muddy cult #4

Title: muddy cult
Author: -Keka-
Chapter: 4
Fandom: Nega
Genre: Angst, Thriller,-- (???)
Rating: R


--chapter 4--



Merusak adalah pekerjaan yang mudah dan menyenangkan daripada memperbaiki. Hal itu sama mudahnya seperti menabur benih kebencian dan menanamkannya dalam setiap relung kemunafikan. Menggerogotinya laksana belatung memakan bangkai, lalu mengurainya menjadi dzat menjijikan dengan aroma tidak menyenangkan bernama kebusukan.

Aku menikmati semua itu...

Termasuk saat aku menyayat kulit mulusmu..

mengulitimu..

mengeluarkan isi perutmu...

dan memakan sebagian dari itu, lalu memuntahkannya di wajahmu.

Kubagi-bagi tubuhmu menjadi beberapa bagian. Kuatur sedemikian rupa agar potongannya rapi dengan cita rasa seni, lalu kubungkus dan kukirimkan sebagai hadiah kepada jiwa keji yang berlindung di balik wajah kepolosan dan ketidaktahuan.



==o0o==

"San... boleh aku bertanya sesuatu padamu?" Tanya Jin di kesempatan pertama saat ia mengingat sesuatu dan menatap San yang tampak jauh lebih tenang dan mampu tersenyum riang seperti biasa. Seperti saat kejadian buruk beberapa hari lalu belum merenggut secara utuh senyum manis dari wajahnya.

"Tentang apa?" San balik bertanya.

"Umm.. pria itu.. maksudku pria yang sering datang ke cafe ini dan duduk di pojok sana. Kalau aku tidak salah... kau pernah bilang namanya adalah.. Ray.. ya Ray.." Jin mengulang nama itu seperti tidak yakin dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Hmm.. dia ya.. memangnya kenapa?"

"Tidak.. hanya saja.. aku masih penasaran."

"Penasaran?" San lebih tertarik sekarang.

"Kau ingat aku pernah berkata bahwa seperti mengenalnya meskipun aku lupa?!"

San mengangguk kecil. "Lalu?"

"Mungkin kau bisa memberitahuku lebih banyak tentangnya dan membuatku bisa mengingat sesuatu tentangnya?"

Pria manis itu terdiam, seperti memikirkan sesuatu atau bertanya-tanya untuk apa sahabatnya begitu ingin mengetahui sesuatu tentang pria yang terang-terang tidak dikenalnya.

San memandangnya lama, masih dalam keterdiaman, sampai akhirnya ia mengucapkan sesuatu yang ia sendiri tidak yakin apa itu mampu membuat Jin mengingat sesuatu tentang pria yang memenuhi ruang tanya dalam pikirannya saat ini.

==o0o==

Kini ia berdiri disana, di hadapan bangunan yang tidak bisa dibilang menarik untuk dikunjungi, kurang terawat, namun mampu berdiri kokoh dengan angkuhnya. Tembok pagar pembatas mengeliling tinggi, mencoba menyembunyikan fakta tidak menyenangkan yang ada di baliknya dan mengurung jiwa-jiwa tertekan yang ingin menjerit di dalamnya.

Entah apa yang membuat Jin melangkahkan kakinya menuju tempat itu. Yang jelas tujuan utamanya bukan untuk mengunjungi Yu yang dirawat di tempat itu, melainkan untuk alasan lain.

"Ray... aku bertemu dengannya saat mengunjungi Yu di rumah sakit. Dia salah satu dokter disana."

"Lalu mengapa pria itu sering terlihat di dekat sini?"

"Kerabatnya tinggal di dekat sini, jadi sesekali waktu dia mampir ke cafe ini dan dari dia lah aku tahu bagaimana keadaan Yu."

Percakapan antara Jin dan San yang berlangsung beberapa saat lalu itulah yang mendorong Jin untuk datang ke rumah sakit yang dipenuhi ketidakwarasan pikiran manusia.

