Shounen no Namida Part 1


Title : Shounen no Namida

Author: -Keka-

Genre : angst, yaoi (18+)

Fandom : JRock ~ Vidoll

Finished : 2008.01.05



~oOo~





Laki-laki itu merias dirinya sendiri di depan cermin. Membentuk riasan matanya sedemikian rupa hingga matanya terlihat menarik. Mengulaskan lipstik di bibirnya hingga bibir itu nampak begitu sempurna. Dan menyapukan blush on di pipinya hingga wajahnya merona merah.


Tidak ada yang menyangkal jika sekarang dia bukan lagi sesosok laki-laki yang gagah. Dia memang bukan laki-laki gagah berwajah tampan, tapi sekarang dia menjelma menjadi manusia manis berwajah kawaii.


Dan dia memang sangat cantik.


Betapa bangganya dia mengetahui hal itu.


Lalu…




Untuk apa dia melakukan itu?

Berdandan sangat cantik, padahal dia sendiri adalah seorang laki-laki.


“Rame, kau sudah selesai?”


Suara itu mengejutkannya. Rame, laki-laki cantik itu terkejut saat Giru memeluknya tiba-tiba dari belakang.


“Hei, apa yang kau lakukan? Lepaskan! Aku tidak suka.” Serunya pada Giru.


Namun Giru tak juga melepaskannya dan semakin memeluk Rame erat, membuatnya nyaris sesak nafas.


“Gi- Giru… le- lepas.. uhuk.. kau membuatku sesak nafas…”


Giru masih tak peduli dan terus memeluk Rame dengan keisengan yang semakin berlanjut.

Rame bisa meraskan nafas hangat Giru yang berat menyentuh telinganya. Dan dengan jemari itu, Giru menelusuri setiap lekuk wajah Rame yang cantik.


“Cantik sekali kau malam ini.”


Ucapan Giru itu membuat wajah Rame semakin merona merah. Meskipun dia tak mengharapkan pujian itu keluar dari mulut seorang Giru. Dia mengharapkan pujian itu keluar dari mulut orang lain, orang yang sangat dia cintai. Dan orang itu bukan Giru.


Tiba-tiba saja tanpa Rame sadari sejak kapan dan bagaimana itu terjadi, Giru sudah menghujani leher Rame dengan ciuman. Dan bukan itu saja, cowok dengan tato di dada itu bahkan sudah menjilati lehernya.

Menjijikan.


“Hentikan Giru! Aku tidak suka kau melakukan itu!”


Dengan mengerahkan kekuatannya, Rame berhasil melepaskan diri dari Giru dan menjauhinya.


“Kenapa? Bukankah kau suka aku…”


“Sudah aku bilang aku tidak suka!!” Rame membentaknya. Dia sudah sangat kesal dengan perlakuan Giru kepadanya. Bukan sekali ini saja, tapi sudah sering kali.


Rame hanya takut jika orang itu, orang yang dicintainya sampai tahu dan menjadi salah paham terhadapnya.


“Ada orang lain yang kau sukai?”


“Tidak.” Ucap Rame membohongi diri sendiri. Dia tidak mau kalau Giru sampai tahu bahwa memang ada orang lain yang dia sukai, bahkan dia cintai setulus hati. Meskipun Rame tak yakin jika orang itu akan membalas perasaannya, perasaannya yang sangat terlarang.


Giru tahu Rame berbohong padanya dan itu membuat Giru menjadi semakin geram.


“Kau bohong!!” Ucapnya tiba-tiba.


Rame menangkap ada nada kemarahan di suara itu. Dan mata itu, mata Giru mendadak berubah. Mata yang penuh kebencian tak beralasan dan membuat Rame takut dibuatnya.


Rame mundur beberapa langkah menuju pintu yang masih tertutup. Dia harus meraihnya sekarang, tapi langkah kakinya terasa berat. Padahal pintu itu tak jauh darinya.


Sedikit lagi Rame


Tangan rame hampir menyentuh gagang pintu. Namun gerakannya kalah cepat, Giru lebih dulu meraih pintu itu, menguncinya dengan rapat dan membuang kuncinya begitu saja. Jauh dari jangkuan Rame.


Rame buru-buru ingin mengambil kunci itu, tapi lagi-lagi gerakannya kalah cepat. Giru sudah merengkuh tubuhnya dan mendekapnya lebih erat.


