Tsukasa-Kai have a baby (Chapter 7 - 8)


Title: Tsukasa-Kai have a baby
Author: -Keka-
Fandom: D'espairsRay, the GazettE,..
Disclaimer: Tsukasa dan Kai adalah suami Keka! Ide cerita datangnya dari fic KAT-TUN milik Ei yang berjudul UEDA TATSUYA NO WORSTDATE.
Note: Fic narsis lagi, sekedar buat hiburan :P
Warning: Fic ini menolak untuk di claim pihak lain selain oleh Keka sendiri!!





* * *



Chapter 7
-Angry Man-


"Ahahahahaaa... kalian ini para member Despa lucu-lucu sekali.. memangnya tidak pernah lihat para pria mandi dan saling menggosok punggung bersama?? Di onsen sering terjadi kan?!" Tanya Kai dengan suara crunchy bin riang gembiranya. Sama sekali tidak ada beban dan berbeda 180 drajat dari Tsukasa yang mukanya betul-betul mirip rajungan rebus karena kedapatan mandi satu bathtup bersama Kai oleh teman-temannya.

"Aku tadi hanya berusaha menggosok punggung Tsukasa dan memijatnya karena dia tampak kelelahan, tapi Tsukasa sensitif sekali. Baru disentuh sedikit sudah teriak-teriak. Apa dia memang seperti itu? Rasanya canggung sekali bila bersamaku, padahal kan aku tidak berniat melakukan apa-apa padanya."

"Yutaka-san jangan heran begitu. Jangankan bila bersamamu, dengan kami pun dia begitu." Karyu berkata sambil melirik pada Tsukasa yang prengat prengut sambil menghindari tendangan taekwondo Uke kecil yang berusaha membela diri saat Tsukasa memaksa bayi itu memakai popoknya.

"Tapi kaget juga melihat kalian mandi bersama. Tsukasa biasanya tidak mau dengan kami meskipun kami memaksanya." Timpal Hizumi.

"Ah.. kalian tidak tahu saja. Sebenarnya Tsukasa ini sangat mudah ditaklukkan. Kalian mau tahu rahasianya?"

Ketiga member Despa kompak menganggukkan kepala.

"Sini sini.. aku bisiki.." Ketiga member Despa patuh mendekati Kai dan dengan hikmat mendengarkan semua ucapan pria pemilik senyum manis itu. Tinggallah Tsukasa yang makin gondok karena ketiga temannya kompak 'berkhianat' padanya, dan terlihat sangat akrab dengan Kai yang memang sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan itu.

Memangnya apa yang dibisikkan Kai pada teman-temanku? Tanya Tsukasa dalam hati. Ia merasa sangat penasaran, meskipun tidak punya alasan tepat untuk ikut mendengarkan.

Beberapa saat kemudian, Hizumi dan Karyu tampak terkikik geli, Zero senyam senyum dan Kai berusaha untuk menahan tawanya agar tidak pecah. Melihat reaksi itu, Tsukasa jadi geram sendiri dan akhirnya menyampaikan protes pada mereka.

"Hei, berhentilah kalian membicarakanku di belakang!!" Seru Tsukasa kesal.

"Ah siapa yang membicarakanmu di belakang? Kami kan berbicara di depanmu.." Ucap Kai innocent.

"Tapi tidak perlu bisik-bisik begitu kan?!!"

"Tsukasa tenanglah... kami berbisik hanya karena tidak ingin mengganggumu yang sedang meninabobokan Uke."

Tsukasa melirik ke arah Uke kecil yang memang nampaknya mulai mengantuk, setelah sesaat tadi Tsukasa mengganti popoknya dan memberinya asupan susu serta menggendongnya dalam dekapan hangat. Bayi mungil itu tampak berusaha merapat lebih erat ke dalam dekapannya agar merasa lebih hangat.

"Sebaiknya cepat tidurkan dia di ranjang, dan setelah itu bawakan kami berempat makanan dan minuman."

"Jangan memerintahku!!!" Tsukasa melotot pada Karyu.

"Kalau tidak mau... kami berempat akan bilang pada Keka tentang kegemaranmu mencuri pakaian dalamnya, menelantarkan Uke kecil, dan mengata-ngatainya sebagai bayi sialan. Hmm.. kira-kira bagaimana ya reaksi Keka kalau mengetahui hal itu..?" Karyu mencoba berpikir, meskipun Tsukasa tahu bahwa saat ini sahabatnya itu sedang menikmati setiap kekesalan yang dirasakan olehnya.
Dasar Kai brengsek!!

