I'm sick, b'coz luv u.


Title: I'm sick, b'coz luv u.
Author: Emiru
Chapter: 1 shot
Fandom: J-rock - lynch.
Disclaimer: I'm sick, b'coz luv u. not my own but lynch.'s own
1st Publish: May 21, '09 (on multiply)


* * *

Wangi alkohol menyeruak keras memenuhi seisi ruangan seolah tidak menyisakan celah sedikit pun untuk dapat memberi ruang lebih lapang kepada seseorang untuk menghirup udara yang lebih pantas. Keputusasaan itu bagaikan seutas tali yang siap menjerat dan tertarik keras mencekik dengan angkuhnya menutup semua akses udara hingga melumpuhkan syaraf dan menghentikan lajur darah.

Tidak sanggup hanya sekedar ingin mencintai jika perasaan yang setulus dan selembut mahkota mawar yang baru merekah ini menyakiti diri bagai ujung mata pisau yang menari-nari indah mengguratkan torehan luka sampai pada titik terdalam dan tersiram oleh kepekatan air garam.

Begitu rapuh dan memalukan hanya karena seberkas keindahan itu yang lalu terbang melayang tak terengkuh oleh tangan, menjadi luluh dalam genggaman seseorang.

Tidak.
Rasanya bukan karena itu.

Sakit itu, perasaan perih yang ia rasakan itu lebih disebabkan karena kebencian dirinya atas kebahagian yang tidak pernah ia peroleh. Ia mengharap sesuatu yang kosong, sesuatu yang berlindung dalam rupa kepolosan dan ketidaktahuan dalam ketidakpekaan yang begitu manis oleh seberkas pahatan indah bernama senyuman.

Hanya bisa melihatnya tersenyum dan tertawa dalam keriangan, apa itu sudah bisa membuatnya bahagia?

Yah.. ia bahagia..
Namun kebahagian itu membawa luka yang lebih dalam saat kenyataan singkat dari sejumput kecil kebahagian itu ternyata hanyalah lukisan semu yang akan segera hilang saat seseorang menyiramnya dengan beberapa tangkup air mata kesedihan.

Aku.. apa aku pantas meratap seperti ini.. seperti seseorang yang tidak pernah hidup dalam ketegaran..
Seperti seseorang yang akan mati hanya karena tertohok dalam sensitivitas perasaan yang begitu dalam..
Perasaan yang tak kan pernah terbalas..
Perasaan yang hanya akan melayang terombang-ambing tertiup angin dalam ketidakpastian

Sakit..

Mengapa rasanya sesakit ini bila hanya mencintai..
Matipun rasanya aku sudi jika rasa sakit ini bisa segera hilang dan tergantikan oleh kebekuan indah dalam keabadian yang tidak berperasaan.

Hanya melihatnya.. selalu melihatnya.. dan ia tidak tahu.. ia beku dalam kepolosannya.. beku dalam ketidaktahuannya.. dan ia beku dalam ketidakmengertiannya.


Aku yang bodoh.. ataukah aku yang memang dengan tololnya membiarkan ia bersama yang lain..

I wish you, I just hate on myself because I love you..

Dan ia memilih untuk menyakiti dirinya sendiri berulang-ulang dalam intensivitas yang nyaris tanpa batas. Memilih untuk berkubang dalam lumpur kepedihan sampai ia tidak tahu mana yang nyata dan mana yang tidak nyata. Jarum-jarum yang kaku itu menembus kulitnya, mengguratkan lukisan dalam bentuk, rupa, warna dan tulisan di sepanjang lengannya. Rasa sakit itu tidak ada artinya, itu hanyalah bagian kecil yang bahkan sangat kecil hingga ia tak merasakannya.

Ini lebih tidak terasa sakit dibandingkan perasaan sakitku saat mencintaimu..

I sick you, I just hate on myself because I love you.


Sekarang dan sampai detik ini.. aku masih selalu mencintaimu.. ingin memilikimu dalam hati.. jiwa.. dan rengkuhan tubuhku..

Namun mengapa aku tidak mampu melakukan itu..

Kau.. kau bagai satu hal sia-sia yang takkan mungkin bisa kujadikan harapan hidupku.. kau semu bagai segumpal kabut yang menghalangi pandangan namun tak dapat kusingkirkan.

Tidak... aku salah.. aku bertahan hingga detik ini karena dirimu.. kau tumpuan harapanku..