Entah apa yang ingin dilakukannya? Ia hanya merasa penasaran dengan pikiran yang terus mengganggunya. Pikiran yang selalu membuatnya bertanya apa, mengapa, siapa dan entah bagaimana.

==o0o==

Dalam kegelapan yang pekat, kedua bagian mata yang menutup itu membuka cepat dengan dua bola mata indah bergerak ke kanan dan kiri, menyisir seluruh seluk ruangan yang tertutup rapat.

Ia meringkuk memeluk tubuhnya sendiri setelah itu, menggigil seperti orang kedinginan dan menahan kesakitan, meski raut wajahnya tidak menggambarkan hal itu sama sekali.

Ia menyeringai dan tertawa bahagia saat mengeluarkan satu benda kecil tajam yang berkilau meski di dalam kegelapan.

Dihunuskannya benda itu di sepanjang lengan bagian dalamnya. Cairan kental berwarna merah anggur segera keluar mengalir dan merembes membasahi seprai dan selimutnya yang berwarna putih. Meninggalkan berkas-berkas noda kemerahan disana.

Rasa sakit dan perih itu tak dirasakannya sebagai bentuk penderitaan melainkan kenikmatan yang selalu ingin dirasakannya.

Ia bergumam lirih seolah berbisik pada orang lain yang berada di dekatnya, meski tak ada orang lain disana melainkan hanya ia seorang diri.
 
"Kau datang..

aku tahu..

kau ada disini.

Di tempat terkutuk ini.

Apa yang kau lakukan... dan apa yang kau cari...

Semua jawaban dari pertanyaan itu hanya ada pada dirimu sendiri."

==o0o==

San masuk ke dalam kamar yang ia pinjamkan untuk ditempati Jin. Sejak kejadian tidak terduga yang terjadi beberapa hari silam, entah mengapa San merasa takut jika harus tinggal seorang diri, bahkan ia tak sanggup tersenyum karena bentuk visualisasi dari potongan-potongan tubuh itu terus membekas dalam ingatannya, bahkan terbawa hingga ke dalam mimpinya. Karena itu ia meminta Jin untuk menemaninya dan beruntung karena sahabatnya itu tidak keberatan sama sekali.

Kamar Jin sedikit berantakan saat San masuk ke dalamnya. Langsung saja San ringkas membersihkan segalanya meski ia berusaha untuk tidak menyentuh barang-barang pribadi milik Jin.

Ada beberapa tumpuk pakaian di sudut ruangan yang rasanya janggal sekali dimata San untuk berada disana.

San memungut salah satunya dan mengendus di beberapa bagian. Bau wangi tubuh Jin masih tertinggal disana. Tidak terlalu kotor, namun San merasa perlu untuk memasukkan pakaian itu ke dalam mesin pencuci.

Tanpa pikir panjang ia melakukan itu, mengambil helai demi helai pakaian kotor dan menyampirkannya pada tangan kiri sementara tangannya yang lain sibuk memunguti helaian yang tersisa. San menghentikan kegiatannya saat memungut helaian yang terakhir. Menatap sesuatu yang lagi-lagi janggal dalam penglihatannya.

Tangannya saat ini meraba permukaan kain hitam yang terlihat mirip seperti jubah dengan penutup kepala.

Kain itu kaku seperti ada cairan kental semacam cat yang membasahinya dan mengering setelah berhari-hari tidak dibersihkan.

San tentu saja penasaran dan langsung membawa kain itu untuk ia cuci. Sengaja ia melainkan bagian yang itu setelah memasukkan pakaian lain ke dalam mesin pencuci otomatis. Ia merendam jubah milik Jin yang ia duga digunakan Jin untuk pesta halloween, meski ia sendiri tak tahu pasti kapan dan apakah Jin memang pernah datang dan memakai kostum aneh untuk pesta seperti itu.

Air bening dalam wadah berukuran sedang yang digunakan San untuk merendam jubah hitam milik Jin, perlahan mulai berubah warna.

Tidak ada lagi cairan bening yang nampak disana...

melainkan hanya cairan merah serupa warna darah.

==o0o==

t. b. Kontiyut~

0 komentar:

Posting Komentar