"Baiklah, kali ini aku turuti perintah kalian. PUAS?!!!"

Dengan kesal Tsukasa meninggalkan teman-temannya dan melangkah menuju kamar Keka dengan wajah masam. Jamban pun rasanya masih lebih bagus daripada bentuk wajahnya saat ini.

Tsukasa yang malang...

~ ~ ~


Chapter 8
-Finished??-


"PULANG KALIAN!!!!! CEPAAAAATTT!!!!" Tsukasa membentak ketiga temannya, dan memaksa Hizumi, Karyu, serta Zero untuk meninggalkan apartemen Keka, setelah ketiga mahkluk yang cukup nista itu memerintahnya ini itu, mulai dari memijati punggung Hizumi, mengkeramasi rambut Zero, sampai membersihkan kotoran jempol kaki Karyu. Tsukasa menurut patuh karena mereka mengancam akan mengadu pada Keka. Tapi nampaknya kali ini urat kesabaran Tsukasa sudah putus, bukan hanya membentak, bahkan Tsukasa juga melempari wajah teman-temannya dengan popok bekas Uke. Padahal seumur-umur pemuda baik nan ramah ini gak pernah berlaku seperti itu. Menyentil telinga Hizumi aja dia gak tega, apalagi jika harus melempar wajah ganteng vocalist kesayangannya dengan popok basah Uke.

Waduh-waduh.. kelewat marah banget nih berarti si kang mas...

Disuruh apa toh kang?

"Sialan!! Mending aku disuruh ngepel jalanan Shibuya, daripada disuruh nari perut dan goyang patah-patah!!" Tsukasa misuh-misuh gak keruan sampai bikin Kai ngakak gak ketulungan.

"Kamu juga DIAM pikun!!!!" Bentak Tsukasa seraya melempar pandangan galak pada Kai yang langsung berusaha terdiam saat itu juga, meskipun tetap gak bisa menahan laju keisengannya.

"Iya iya maaf... Tsukasa lucu deh kalo lagi marah-marah... Kai jadi gemes.." Ucap Kai menirukan gaya berbicara Keka, bila Keka mulai bersikap manja untuk meredam kemarahan pria yang disayanginya.

"Jangan menirukan Keka begitu!! Sama sekali gak ada pantes-pantesnya."

"Aih aiih.. Tsukasa tega sekali berkata seperti itu pada Kai... Kai jadi sedih nih..."

"BERHENTI AKU BILANG!!!" Kai lari terbirit-birit saat Tsukasa berniat ingin mencekiknya.

"Ampun om... om galak ih.. Kai jadi takut.." Tsukasa makin kesal saat mendengar ucapan Kai itu, sementara Kai sendiri tampak sangat riang menikmati setiap reaksi Tsukasa saat ia mulai mengeluarkan suara-suara manja yang ia tiru dari Keka tersebut.

Tsukasa merasa sangat lelah, mengejar Kai ternyata lebih sulit daripada mengejar Keka yang lamban dan mudah 'ditangkap'. Karena kelelahan itu, akhirnya Tsukasa memutuskan untuk membaringkan tubuhnya di samping Uke kecil yang sedang tertidur nyenyak di atas ranjang.

"Menyerah ya..." Tanya Kai dengan nada mengejek.

Tsukasa tidak merespon dan memilih untuk diam sambil menikmati aroma wangi dari ranjang Keka.

"Hei, apa yang kamu pikirkan?" Tanya Kai lagi sambil berbaring di sisi lain Uke kecil, tepat mengarah di hadapan Tsukasa yang berbaring dengan posisi menyamping.

"Apakah Keka selalu tidur di tempat ini setiap malam?" Tanya Tsukasa sambil mengelus lembut permukaan ranjang yang ditempatinya.

"Tentu saja, ini kan tempat tidurnya."

"Begitu ya..."

"Hah? Begitu ya apa?? Ah aku tahu... Tsukasa pasti saat ini mulai berpikir yang tidak-tidak kan tentang Keka hanii... membayangkan seandainya Keka hanii berbaring di ranjang ini hanya berdua saja denganmu?!!" Tembak Kai tepat sasaran.

"Bu- bukan seperti itu.."

"Sudah sudah.. berhentilah berpura-pura di depanku.. aku paham perasaan itu. Tsukasa gak perlu merasa malu dan sungkan di depanku hanya karena kita punya perasaan yang sama terhadapnya."

Kai tersenyum ramah seperti biasa. Dibalik kejahilannya, Tsukasa sangat menyadari bahwa Kai adalah sosok yang menyenangkan bagi dirinya. Pantas terkadang Keka lebih banyak menceritakan dirinya pada Kai dibandingkan pada Tsukasa sendiri.