“Lepaskan Giru!! Sudah aku bilang kalo aku.. “


“Aku tidak peduli apa yang kau ucapkan Rame! Aku hanya menginginkanmu saat ini.” Tiba-tiba Giru sudah mendekatkan wajahnya. Semakin lama semakin dekat dan Rame tak sanggup berbuat apa-apa saat tangan Giru mendongakkan wajahnya dan menyentuhkan bibirnya ke bibir Rame.


Rame tetap berusaha melepaskan diri dari Giru, tapi Giru semakin liar menciumnya, memenuhi mulutnya dengan gerakan lidah yang membuat Rame semakin jijik dibuatnya.


“Brengsek!!” Ucap Rame saat Giru menyudahi wild kiss-nya.


Giru tersenyum puas, lalu mengelus bibirnya sendiri. Lipstik Rame menempel di bibirnya. “Tadi itu mendebarkan ya!?” Katanya kemudian.


“Setan! Menjijikan!! Aku benci kau melakukan itu padaku!” Makian Rame terlontar begitu saja. Dan entah kenapa rasanya Rame ingin menangis. Ciuman itu seharusnya hanya untuk orang yang dia cintai dan bukan direngut begitu saja oleh Giru.


Rame nyaris terisak di sela-sela usahanya mencari kunci yang dilempar Giru. Dia merangkak mencarinya di bawah meja dan di sudut-sudut ruangan. Tapi kunci itu juga tidak ditemukannya.


Dan sialnya, lagi-lagi Giru merengkuh tubuhnya.


“Biarkan saja kunci itu. Ayo kita bermain-main sedikit.” Giru berbisik di telinga Rame dengan penuh hasrat dan gairah. Nafasnya menjadi semakin berat dan gerakan lidah lunak Giru menelusuri setiap inchi tengkuknya. Membuat Rame merasa geli sekaligus jijik.


“Sudah Giru… le.. lepas!! Aku tidak mau begini!”


Giru malah semakin menggila. Suara Rame justru membangkitkan libidonya dan tangannya kini sudah menyingkap menarik rok Rame ke atas hingga Giru bebas menjelajahi pahanya.


Rame harus membebaskan dirinya segera. Meski dengan sedikit kekuatan, akhirnya Rame berhasil menyikut perut Giru dan membebaskan dirinya.


Giru memegangi perutnya. Sikutan Rame ternyata cukup kuat dan membuatnya mengerang sakit. Kelakuan Rame itu membuatnya semakin kesal. Dia menjambak rambut ikal Rame dan menghantamkan kepala laki-laki cantik itu ke dinding.


Serta merta Rame berteriak kesakitan. Dia tak menyangka akan sebegitu kasarnya perlakuan Giru terhadapnya. Pandangan mata Rame menjadi kabur dan air matanya keluar begitu saja.


Sakit sekali..


“Shun..” Tanpa sadar nama itu meluncur begitu saja dari bibir Rame.


“Hoo.. jadi rupanya dia ya!?”

Giru menyeringai mendengar Rame menyebut nama Shun dengan sangat lemah.

“Jadi dia ya orang yang sangat begitu kau sukai…”


“Bukan urusanmu!!”


‘Plak’


Tiba-tiba sebuah tamparan keras mendarat begitu saja di pipi Rame.


“Aku tidak suka kau menyukainya!” Ucap Giru. “Kau hanya milikku! Bukan miliknya!!”


“Aku tidak hanya menyukainya! Tapi juga mencintainya!!” Ucap Rame lantang. Dia sendiri tidak sadar telah berkata demikian.


Kata-kata itu seharusnya tak ia katakan. Betapa ia tidak tahu kalau selama ini Giru menginginkannya lebih dari yang ia kira.


Giru meraih lengan Rame dan merengkuhnya dengan sangat keras.


“Aaaahh~ sakit bodoh! Lepaskan tanganku!” Rame mengaduh. Namun Giru tak peduli dan terus mencengkramnya.


“Aku lebih sakit mengetahui kau mencintai Shun! Sakit yang kau rasakan tidak sebanding dengan apa yang kurasakan. Jangan salahkan aku Rame.. kau yang memaksaku berbuat begini.”