Aku masih ingin melihat senyumanmu..


Karena itulah aku bertahan meski sesakit dan seperih apapun aku rasakan saat kau bersama dirinya..

Saat ini pikirannya tertawan dalam bayang-bayang cairan memabukkan hingga ia tidak tahu dimana dan bagaimana keadaannya sekarang. Menyedihkan kah.. memalukan kah.. ataukah sungguh menjijikan...

Ia tidak peduli dengan itu asalkan rasa sakit yang ia rasakan sedikit hilang atau paling tidak terbias dalam ketidaksadaran. Tubuhnya sangat lemah, tapi tidak selemah hatinya yang kecil dan rapuh karena cinta. Sungguh memalukan.

Sentuhan lembut dari tangan yang begitu hangat merayap membelai wajahnya. Ini mimpi.. ia yakin ia sedang bermimpi. Tidak mungkin sentuhan itu adalah sentuhan yang nyata. Mengharapkan itu nyata sama mustahilnya saat mengharap seekor keledai bodoh mempunyai sayap dan terbang bagai seekor pegasus yang indah dalam kegagahannya. Namun itu memang nyata.

Sama nyatanya saat suara lembut yang begitu hangat mengalun menyapa telinganya. Begitu nyaman bagai tiupan angin sepoi-sepoi yang memberi kesejukan dari seberkas kepekatan rasa ketidaknyamanan dalam kesesakan rasa pengab yang nyaris mencekiknya.

Hazuki... buka matamu...
Apakah kau mendengarkanku...

Suara itu.. lagi-lagi suara itu..
Mengapa saat ia tak ingin mendengarnya karena takut akan kembali merasa sakit beribu-ribu kali lipat dari perasaan sakit sebelumnya, suara itu justru kembali...

Jangan lagi... kumohon jangan lagi...
Jangan sapa aku lagi dengan sapaan polos dan senyum indah ketidakmengertian itu..

Kau menyakitiku karena itu..
Kau menusukku dengan jutaan belati dan menenggelamkanku dalam kubikan air garam yang membakar lukaku.

Aku menderita karenamu...
Aku korban dari ketidakmengertianmu..

Apakah kau tahu itu?!!
Seharusnya aku tidak perlu merasa sesakit ini, tidak perlu merasakan kepahitan ini, dan tidak perlu menjadi korban dalam kebahagian kalian. Seharusnya aku bisa menjadi lebih egois atau bahkan lebih kejam, merengkuhmu dengan paksa, memaksamu dengan siksa dan membelenggumu dalam egoku.

Tapi aku tak sanggup menyentuhmu. Kau terlalu rapuh dan berharga untuk kusakiti hanya demi seonggok ego dari perasaan cinta yang tak terbalas.

I'm sick because love you? Apakah memang seperti itu?
Bodoh sekali aku seperti itu...

Sungguh-sungguh bodoh.. bahkan lebih bodoh dari seekor keledai yang jatuh pada lubang yang sama.
Aku seorang Hazuki.. aku tak mungkin seperti ini.. aku harus menatap kenyataan.. menghadapinya dengan ketegaran.. dan membiarkan semuanya berjalan sesuai apa yang semestinya.

Matanya terbuka nyaris seperti keajaiban. Menatap dalam kesamaran perlahan apa yang ada di hadapannya. Ia melihat senyum indah itu. Memang menyakitkan baginya, tapi tekadnya untuk menghadapi kenyataan mengalahkan rasa keterpurukan dan kesakitan yang ia rasakan saat ini.

"Syukurlah kau sudah sadar." Wanita itu menatapnya dengan kelegaan. Ia tidak tahu apa-apa, tak tahu bahwa saat ini Hazuki sebenarnya lebih memilih tak pernah sadar daripada harus melihat keindahan yang tak pernah bisa dimilikinya.

Renggut dia Hazuki..
Kau pantas mendapatkannya..
Kau tahu itu kan..

Tunggu apa lagi... ambil paksa dirinya... katakan bahwa kau mencintainya.. katakan bahwa kau ingin memilikinya.. katakan bahwa kau sakit karena mencintainya..

Jangan pedulikan apa pendapatnya.. Jangan pedulikan hal lain.. cukup pikirkan perasaanmu.. jangan biarkan dirimu lebih sakit karena ini..

Dengarkanlah apa kata hatimu Hazuki...