"Kai... jam berapa ini? Mengapa Keka belum juga kembali?" Tanya Tsukasa, berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Tadi dia menelponku dan bilang tidak bisa pulang untuk makan malam karena harus menemani client nya makan malam."

"Dia menelponmu?? Kapan??" Tsukasa lagi-lagi merasa cemburu karena Keka lebih sudi menelpon Kai daripada dirinya.

"Tadi.. saat kamu sedang sibuk dijahili teman-temanmu."

"Kenapa dia harus menelponmu dan tidak menelponku?" Tsukasa mulai bersikap seperti anak kecil.

"Tanyakan sendiri pada ponselmu."

"Ponselku??"

Tsukasa memeriksa ponselnya dan mendapati benda itu sedang ia non aktifkan.

"Salahkan dirimu sendiri karena benda itu kamu matikan. Keka sudah berusaha menghubungimu, tapi ponselmu tidak aktif."

Ah iya, Tsukasa baru ingat benda itu memang sengaja ia matikan karena tidak mau terganggu dengan suara deringan ponsel saat sedang asik kencan dengan Keka. Tapi ternyata kencan itu malah menjadi sebuah mimpi buruk untuknya.

Kenapa Keka gak bilang kalau aku disuruh menjaga keponakannya bersama si pikun ini?!

Ah mungkin dia tahu kalau aku akan menolak kalau tahu kenyataannya seperti ini..
Tapi kalau dia yang minta, menolak pun rasanya hal yang mustahil bagiku...

Beginilah namanya berkorban demi cinta...

-Tsukasa korban iklan alpenliebe-

Perlahan-lahan Tsukasa mulai merasakan ada jutaan ton batu gunung yang menggandoli kelopak matanya. Ia merasa sangat mengantuk.

Dengan perjuangan berat, ia berusaha tetap membelalakkan matanya, mencoba tetap melihat Uke kecil yang terlelap dengan tenang. Saat terlelap, bayi itu ternyata memang manis. Mungkin bagus juga bila Tsukasa berhasil membujuk Keka untuk mau diajak membuat bayi bersama.

Apa dia akan setuju? Bukannya dia menyukai anak-anak?!

"Jangan begitu... kamu ini mesum sekali Tsukasa-kun... Keka belum siap untuk itu.."

A- apaa..

Tsukasa menoleh ke arah Kai. Ia merasa sejak tadi pria yang menjadi saingan utamanya itu terus mampu membaca pikirannya.
Apa kali ini dia juga sedang membaca pikiranku?

Ditatapnya wajah Kai, terlelap dengan menutup sempurna matanya. Tertidur dalam buaian kenyamanan dan mimpi yang Tsukasa tidak tahu apa. Hanya mengigau ternyata. Tsukasa bernafas lega, dan beberapa detik berikutnya ia pun sudah tidak sanggup untuk terus membuka matanya...

~ ~ ~

"Tadaima..."

Keka sampai di apartemennya dan bingung mendapati apartemennya yang sepi, nyaris tanpa suara selain suara kipas angin yang berbunyi kelotokan di kamarnya. Keka melongok ke dalam kamarnya itu dan tersenyum saat menatap keduap prianya sedang tertidur dan memeluk keponakan kecilnya.

"Haduu.. manisnya..." Keka merasa lega karena semuanya baik-baik aja, baik itu sang Uke kecil maupun Uke besar yang tampaknya akur-akur aja dengan kang mas Tsukasa. Malah kelewat SANGAT akur sepertinya.

Keka membelai mereka satu-persatu, dan menghadiahi kecupan kecil di kening mereka.

"Oyasuminasai.." Dengan perlahan Keka menggendong Uke kecil yang masih tertidur. Baginya akan sangat berbahaya jika membiarkan Uke kecil tidur diapit kedua pria nya yang punya kebiasaan tidur cukup ganas.

Keesokan paginya dalam suasana kehangatan yang penuh cinta.

"Hanii pulang jam berapa tadi malam? Kenapa tidak membangunkan kami?" Tanya Kai seraya meletakkan sarapan pagi untuk Keka.

"Kalian tidurnya nyenyak sekali sampai berpelukan.. kan.. kan.. Keka jadi gak enak kalo mau membangunkan.." Keka iseng mencemberutkan wajahnya dan membuat Tsukasa salah tingkah dibuatnya.

"Bu- bukan seperti yang kamu lihat sayang.. aku dan Kai.."