Giru mendorong tubuh Rame. Begitu keras, hingga Rame terjatuh dengan tubuh menghantam lantai. Pandangannya semakin kabur. Mungkin dia akan pingsan, tapi itu tidak boleh terjadi. Rame harus mempertahankan diri agar bisa membela diri lepas dari Giru dan keluar dari tempat itu segera. Namun sebelum itu terjadi, Giru malah sudah lebih dulu menindih tubuhnya dan mengunci pergerakan tubuhnya.


“Kita mulai saja permainannya sekarang.” Bisik Giru di telinga Rame.


Apa yang ingin Giru lakukan padaku?

Apa dia ingin memperkosaku?


Tanya Rame dalam hati.


Dia tak kuasa menghempaskan tubuh Giru di atasnya, terlalu banyak tenaganya yang terbuang dan sekarang, bahkan dia nyaris tak punya cadangan tenaga lagi.


“Giru… jangan..” Ucap Rame lirih saat Giru melepasi satu–persatu pakaian yang melekat di tubuhnya. Sementara tangan Giru yang lain sibuk menjelajahi, menjamah dan menjarahi tubuhnya. Dan seperti menulikan telinganya, Giru tidak peduli dengan permintaan Rame itu dan terus dengan aksinya. Bahkan Giru juga setengah telanjang sekarang.


Apa yang harus Rame lakukan? Apakah berteriak akan membantunya?


Entahlah, mungkin Shun akan menolongnya. Harapan itu masih terlintas di benak Rame.


Dia pun berteriak, berharap seseorang menolongnya. Kalau pun orang itu bukan Shun, minimal Jui atau Tero yang akan datang menolongnya.


Tapi..


“Percuma, mereka tidak ada di sini. Sudahlah Rame.. tenanglah! Dan biarkan aku memuaskan hasrat padamu.”


“Tidak mau! Lepaskan!!” Rame kembali berontak dan mencakari wajah, leher, serta dada Giru dengan kukunya. Membuat Giru kesal dan menampar pipi Rame. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali. Hingga membuat bibir laki-laki cantik itu robek dan mengeluarkan darah.


“Apa rasanya sakit hah!!?” Mata Giru berkilat kejam dan lidahnya menjilati darah yang mengalir dari bibir Rame.


Dalam hati, Rame menyesali dirinya. Kenapa tadi dia berdandan lama sekali, hingga Shun, Jui dan Tero meninggalkannya.. hingga Giru punya celah untuk berbuat sesuatu padanya, sesuatu yang bahkan tak pernah terlintas dipikiran seorang Rame bahwa Giru yang sangat dipercayanya bisa berbuat hal yang begitu hina kepadanya.


Tangan Giru masih setia menjelajahi tubuh Rame yang kini benar-benar polos. Menyentuh selangkangan dan tentu saja bagian terlarang tubuh Rame. Mencengkramnya dengan sangat kuat di bagian ‘itu’ dan membuat Rame lagi-lagi harus teriak.


Sumpah serampah Rame terlontar dan menyeruak menyakitkan dadanya. Sosok Giru begitu sangat dibencinya saat ini dan dia ingin laki-laki itu mati saja.


Giru menurunkan resliting celananya sendiri, menarik tangan Rame dan memaksa Rame menyentuh ‘miliknya’. Rame tidak mau, tapi Giru terus memaksanya dan menyentuhkan tangannya di bagian ‘itu’


Saat Rame tetap tidak mau, Giru akhirnya kesal dan memelintir tangan lembutnya itu. Membuat Rame menangis sejadi-jadinya karena merasakan sakit yang begitu sangat.


Kemudian dengan kasarnya, Giru membalik tubuh Rame. Menciumi dan menjilati punggungnya, menjambak rambut Rame dan memasukkan *** miliknya tepat di tempat ‘itu’


Membuat Rame menjerit kesakitan. Sangat sakit dan menjijikan. Membuatnya tak ingin merasakan apa-apa dan lebih memilih mati saja daripada menerima kenyataan jika Giru sedang menikmati tubuhnya sekarang ini dan memuaskan hasrat yang sudah lama dipendamnya.


Ini hanya mimpi.


Mimpi buruk.


Rame berharap itu.


Tapi ini bukan mimpi Rame..


Ini kenyataan..


Kenyataan pahit yang harus diterimanya.



~oOo~


tb. kontiyu~

0 komentar:

Posting Komentar