Aki yang ditemukannya melainkan sosok Hiroto yang terkulai lemas terikat di sebuah kursi.

“Pon Pon!!! Kamu kenapa begini??” Tanyanya berusaha menyadarkan diri Hiroto sambil melepaskan ikatan yang memblenggu tubuh Hiroto.

“Bo.. Bou... apakah itu kamu... syukurlah kamu baik-baik saja..” Ucap Hiroto lemah.

“Siapa yang melakukan ini padamu??”

“Laki-laki itu.. teman Aoi bernama Uruha.. dia yang melakukannya. Dia dan kakakmu yang membawa kita ke tempat ini.. Larilah Bou..”

“Diamlah Pon, aku akan minta penjelasan Aki. Apa maksudnya si Uruha itu membuatmu seperti ini?”

“Tidak usah... lari saja Bou..”

Hiroto terus memaksanya, namun sosok Aki dan Uruha sudah muncul di hadapan mereka.

“Bou, kau sudah bangun?”

“Aniki.. Kenapa Pon Pon diperlakukan seperti ini?! Dia ini temanku!!” Seru Bou seperti tidak terima.

“Aki tenangkan adikmu.” Laki-laki di samping Aki yang membuat Bou tidak suka padanya itu tampak memandang remeh ke arahnya. Laki-laki itu pernah Bou lihat berhubungan intim dengan kakaknya. Dan itu membuat Bou sangat kesal.

Aki mengelus rambut Bou. “Temanmu baik-baik saja Bou. kami tidak akan menyakitinya, kau tenang saja.”

Tapi ucapan Aki itu tidak serta merta membuat Bou tenang. Lalu laki-laki berpenutup hidung muncul dan memberitahukan Uruha sesuatu.

“Mao dan Kei datang bersama Saga. Sedangkan Tsurugi sudah berhasil membawa laki-laki yang bernama Uke Yutaka itu. Yuura saat ini juga sudah sadar.”

Ucapan laki-laki berpenutup hidung itu membuat Uruha tampak kesenangan hingga sebuah  seringain tampak terlihat di wajahnya.

==1616==

t.b.Kontinyut~

0 komentar:

Posting Komentar