"Iya iya Keka paham. Tsukasa kenapa sih.. begitu aja langsung gelagapan sendiri?! Kai aja gak segitunya. Keka jadi curiga nih..."

Tsukasa makin mucet dan tambah sesek napas, sementara Kai mulai mendekat pada Keka dan bersiap membisikinya sesuatu.

"Hanii.. Tsukasa kemarin membuat ulah dengan beberapa.. brraaahhhhmm." Tsukasa menarik dan membekapnya sebelum Kai selesai menyelesaikan kalimatnya dengan jelas.

"Beberapa apa Kai??" Keka bingung.

"Bukan apa-apa Keka.. kamu gak usah dengerin ucapannya si pikun ini.. dia cuma mau bilang kalau Uke kecil sangat manis dan aku menyukainya."

"Benarkah?! Kalau begitu Keka jadi lega untuk menitipkan Uke kecil lagi pada Tsukasa."

"Hah?!!" Tsukasa membelalak. Masih dalam posisi membekap Kai. "Menitipkan lagi??"

"Iya lagi.. sekitar dua atau tiga hari karena Keka sibuk sekali belakangan ini sementara ibu Uke kecil sedang ada keperluan mendesak di luar kota."

"Tapi Keka.. aku..."

"Mau yaa... ya.... onegaaaii..." Keka memohon dengan mata berkaca-kaca ala tokoh komik-komik shoujo.

Kai menyikut Tsukasa dan membuat lepas bekapan yang membelenggunya.

"Tentu saja hanii.. Tsukasa akan senang sekali bila diminta untuk menjaga Uke kecil. Dia sangat menyukai anak kecil terutama bayi mungil seperti Uke, selain itu dia juga cekatan mengganti popok dan membuatkan susu untuk Uke. Rasanya tidak ada yang lebih pantas dititipi Uke kecil selain Tsukasa sendiri. Benar begitu kan Tsukasa?!" Kai menyengirkan wajahnya di depan pemuda itu.

Tentu saja Tsukasa sangat geram, meskipun harus mati-matian menutupi hal itu di depan Keka dan malah bersikap semanis mungkin dengan mengangguk dan mengamini semua ucapan Kai.

"Ah bagus sekali... Keka gak nyangka kalo Tsukasa ternyata menyukai anak-anak.. Keka jadi makin lega dan bisa meninggalkan Tsukasa berdua saja dengan Uke kecil."

"Kalau begitu hari ini saja kita pergi jalan-jalan hanii.. bukannya hanii mau membeli beberapa peralatan memasak dan pakaian baru?! Hari ini Kai bisa menemani, sementara Tsukasa bisa menjaga Uke kecil disini."

"Wah benar juga. Ide yang bagus. Tapi apa Tsukasa setuju??"

Tentu aja ENGGAAAAKK!!!

"Setuju!!! Setuju kan Tsukasa??" Kai bertanya dalam posisi dekat di samping Tsukasa hingga ia mampu berbisik di telinga pemuda itu. "Kalau tidak setuju.. akan kuberitahu pada Keka kalau kamu sering membayangkan hal mesum bersamanya!"

Tsukasa menggemeratakkan giginya. Merasa kalah karena tidak bisa menolak dan hanya mampu mengiyakan dengan pasrah.

"Bagus sekali!!" Kai berseru riang. "Kita bisa jalan berdua saja hari ini hanii.. jaga rumah baik-baik ya Tsukasa... jangan cemberut gitu, nanti kami bawakan martabak telor spesial."

Sialan!!! Dia enak-enakan berdua dengan Keka, sementara aku harus menjaga bayi bengal sialan!!

Tsukasa menoleh pada Uke kecil yang sedang bermain di lantai. Bayi yang aktip merangkak itu kemudian menghentikan rangkakannya dan menatap Tsukasa dengan melepas tawa riangnya yang sempurna seakan mengejek.

Lima belas menit bersama bayi ini saja sudah bisa membuatku gila, apalagi jika harus sehari penuh!! Semoga aku bisa tahan untuk tidak meninggalkannya di depan pintu panti asuhan.. Astaga.. aku gak boleh berpikir begitu.. Anggap saja ini ujian.. Cinta memang butuh pengorbanan Tsukasa...

Begitulah akhirnya Tsukasa menguatkan fisik dan mentalnya menghadapi hari ini. Apakah ia berhasil melewatinya??

Hmm.. jawab dan imajinasikan saja sendiri. Keka cukupkan saja nih fanfic sampai disini dan selamat menikmati fanfic-fanfic Keka berikutnya. ^_~

-Finish-

0 komentar:

Posting Komentar