Tidak!!

Hazuki kembali menutup mata dan membuang semua bisikan di kepalanya. Ia tidak mungkin melakukan itu. Tidak mau lebih egois dari ini. Sudah cukup ia merasa egois karena memiliki perasaan pada kekasih sahabatnya.

Asanao mendekatinya, menepuk pelan pundaknya dan menyadarkan Hazuki kembali. Ia menatap sahabatnya itu. Keramahan senyum ia tampakkan.

"Kau baik-baik saja kan?!"

Hazuki mengangguk meskipun sebenarnya ia enggan. Ia berharap semoga Asanao tak melihat keputusasaan dalam dirinya yang begitu rapuh. Ia tak tahu harus menjawab apa saat sahabatnya itu kembali bertanya kenapa, ada apa atau bagaimana kau bisa seperti ini?

"Hazuki bersemangatlah! Aku punya berita bagus yang ingin kusampaikan." Asanao mengerling padanya, menarik lembut tangan wanita itu, wanita yang seharusnya menjadi miliknya, menjadi milik Hazuki karena Hazuki mencintainya dalam keegoisan perasaan yang tak kunjung berbalas.

"Kami akan segera menikah Hazuki.. kau dengar.... kami akan segera menikah.. wanita cantik ini menerima lamaranku.. itu karena kau.. karena kau yang memberiku semangat untuk memberanikan diri melamarnya."

Hazuki berusaha tersenyum. Berusaha turut bahagia saat mendengarnya. Namun apakah mereka tahu bahwa saat ini ia sangat menderita...

Inilah yang sangat ia takutkan..
Ia sangat takut mengorbankan perasaannya.. seutuhnya.. ia harus mengubur semua itu dalam galian lubang terdalam lalu menimbunnya dengan bongkahan senyuman dan kegembiraan tak nyata dalam kepura-puraan.

"Benarkah?! Aku sungguh senang mendengarnya.. a- akhirnya.. kalian..." Hazuki kehabisan kata-kata. Asanao mungkin berpikir bahwa kata-katanya habis karena Hazuki begitu sangat gembira sampai tak sanggup berkata-kata.

Namun yang terjadi malah sebaliknya. Hazuki saat ini merasa tertikam dengan kata-kata Asanao yang terasa bagai sembilu mengkoyak-koyak perutnya. Begitu sakit dan perih tak terelakkan sampai rasanya ia tak ingin merasakan apa-apa lagi termasuk merasakan udara yang memberinya kehidupan.

Asanao memeluk Hazuki, pelukan dari seorang sahabat yang diliputi rasa kebahagian. Terasa begitu hangat dan tak sanggup ia lepaskan serta ia rusak dengan keegoisannya sendiri.

Berbahagialah Asanao...

Hazuki berharap itu.. lebih daripada itu, ia berharap Asanao bisa membahagiakan wanita yang dicintainya, wanita yang tak dapat dimilikinya, dan wanita itulah yang telah membuatnya sakit karena cinta.

"Aku ingin memeluk wanitamu Asanao.. kau tidak keberatan dengan itu kan.. aku ingin dia tahu.. aku sangat berbahagia atas kebahagian kalian."

Asanao mengangguk. Ia menoleh pada wanita itu, wanita cantik dengan segala kepolosan dan ketidakmengertian yang dimilikinya. Wanita itu memeluknya dalam dekapan hangat. Wangi tubuhnya tak sanggup ia elak untuk tak direngguk dalam sukma terdalamnya. Begitu lembut hingga ia merasa tak rela untuk melepasnya.

Sekali ini saja...
Ijinkan aku memelukmu lebih lama...

Kau yang tak mungkin ku miliki...
Kau yang tak sanggup ku sakiti... dan kau yang dengan ketidakmengertianmu akhirnya membuatku sakit karena cinta..


Aku mencintaimu...
Biarlah perasaanku sakit karena cinta ini... biarlah aku membenci diri sendiri karena cinta ini.. dan biarlah aku terpuruk karena cinta ini..


Namun aku akan selalu mencintaimu... hingga detik ini.. hingga hembusan nafas ini.. dan hingga detakan jantung ini..
Selamanya aku akan mencintaimu.. tak terukur pada batasan waktu... dan tak terbatas pada satu dekapan semu.

I'm sick, b'coz luv u.

-F I N I S H-

0 komentar:

Posting Komentar